Group K-Pop EVNNE.
Tren Leisure

Transformasi K-Pop dari Masa ke Masa: Dari Fan Café ke Era Virtual dan AI

  • Sepanjang perjalanannya, K-Pop telah mengalami berbagai perubahan besar, yang menandai munculnya generasi-generasi berbeda. Setiap generasi memberikan kontribusi tersendiri terhadap perkembangan industri ini, baik dari segi musik, hingga pengaruh global.

Tren Leisure

Distika Safara Setianda

JAKARTA – Gelombang Hallyu dari Korea Selatan, khususnya K-Pop, telah menunjukkan pengaruh yang luar biasa sejak awal abad ke-21.

Sekitar pertengahan tahun 1990-an, stasiun televisi nasional Korea mulai menayangkan program-program seperti acara pencarian bakat dan drama televisi, tanpa niatan awal untuk menciptakan fenomena besar seperti yang kita saksikan sekarang.

Namun, dari sinilah gelombang Korea, yang lebih dikenal sebagai Hallyu atau yang biasa disebut K-Pop, mulai dikenal luas oleh masyarakat.

Menyebut K-Pop sebagai tren baru sebenarnya kurang tepat. Genre ini telah hadir cukup lama, bahkan melahirkan banyak musisi berbakat yang mendunia. Karena itulah, perkembangan K-Pop kerap dibagi ke dalam beberapa generasi.

Sepanjang perjalanannya, K-Pop telah mengalami berbagai perubahan besar, yang menandai munculnya generasi-generasi berbeda. Setiap generasi memberikan kontribusi tersendiri terhadap perkembangan industri ini, baik dari segi musik hingga pengaruh global. 

Generasi 1 (1990-an-2004) – Fondasi Awal

Banyak orang mungkin mengira bahwa K-Pop dimulai pada tahun 1996 saat H.O.T debut. Namun kenyataannya, tonggak penting dalam sejarah K-Pop telah terjadi beberapa tahun sebelumnya. Pada tahun 1992, Seo Taiji and The Boys secara drastis mengubah lanskap musik Korea.

Meski masih ada yang berpendapat K-Pop sudah mulai berkembang sebelum mereka muncul, tak bisa dipungkiri bahwa Seo Taiji and The Boys adalah sosok yang mengubah pandangan publik terhadap musik Korea.

Mereka menjadi pelopor yang membuka jalan bagi banyak artis baru, yang kemudian ikut bereksperimen dengan berbagai gaya musik dan memasukkan unsur koreografi dalam penampilan mereka. Kelompok-kelompok ini meletakkan dasar bagi perkembangan K-Pop seperti yang kita kenal sekarang.

Trio ini menerobos batasan dengan memadukan pengaruh musik Barat dan lirik berbahasa Korea, menghasilkan suara yang khas dan berhasil menarik perhatian masyarakat luas.

Beberapa tahun kemudian, muncul berbagai grup berpengaruh yang memperkuat fondasi awal K-Pop dan membuka jalan bagi perkembangan selanjutnya. Salah satu yang paling menonjol adalah H.O.T., yang dianggap sebagai grup idola Korea modern pertama, debut pada tahun 1996.

Mereka dengan cepat meraih popularitas, memikat penonton lewat lagu-lagu yang mudah diingat dan tarian yang kompak. Musik mereka tak hanya diminati di Korea, tapi juga mendapat sambutan hangat di Jepang.

Kemunculan H.O.T. mendorong berdirinya agensi hiburan baru yang mulai menyaingi SM Entertainment. Di antaranya muncul grup-grup besar seperti Sechs Kies, S.E.S, dan Fin.K.L yang ikut meramaikan industri dan memperluas jangkauan K-Pop.

Menjelang munculnya generasi kedua, sejumlah artis baru hadir dan mulai bereksperimen dengan elemen dasar K-Pop. Di antara yang paling terkenal saat itu adalah Shinhwa, g.o.d, BoA, dan Rain. Setelah mereka debut, genre K-Pop mulai menarik perhatian internasional, khususnya di negara-negara Asia Timur lainnya.

Pada masa inilah istilah Hallyu atau Korean Wave mulai diperkenalkan. Seiring meningkatnya popularitas para idola Korea, media internasional pun mulai meliput mereka, tak hanya dari sisi prestasi musik, tetapi juga kehidupan pribadi dan gaya penampilan mereka yang khas.

Ciri utama dari generasi ini adalah munculnya sistem pelatihan bagi calon idola. Para trainee dibimbing dalam bernyanyi, menari, hingga kemampuan tampil di depan kamera.

