
Tekanan Sosial vs Logika Finansial, Ini Pertimbangan Penting Sebelum Beli Mobil Pertama
- Beli mobil pertama bisa jadi kesalahan finansial jika tidak diperhitungkan matang. Simak 5 alasan kenapa anak muda kelas menengah perlu berpikir ulang sebelum membeli mobil baru.
Tren Global
JAKARTA - Bagi banyak anak muda, terutama dari kalangan kelas menengah, membeli mobil pertama sering kali dianggap sebagai simbol keberhasilan dan kemandirian finansial. Namun, di tengah fluktuasi ekonomi global dan domestik yang belum sepenuhnya stabil, keputusan membeli mobil terutama mobil baru bisa menjadi langkah keuangan yang kurang bijak jika tidak disertai perhitungan matang.
Kondisi ekonomi saat ini ditandai oleh naik-turunnya harga kebutuhan pokok, suku bunga kredit yang belum sepenuhnya turun, serta ketidakpastian dunia kerja akibat transformasi digital dan tekanan geopolitik global sebagai akibat dari kebijakan proteksionis Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Di sisi lain, gaya hidup konsumtif dan tekanan sosial membuat banyak anak muda merasa "perlu" memiliki mobil pribadi secepatnya, tanpa benar-benar menghitung dampak jangka panjangnya. Berikut ini lima alasan utama mengapa anak muda perlu berhati-hati dalam membeli mobil pertama, terutama di masa ekonomi yang penuh ketidakpastian.
1. Depresiasi Nilai Mobil Merugikan Finansial
Mobil baru bukanlah aset yang mengalami kenaikan nilai seiring waktu, seperti rumah atau tanah. Faktanya, mobil baru kehilangan sekitar 20–30% nilainya begitu keluar dari dealer. Dalam lima tahun, nilai mobil dapat turun hingga 60%. Artinya, mobil yang dibeli Rp300 juta hari ini, bisa bernilai kurang dari Rp120 juta dalam waktu lima tahun.
Di tengah ekonomi yang tidak pasti, menyimpan uang dalam bentuk aset yang terdepresiasi jelas bukan langkah bijak. Anak muda perlu menyadari bahwa setiap rupiah yang dibayarkan untuk mobil baru akan kehilangan nilainya secara signifikan.
2. Premi Asuransi dan Biaya Tambahan yang Meningkat
Mobil baru biasanya disertai kewajiban memiliki asuransi komprehensif, terutama jika dibeli secara kredit. Premi asuransi ini jauh lebih mahal dibandingkan mobil bekas karena mencakup perlindungan penuh terhadap kerusakan, kehilangan, dan tanggung jawab hukum. Selain asuransi, pemilik mobil baru juga harus menyiapkan anggaran untuk perawatan berkala, pajak tahunan, dan biaya administrasi lainnya.
Di tengah inflasi yang terus bergerak naik, beban pengeluaran tambahan ini bisa menjadi tekanan besar bagi keuangan pribadi, terutama bagi anak muda yang belum memiliki tabungan darurat atau portofolio investasi yang kuat.
3. Kehilangan Peluang Investasi Lebih Menguntungkan
Harga mobil baru dan mobil bekas bisa berbeda sangat jauh. Misalnya, jika seseorang memiliki dana Rp250 juta, ia bisa memilih antara membeli mobil baru tipe rendah atau mobil bekas tipe menengah dengan kondisi prima. Selisih dana sebesar Rp50-100 juta sebenarnya bisa dialihkan ke investasi lain, seperti reksa dana, saham, atau bahkan modal usaha.
Dalam situasi ekonomi fluktuatif, berinvestasi menjadi langkah strategis untuk menjaga nilai uang dan membangun fondasi keuangan jangka panjang. Mengalokasikan terlalu banyak dana ke kendaraan yang terus menyusut nilainya berarti kehilangan peluang untuk membangun kekayaan yang lebih produktif.
4. Risiko Terjebak dalam Utang Jangka Panjang
Skema pembiayaan mobil saat ini memungkinkan cicilan hingga 6–7 tahun. Meski terlihat ringan di awal, komitmen jangka panjang seperti ini sangat berisiko jika terjadi perubahan kondisi keuangan, seperti pemutusan kerja, penurunan pendapatan, atau kebutuhan darurat lainnya.
Banyak pemilik mobil yang akhirnya terjebak dalam situasi ekuitas negatif, yaitu ketika sisa cicilan lebih besar daripada nilai pasar mobil. Jika mobil dijual, hasilnya tidak cukup untuk melunasi utang. Hal ini seringkali menjadi awal dari lingkaran utang konsumtif yang sulit dihindari.
5. Fitur Canggih, Harga Tinggi, Tapi Jarang Terpakai
Produsen mobil berlomba-lomba menambahkan fitur teknologi terbaru, seperti sistem navigasi, kamera 360 derajat, sensor parkir otomatis, hingga fitur hiburan yang canggih. Namun kenyataannya, banyak pengguna mobil tidak benar-benar memanfaatkan fitur-fitur ini secara maksimal dalam kehidupan sehari-hari.
Fitur canggih tersebut ikut menaikkan harga jual mobil baru secara signifikan. Padahal, mobil bekas dengan fitur serupa bisa didapatkan dengan harga jauh lebih murah setelah terdepresiasi. Oleh karena itu, membeli mobil bekas yang andal sering kali memberikan nilai yang lebih baik untuk uang yang dikeluarkan.
Di tengah ekonomi yang penuh dinamika, anak muda perlu membuat keputusan finansial berdasarkan logika dan rencana jangka panjang, bukan sekadar keinginan sesaat atau tekanan sosial. Mobil memang dapat meningkatkan kenyamanan dan mobilitas, namun perlu disadari bahwa mobil adalah liabilitas, bukan aset.
Jika mobil dibutuhkan untuk keperluan kerja atau usaha, pertimbangkan opsi mobil bekas yang layak pakai, biaya terjangkau, dan tidak membebani cicilan berkepanjangan.