
TOD di Jakarta Jauh dari Sempurna
Urban and Visual Design Associate Institute for Transportation & Development Policy (ITDP) Annisa Dyah Lazuardini menilai penerapan transit oriented development (TOD) di Jakarta belum sempurna.
Nasional
JAKARTA – Urban and Visual Design Associate Institute for Transportation & Development Policy (ITDP) Annisa Dyah Lazuardini menilai penerapan transit oriented development (TOD) di Jakarta belum sempurna.
“Kawasan TOD yang baik adalah integrasi transportasi umum dengan perjalanan first-last mile-nya, baik pejalan kaki, angkutan pengumpan (mikrotrans), dan sepeda (baik fasilitas bagi pesepeda pribadi maupun layanan sepeda sewa),” jelas Annisa ketika dihubungi TrenAsia.com, Rabu, 24 Maret 2021.
Hingga kini, implementasi di kawasan yang ditata masih belum mengedepankan kebutuhan ragam pejalan kaki. Annisa mencontohkan penataan kawasan Senen dan Tanah Abang, Jakarta Pusat, masih menyediakan tempat dan gedung parkir kendaraan bermotor.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
“Di Senen, rancangan gedung-gedung barunya dipagari sehingga justru menutup akses pejalan kaki langsung ke trotoar. JPO (jembatan penyeberangan orang) Senen tidak menjawab kebutuhan pejalan kaki yang beraktivitas di kawasan tersebut. Sebetulnya (pejalan kaki) membutuhkan penyeberangan yang bersifat langsung, lebar, dan sebidang,” ujarnya.
Annisa menegaskan, TOD yang ideal berarti mempermudah rute pejalan kaki dengan meningkatkan keterisian ruang terutama di area-area dengan blok-blok besar seperti Sudirman dan Kuningan, Jakarta Selatan. Selain itu, perlu juga memastikan fasilitas pejalan kaki mengakomodasi seluruh kelompok masyarakat, terutama kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, disabilitas, dan perempuan.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) DKI Jakarta menyebut pembangunan Jakarta telah berubah dari yang sebelumnya car oriented development (mengutamakan kendaraan pribadi) menjadi TOD.
“Ini mulai diubah dengan memberikan prioritas kepada pejalan kaki dan wujud dari kebijakan mendasar ini, maka pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan perubahan prioritas penanganan transportasi hingga menyiapkan pedestriasi dan juga menyiapkan fasilitas pejalan kaki secara masif,” ucapnya dalam webinar, Rabu, 24 Maret 2021.
Hal ini diwujudkan dengan penataan trotoar di Jakarta sepanjang 364 kilometer seperti di daerah Dukuh Atas, Sudirman-Thamrin, Thamrin 10, hingga Kendal Menteng. Pembangunan ini dilakukan mulai dari 2018 hingga 2020.
Syafrin juga mengatakan, selama ini telah dibangun secara masif mulai dari Bus Rapid Transit (BRT) yang saat ini telah tersedia 13 koridor, Lintas Raya Terpadu (Light Rail Transit/LRT) walaupun masih sebatas 5,9 kilometer dari Kelapa Gading ke Velodrome atau Rawamangun, dan Moda Raya Terpadu (Mass Rapid Transit/MRT) dari Lebak Bulus sampai dengan Bundaran HI.
“Ketiga moda transportasi ini telah diintegrasikan secara baik yaitu dengan angkutan jalan dan juga moda KRL (kereta rel listrik),” ujarnya. (SKO)