WhatsApp Image 2025-04-22 at 16.40.31.jpeg
Fintech

Tidak Fokus Genjot Penyaluran Kredit, AdaKami Lebih Pilih Strategi Ini untuk Keberlanjutan BIsnis

  • AdaKami secara ketat menerapkan proses e-KYC (electronic Know Your Customer) yang bertujuan untuk memastikan bahwa calon peminjam memang layak menerima pendanaan dengan jumlah dan tenor tertentu.

Fintech

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Alih-alih mengejar angka penyaluran kredit tinggi, AdaKami lebih menekankan pada kualitas dan kehati-hatian dalam proses pembiayaan. Ini menjadi fondasi utama dalam menjaga keberlanjutan dan stabilitas bisnis fintech lending tersebut.

Jonathan Kriss, Brand Manager PT Pembiayaan Digital Indonesia (AdaKami), menegaskan bahwa pihaknya kini tidak lagi berorientasi pada seberapa besar nilai penyaluran pembiayaan atau berapa banyak pengguna yang dilayani. Fokus utama perusahaan saat ini adalah pada prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kredit.

"Untuk AdaKami, kami sudah tidak lagi berlomba siapa yang disbursement-nya paling besar atau siapa yang punya user paling banyak. Tapi fokus kami adalah prinsip kehati-hatian," ujar Jonathan dalam acara Halal Bihalal AdaKami bersama Media di Jakarta, Selasa, 22 April 2025. 

Ia menjelaskan bahwa yang lebih penting dari sekadar lonjakan penyaluran dana adalah kemampuan platform dalam menjaga tingkat keberhasilan bayar dalam 90 hari (TKB90). Saat ini, AdaKami mencatatkan TKB90 sebesar 99,82%, sebuah angka yang diklaim sangat tinggi dan sulit dicapai tanpa proses internal yang matang dan selektif.

Pendanaan Berkualitas, Bukan Sekadar Disalurkan

Menurut Jonathan, keberhasilan tersebut tidak datang begitu saja. AdaKami secara ketat menerapkan proses e-KYC (electronic Know Your Customer) yang bertujuan untuk memastikan bahwa calon peminjam memang layak menerima pendanaan dengan jumlah dan tenor tertentu.

"Kami lebih selektif dalam memilah pengguna-pengguna yang mengajukan pinjaman. E-KYC menjadi kunci utama untuk menentukan apakah seseorang layak menerima limit tertentu," jelasnya.

Proses ini menjadi fondasi penting dalam memastikan bahwa pengguna yang menerima pinjaman benar-benar memiliki kapasitas untuk membayar kembali, sehingga risiko gagal bayar dapat ditekan serendah mungkin.

Inovasi Layanan: Teknologi AI Lawan Modus Penipuan

Meskipun terbatas oleh regulasi OJK dalam hal inovasi produk, AdaKami terus mengembangkan inovasi dalam layanan, khususnya dalam hal deteksi dan pencegahan penipuan berbasis teknologi AI. Teknologi ini kini mampu mengenali modus-modus baru seperti deepfake dan manipulasi data pada KTP.

"Sistem kami sudah mampu mendeteksi penipuan dengan teknologi AI. Dan proses development-nya tidak berhenti, terus bergulir seiring munculnya modus-modus baru," terang Jonathan.

Ia juga menyebutkan bahwa sistem AdaKami saat ini memiliki tingkat recovery hampir 100% terhadap upaya penipuan yang teridentifikasi. Selain itu, proses audit internal dilakukan secara berkala untuk menjaga kualitas data dan akurasi proses e-KYC.

Baca Juga: Biasa Dipakai Konsumsi, Kini Fintech Lending Semakin Dilirik UMKM

Fokus Konsumtif Sesuai Perizinan, Tapi Terbuka pada Perubahan

Menanggapi pertanyaan mengenai potensi pergeseran ke sektor pembiayaan produktif, Jonathan menyatakan bahwa hingga saat ini AdaKami masih fokus pada pembiayaan konsumtif. Hal ini sesuai dengan izin yang dikeluarkan oleh OJK.

"OJK memang mulai membuka pintu bagi platform konsumtif untuk mendukung sektor produktif. Namun, sifatnya masih sukarela dan belum diwajibkan. Nature bisnisnya pun berbeda," katanya.

Ia menambahkan bahwa dari sisi operasional, pinjaman konsumtif memiliki proses yang jauh lebih cepat. Sementara untuk produktif, verifikasi dan proses analisis jauh lebih kompleks, sehingga belum sesuai dengan model bisnis yang dijalankan oleh AdaKami saat ini.

Lender Institusional dan Prinsip Kehatian-kehatian

Dalam hal pendanaan, Jonathan menjelaskan bahwa seluruh lender yang bekerja sama dengan AdaKami adalah institusi keuangan, terutama dari sektor perbankan. AdaKami belum membuka peluang bagi lender individu.

"Lender kami semuanya institusional, mayoritas dari perbankan. Karena itu, prinsip kehati-hatian menjadi krusial. Mereka pun memiliki kriteria ketat dalam menyalurkan dana," ujarnya.

Kondisi ini turut mendorong AdaKami untuk selalu melakukan perbaikan sistem dan memperbarui algoritma seleksi pengguna agar sesuai dengan standar tinggi yang ditetapkan oleh para mitra institusional.

Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi dengan Mitigasi Risiko

Dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi dan lesunya daya beli masyarakat, Jonathan menyebut bahwa AdaKami telah mengantisipasi skenario-skenario buruk sejak awal berdiri. Platform ini menempatkan dirinya sebagai perantara (matchmaker) antara pemilik dana dan peminjam, dan karena itu, harus memastikan bahwa kedua belah pihak dapat menjalankan tanggung jawabnya masing-masing.

"Kami sadar industri ini sangat bergantung pada kualitas pengguna. Karena itu sejak awal kami siapkan sistem yang bisa menyaring pengguna secara ketat. Kalau satu pihak lalai, siklusnya bisa terganggu," jelasnya.

Fokus pada Keberlanjutan Jangka Panjang

Dengan tidak terjebak pada angka semata, AdaKami menunjukkan pendekatan bisnis yang lebih berorientasi pada keberlanjutan jangka panjang. Melalui inovasi teknologi, seleksi pengguna yang ketat, serta kolaborasi dengan lender institusional, platform ini berupaya menjaga ekosistem pembiayaan digital tetap sehat di tengah tantangan ekonomi.

Pendekatan ini menunjukkan bahwa dalam industri fintech lending, pertumbuhan yang sehat lebih utama daripada pertumbuhan yang cepat.