Selain itu, hubungan antara idola dan penggemar mulai terbangun melalui media seperti fan cafe, yang menjadi wadah bagi komunitas penggemar untuk saling berbagi informasi dan memberikan dukungan kepada idola mereka.

Generasi 2 (2005-2011) – K-Pop Menyebar ke Asia

Babak baru dalam sejarah K-Pop dimulai di tengah kondisi ekonomi Korea Selatan yang tidak stabil. Meski begitu, industri hiburan tetap berhasil meraih keuntungan besar. Bahkan, K-Pop mulai menjelma menjadi salah satu sektor industri paling penting di negara tersebut.

Jika sistem pelatihan telah diperkenalkan sejak generasi sebelumnya, maka era ini menghadirkan inovasi dalam hal pemasaran dan strategi bisnis. Generasi ini juga menandai awal dari ekspansi besar-besaran K-Pop ke pasar internasional.

Beberapa nama besar dari generasi ini antara lain TVXQ, Super Junior, BIGBANG, Girl’s Generation, Wonder Girls, dan 2NE1. Grup-grup ini masih sering dibicarakan oleh komunitas K-Pop hingga kini, dan menjadi sumber inspirasi bagi banyak bintang K-Pop masa kini. Mereka juga menjadi yang pertama menembus pasar lintas benua dan menjadi pelopor tur dunia K-Pop.

Selain itu, para idola generasi ini mulai sering tampil di berbagai acara televisi, baik lewat program realitas mereka sendiri maupun dengan membintangi drama Korea populer pada masa itu. Kesuksesan para pionir generasi awal mendorong banyak grup lain untuk debut di era ini. SHINee, Miss A, f(x), dan SISTAR adalah beberapa nama besar yang menyusul kemudian dalam generasi kedua.

Meski grup-grup baru ini diuntungkan oleh popularitas pendahulunya, standar yang harus mereka capai pun menjadi jauh lebih tinggi. Penggemar menginginkan sesuatu yang segar, dan kemampuan bernyanyi serta menari saja tak lagi cukup.

Salah satu grup kunci yang mendefinisikan generasi ini adalah Girls’ Generation, yang debut pada tahun 2007. Dengan lagu-lagu hits yang mudah melekat dan penampilan panggung yang memukau, mereka berhasil merebut hati penggemar di seluruh dunia dan memperkuat posisi K-Pop di kancah internasional.

Menjelang akhir generasi ini, pertumbuhan pesat YouTube secara global sangat membantu dalam memperluas jangkauan audiens. Orang-orang yang sebelumnya tidak mengenal K-Pop mulai diperkenalkan pada genre ini melalui lagu fenomenal Gangnam Style dari PSY. Sejak momen tersebut, K-Pop mengalami perubahan besar dan tidak pernah kembali seperti sebelumnya.

Pada periode ini, K-Pop mulai dipandang sebagai sebuah produk budaya. Gaya fashion para idola tampil lebih tertata dan modis, sementara video musik mulai dibuat dengan sentuhan sinematik yang tinggi.

Penggemar internasional mulai akrab dengan istilah fandom K-Pop, dan platform media sosial awal seperti YouTube dan Twitter mulai dimanfaatkan untuk mendistribusikan dan mempromosikan konten secara luas.

Generasi 3 (2012-2019) – Kekuatan Global dan Dominasi Pasar

Munculnya grup seperti EXO, Red Velvet, BTS, TWICE, GOT7, BLACKPINK, SEVENTEEN, Wanna One, ASTRO, iKON. Generasi ketiga menjadi era di mana K-Pop benar-benar melebarkan sayapnya ke seluruh dunia.

Pada fase ini, K-Pop telah mendapat predikat sebagai “Fenomena Global” dengan artis-artis yang tidak hanya dikenal di Asia, tetapi juga sukses menembus pasar Amerika, Eropa, dan berbagai belahan dunia lainnya.

Jika sebelumnya para idola dipasarkan secara khusus untuk para penggemar, pada generasi ini strategi promosi dilakukan dengan lebih terarah, menyasar audiens yang lebih luas baik di dalam negeri maupun di kancah internasional, termasuk masyarakat umum. Pencapaian generasi ini sangat luar biasa dan daftarnya cukup panjang.

Meningkatnya penggunaan media sosial dan platform streaming memberikan kontribusi besar terhadap meluasnya pengaruh K-Pop.

Tangga lagu memang sudah ada sejak sebelumnya, namun pada generasi ini, para penggemar menjadi sangat aktif dalam voting online dan melakukan streaming lagu idola mereka demi membawa mereka ke puncak tangga lagu, tak hanya di Korea, tetapi juga di Amerika Serikat dan berbagai negara lainnya.

