Gedung Telkom .jpg
Bursa Saham

Tren Dividen Telkom (TLKM) dalam Satu Dekade, Stabil dan Cenderung Meningkat

  • Sejak tahun buku 2014 hingga 2023, TLKM nyaris tidak pernah absen memberikan dividen kepada pemegang saham. Data menunjukkan tren pertumbuhan dividen yang mencerminkan stabilitas dan komitmen manajemen terhadap pemegang saham.

Bursa Saham

Alvin Bagaskara

JAKARTA – PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) kembali menjadi pusat perhatian menjelang Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 27 Mei 2025. Fokus utama investor kali ini bukan hanya pada rencana strategis atau aksi buyback, tetapi juga pada konsistensi Telkom dalam membagikan dividen selama satu dekade terakhir.

Sejak tahun buku 2014 hingga 2023, TLKM nyaris tidak pernah absen memberikan dividen kepada pemegang saham. Data menunjukkan tren pertumbuhan dividen yang mencerminkan stabilitas dan komitmen manajemen terhadap pemegang saham. 

Dari Rp89,46 per saham pada tahun buku 2014, dividen Telkom Indonesia kemudian naik ke Rp136,75 pada 2016, Rp167,66 pada 2017, dan sempat mencapai puncaknya di Rp178,50 per saham pada tahun buku 2023.

"Rekam jejak Telkom menunjukkan konsistensi yang jarang dimiliki oleh emiten BUMN lain. Ini jadi faktor kunci mengapa saham TLKM dianggap sebagai salah satu pilihan defensif terbaik di sektor telekomunikasi," ujar Elizabeth Noviana, analis dari CGS International Sekuritas dikutip pada Selasa, 27 Mei 2025. 

Meski sempat mengalami penyesuaian, seperti pada tahun buku 2019 dengan porsi divide per saham sebesar (Rp154,07) dan 2021 (Rp149,97), Telkom tetap mampu menjaga imbal hasil dividen pada level yang menarik. Hal ini menjadi kekuatan tersendiri di tengah fluktuasi pasar dan perlambatan ekonomi global.

Sementara itu, rilis kinerja keuangan kuartal I-2025 menunjukkan pendapatan TLKM turun 2,11% YoY menjadi Rp36,63 triliun, sementara laba bersih turun 4,01% menjadi Rp5,81 triliun. Namun, analis tetap menilai prospek dividen TLKM tetap solid. 

Historis Dividen Telkom

"Penurunan ini relatif ringan dan tidak akan berdampak besar pada potensi pembagian dividen, apalagi dengan efisiensi belanja modal yang dilakukan manajemen," kata Belva Monica, analis dari Indo Premier Sekuritas.

Manajemen Telkom diketahui menargetkan rasio belanja modal terhadap pendapatan berada di kisaran 17%–19% pada tahun ini, jauh lebih efisien dibandingkan periode sebelumnya. Efisiensi ini membuka ruang yang lebih luas untuk meningkatkan rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio).

Di sisi lain, Telkom juga berencana melakukan pembelian kembali saham (buyback) senilai maksimal Rp3 triliun, yang menunggu persetujuan dalam RUPST. Langkah ini dinilai akan menambah daya tarik saham TLKM di mata investor, terutama mereka yang mengejar kombinasi imbal hasil dividen dan potensi apresiasi harga.

Dengan segala catatan positif tersebut, keputusan RUPST Telkom pada 27 Mei 2025 dinantikan tidak hanya sebagai formalitas tahunan, tetapi sebagai penentu arah kebijakan korporasi yang berdampak langsung pada para pemegang sahamnya.