
Timbun Kas Rp17 T, Ini Strategi Baru Bukalapak (BUKA) Cetak Laba
- Dari rugi Rp747 Miliar jadi laba Rp467 Miliar, apa rahasia di balik kebangkitan Bukalapak (BUKA)? Bongkar kunci sukses dari efisiensi hingga aksi buyback.
Tren Pasar
JAKARTA, TRENASIA.ID – PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) memberikan kejutan besar dalam laporan keuangan semester I-2025. Perusahaan teknologi ini berhasil membalikkan kerugian besar menjadi laba signifikan, menandakan adanya perubahan strategi yang sangat fundamental.
Bukalapak sukses mencatatkan laba bersih sebesar Rp467,12 miliar. Kinerja ini merupakan pembalikan 180 derajat dari periode yang sama tahun lalu, di mana perusahaan masih merugi hingga Rp747,8 miliar.
Transformasi luar biasa ini bukan sebuah kebetulan. Ini adalah hasil dari strategi baru yang lebih matang: era 'bakar duit' telah berakhir, digantikan oleh fokus pada efisiensi dan menumpuk uang tunai. Mari kita bedah tuntas lima poin penting di baliknya.
- Apa Isi No Other Land? Film yang Konsultannya Ditembak Mati Pemukim Israel
- Pesta Saham CDIA Usai? Harga Anjlok di Tengah Sinyal Pasar Nego
- Gempa Dahsyat Rusia : Tsunami Sapu Pasifik, Segara Capai Indonesia
1. Jurus Utama: Jual Aset Investasi, Timbun Uang Tunai
Langkah paling drastis yang dilakukan Bukalapak adalah mengubah total komposisi asetnya. Perusahaan secara masif telah melikuidasi atau menjual aset investasinya. Pos investasi jangka panjang anjlok tajam lebih dari 74% menjadi hanya Rp1,44 triliun.
Hasilnya, posisi kas dan setara kas Bukalapak kini meroket +53% dari Rp11,2 triliun menjadi Rp17,17 triliun. 'Tumpukan' uang tunai raksasa ini tidak hanya memberikan bantalan keamanan, tetapi juga fleksibilitas yang luar biasa bagi perusahaan untuk bergerak ke depan.
2. Kunci Cuan: Dari Rugi Investasi Menjadi Laba
Langkah menjual aset investasi ini menjadi kunci utama di balik pembalikan kinerja laba-rugi perusahaan. Pada periode ini, Bukalapak berhasil membukukan laba dari nilai investasi sebesar Rp243,22 miliar, sebuah hasil dari strategi de-risking yang cerdas.
Angka ini berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun lalu, di mana pos yang sama justru mencatatkan rugi investasi sebesar Rp1,32 triliun. Perubahan dari rugi triliunan menjadi laba ratusan miliar inilah yang menjadi pahlawan utama.
3. Rem Biaya Diinjak, Tapi Pendapatan Tetap Tumbuh
Selain dari investasi, Bukalapak juga sukses besar dalam melakukan efisiensi. Perusahaan terlihat menginjak 'rem' biaya dalam-dalam, terbukti dari beban penjualan & pemasaran serta beban umum & administrasi yang berhasil ditekan secara signifikan.
Yang lebih mengesankan, langkah efisiensi BUKA ini ternyata tidak mengorbankan pertumbuhan bisnis inti. Ini tampak dari pendapatan neto perusahaan tercatat tetap tumbuh sehat sebesar 28% menjadi Rp3,09 triliun, menunjukkan bahwa operasional bisnisnya berjalan dengan sangat baik.
4. Pamer Kekuatan: Utang Dipangkas, Borong Balik Saham
Selain itu, posisi keuangan Bukalapak kini jauh lebih sehat. Total liabilitas atau utang perusahaan berhasil menyusut dari Rp1,09 triliun menjadi hanya Rp717,57 miliar, terutama berkat pemangkasan utang jangka pendek yang signifikan.
Dengan tumpukan kas yang melimpah, emiten bersandikan BUKA ini juga menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan aksi buyback atau pembelian kembali saham BUKA senilai Rp768,93 miliar sepanjang tahun 2025 berjalan.
5. Fondasi Ekuitas yang Tetap Sangat Kokoh
Meskipun aktif melakukan buyback saham (yang mengurangi ekuitas), fondasi modal Bukalapak tetap sangat kokoh. Total ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik tercatat sebesar Rp23,34 triliun per akhir semester pertama 2025.
Struktur permodalan yang kuat ini memberikan ruang yang sangat luas bagi perusahaan untuk berekspansi di masa depan. Ini adalah sinyal bahwa Bukalapak tidak hanya fokus mencetak laba sesaat, tetapi juga membangun fondasi yang kuat untuk pertumbuhan berkelanjutan.