Grup-grup K-Pop mulai tampil di festival musik internasional dan ajang penghargaan bergengsi tingkat dunia. Seiring dengan semakin meluasnya pengaruh K-Pop, para penyelenggara acara pun menyadari pentingnya menghadirkan artis K-Pop dalam acara musik yang sebelumnya belum pernah dijangkau oleh genre ini.

Dunia iklan dan endorsement mulai diramaikan oleh kehadiran idola K-Pop. Baik dari merek mewah maupun merek komersial lainnya, banyak perusahaan yang mulai menggandeng artis K-Pop sebagai duta produk mereka.

Tak jarang, kerja sama ini juga membawa para idola tampil di sampul depan berbagai majalah ternama. Bisa dibilang, pada titik ini K-Pop telah mendominasi berbagai bentuk media.

Meski kolaborasi dengan artis lain sudah terjadi sejak generasi pertama dan kedua, generasi ketiga berhasil melampaui batas negara dengan menggandeng musisi internasional non-Korea. Beberapa kolaborasi yang paling mencuri perhatian antara lain BTS bersama Nicki Minaj, serta Blackpink bersama Selena Gomez.

Seiring dengan meluasnya jangkauan K-Pop secara global, bentuk fan service juga mengalami perkembangan besar. Sebelum generasi ketiga, acara jumpa fans secara langsung sudah menjadi hal yang umum.

Namun, dengan kemajuan teknologi, muncul bentuk interaksi baru seperti fan call atau video call, yang biasanya diakses dengan membeli album. Semakin banyak album yang dibeli, semakin besar peluang untuk mendapatkan kesempatan berbicara langsung dengan idola melalui video call.

Tentu, kita tak bisa melewatkan BTS yang debut pada tahun 2013 dan langsung mencuri perhatian dunia lewat musik yang kuat, lirik penuh makna, dan penampilan yang karismatik. Hingga kini, masih sering dibahas bahwa BTS paved the way atau membuka jalan bagi K-Pop di tingkat global.

Meski mereka bukan satu-satunya alasan di balik kesuksesan grup-grup lain, kontribusi BTS terhadap pengakuan dan popularitas K-Pop di panggung dunia jelas sangat besar, termasuk dalam mendorong lebih banyak kolaborasi internasional dan tur dunia.

Selain BTS, grup-grup seperti EXO, BLACKPINK, dan TWICE juga meraih popularitas besar, menarik perhatian penggemar dengan konsep yang unik, lagu-lagu yang mudah melekat, serta penampilan visual yang memukau.

Generasi ketiga juga menjadi saksi munculnya solois berbakat seperti IU dan Taeyeon, yang menunjukkan kemampuan artistik dan musikalitas luar biasa, semakin memperkuat dominasi K-Pop di panggung internasional.

Generasi ketiga benar-benar mengukuhkan posisi K-Pop sebagai kekuatan global yang tak bisa dipandang sebelah mata, dengan musik yang menarik dan penampilan yang memikat hati para penonton di seluruh dunia.

Sebagai dampak dari dominasi global K-Pop dan pesatnya pertumbuhan industri, program survival menjadi semakin populer sebagai cara untuk membentuk grup debut baru. Salah satu yang paling dikenal adalah seri PRODUCE 101, yang berhasil melahirkan empat grup sukses melalui format tersebut.

Di antaranya, I.O.I dan Wanna One menjadi sorotan utama. Karena penonton dapat mengikuti proses perjuangan dan penilaian para trainee sejak awal, timbul rasa keterikatan emosional bahkan sebelum grup-grup tersebut resmi debut.

Generasi 4 (2018-2022) – Inovasi Digital, Viritual dan Masa Depan K-Pop

Munculnya grup seperti LOONA, NCT DREAM, Stray Kids, (G)I-DLE, fromis_9, TXT, ITZY, aespa, ATEEZ, ENHYPEN, IVE, LE SSERAFIM, NewJeans

Dengan pengaruh yang semakin besar dan jumlah penggemar yang terus bertambah, generasi keempat K-Pop menghadirkan talenta-talenta baru serta konsep yang lebih segar dan inovatif. Inovasi yang dimaksud bahkan mencakup penggunaan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI) dan aset digital seperti NFT (Non-Fungible Token) ke dalam dunia K-Pop.

Meski muncul di tengah tantangan pandemi, generasi keempat tetap berhasil menembus pasar global dan terus membawa kebanggaan bagi Korea Selatan. Di era ini, K-Pop tak lagi hanya milik Korea, industri ini secara aktif menyasar penggemar internasional, dengan perhatian yang sama besarnya seperti kepada penggemar dalam negeri.

Beberapa nama paling menonjol dari generasi ini antara lain Stray Kids, TXT, ITZY, aespa, ATEEZ, LE SSERAFIM, ENHYPEN, dan NewJeans. Grup-grup ini meraih kesuksesan besar sejak awal, bahkan ada yang sudah mendapat perhatian publik sebelum resmi debut, hingga dijuluki sebagai monster rookies karena pencapaian luar biasa mereka di awal karier.

Generasi baru idola K-Pop ini terdiri dari individu-individu yang telah menghabiskan sebagian besar masa remaja mereka untuk berlatih dan mengasah kemampuan. Seiring berkembangnya industri, sistem pelatihan pun semakin matang, memungkinkan agensi untuk merekrut dan membimbing talenta terbaik melalui proses yang kini dianggap sangat terstruktur dan efisien.

Banyak grup generasi keempat mampu meraih pencapaian luar biasa dalam hitungan bulan, sesuatu yang dulu membutuhkan waktu bertahun-tahun bagi grup sebelumnya.

Meski pandemi tahun 2020 berdampak besar terhadap industri konser dan pertunjukan langsung, K-Pop justru menunjukkan pertumbuhan yang mengejutkan. Popularitasnya meningkat tajam, dan semakin banyak orang dari kalangan umum yang menjadi penggemar K-Pop selama masa pandemi.

Banyak album generasi ini mencatatkan angka pre-order hingga menembus satu juta kopi, sementara lagu-lagu mereka melesat ke puncak tangga lagu internasional dan meraih jutaan penayangan di YouTube hanya dalam hitungan jam. Kondisi ini memaksa agensi-agensi hiburan untuk meningkatkan kualitas dan strategi mereka agar tetap bersaing.

Untuk menghasilkan musik dengan kualitas terbaik, perusahaan mulai menggelontorkan dana besar, dengan fokus yang lebih tinggi pada koreografi, produksi video musik yang spektakuler, serta gaya busana yang trendi dan ikonik.

Generasi 5 (2023-sekarang) – Era Baru

Generasi kelima mulai terlihat dengan kehadiran ZEROBASEONE, RIIZE, EVNNE, XODIAC, BABYMONSTER, BOYNEXTDOOR, Lun8, KISS OF LIFE, Hearts2Hearts, KickFlip dan bahkan grup virtual seperti Plave. Meski masih menjadi perbincangan hangat, akhir-akhir ini dunia K-Pop tengah dipenuhi diskusi seputar kemunculan generasi kelima sangat dinanti.

Perdebatan muncul di kalangan penggemar mengenai kapan tepatnya generasi ini dimulai, karena beberapa media Korea menyebut grup seperti BABYMONSTER, ZEROBASEONE, BOYNEXTDOOR, dan Xikers mulai mencuat sebagai kandidat utama yang mewakili era baru ini.

Grup-grup seperti TWS dan Kiss of Life juga mulai mencuri perhatian dalam prediksi industri K-Pop tahun ini. TWS, boy group beranggotakan enam orang di bawah naungan Pledis Entertainment, mendapat banyak dukungan dari senior mereka dan sukses mencatat debut yang mencolok lewat mini album Sparkling Blue yang dirilis pada Januari 2024.

Sementara itu, Kiss of Life terus merilis lagu-lagu hits yang sulit diabaikan, bahkan menarik perhatian sesama idola—termasuk lewat lagu “Sticky” yang kini menjadi tren di TikTok.

Dengan semakin banyak boy group pendatang baru yang berlomba mencari panggung, K-Pop tengah memasuki era baru.

Musik K-Pop di generasi kelima menunjukkan eksplorasi suara yang semakin beragam, mencakup genre seperti hyperpop hingga elemen world music. Strategi branding tiap grup pun semakin terarah, dengan pendekatan yang menargetkan pasar tertentu melalui cerita dan konsep yang lebih personal serta autentik.

Perjalanan K-Pop dari satu generasi ke generasi berikutnya mencerminkan dinamika industri hiburan yang terus berinovasi dan berpikir ke depan. Setiap generasi membawa ciri khasnya sendiri yang memperkuat identitas K-Pop secara keseluruhan.

Dari masa fan café hingga era konser virtual, K-Pop telah membuktikan dirinya sebagai lebih dari sekadar genre musik, ia adalah fenomena budaya pop yang terus tumbuh dan berevolusi seiring perkembangan zaman.