Ilustrasi orang sedang nonton film di Netflix.
Tren Leisure

Tarif Trump, Apakah Langganan Netflix dan Spotify Tetap Jadi Prioritas?

  • Netflix dan Spotify telah lama dianggap sebagai pilar utama dalam era hiburan digital, dengan peran besar dalam mengubah cara masyarakat mengakses dan menikmati konten.

Tren Leisure

Distika Safara Setianda

JAKARTA – Seminggu setelah mengumumkan tarif sebesar 32% terhadap Indonesia, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Selasa, 15 Juli 2025 mengumumkan kesepakatan baru dengan Indonesia, di mana Indonesia akan dikenakan tarif sebesar 19%.

Melalui platform Truth Social, Trump menyampaikan ia telah merampungkan kesepakatan penting dengan Indonesia setelah berbicara dengan Presiden Prabowo Subianto. Ia menyebut kesepakatan bersejarah ini untuk pertama kalinya membuka seluruh pasar Indonesia bagi Amerika Serikat.

Dilansir dari Hindustan Times, sebagai bagian dari perjanjian tersebut, Presiden AS menyatakan Indonesia telah sepakat untuk membeli energi dari Amerika Serikat senilai US$15 miliar serta produk pertanian AS sebesar US$4,5 miliar. Ia juga mengungkapkan Indonesia akan membeli 50 pesawat Boeing, yang sebagian besar merupakan model 777.

“Untuk pertama kalinya, peternak, petani, dan nelayan kita akan mendapatkan akses penuh ke pasar Indonesia yang memiliki lebih dari 280 juta penduduk,” imbuh Trump.

Sementara, barang-barang dari AS tidak akan dikenai tarif sama sekali. “Indonesia membayar 19% dan kami tidak membayar apa pun. Kami akan memiliki akses penuh ke Indonesia,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih, dikutip dari Bloomberg.

Dengan tarif 19%, ini lebih rendah dibandingkan dengan tarif yang ditawarkan ke Filipina dan Vietnam (20%), Malaysia (25%), bahkan lebih rendah dibandingkan tarif transshipment Vietnam yang mencapai 40%, dan Thailand (36%).

Managing Director Research & Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia Harry Su menyebut kesepakatan tersebut hanya menguntungkan AS ketimbang Indonesia.

“Secara garis besar, kesepakatan ini sangat menguntungkan bagi AS, karena Indonesia akan membuka seluruh pasarnya bagi produk-produk dari AS,” katanya dalam keterangan tertulis, Rabu, 16 Juli 2025.

Harry menjelaskan dari perspektif ekspor Indonesia ke AS, kesepakatan ini mungkin tidak terlalu merugikan karena para pesaing Indonesia di pasar AS juga dikenai tarif serupa atau bahkan lebih tinggi. Ia menambahkan, tarif impor AS ditanggung oleh konsumen Amerika, bukan oleh produsen Indonesia.

Namun, menurutnya, persoalan utama justru datang dari sisi sebaliknya, yakni saat produk-produk asal AS masuk ke pasar Indonesia dengan tarif 0%.

Ia mengatakan salah satu kekhawatiran utama adalah masuknya daging ayam dari AS. Jika hal ini dibiarkan tanpa pengawasan atau pembatasan, Harry memperingatkan industri peternakan unggas dalam negeri bisa mengalami kehancuran.

“Implikasinya sangat serius. Sekitar lima juta lapangan kerja di sektor ini bisa hilang dalam waktu singkat,” ucapnya.

Dilansir dari LDN Global Markets, Netflix dan Spotify telah lama dianggap sebagai pilar utama dalam era hiburan digital, dengan peran besar dalam mengubah cara masyarakat mengakses dan menikmati konten.

Berkat model langganan yang kuat dan basis pengguna global yang besar, kedua perusahaan ini terbukti lebih tangguh menghadapi tekanan ekonomi dibanding banyak pesaingnya.

Namun, ketidakpastian ekonomi yang terus berlangsung dan sikap konsumen yang semakin hati-hati dalam membelanjakan uang mulai menegaskan satu hal penting, ketahanan bukan berarti kebal sepenuhnya.

Dalam kondisi seperti ini, Netflix dan Spotify masih mampu mempertahankan pertumbuhan jumlah pengguna dan tingkat keterlibatan yang stabil. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh biaya langganan bulanan yang relatif terjangkau dan kemudahan akses internet.

Saat situasi ekonomi sulit, banyak konsumen cenderung mengurangi pengeluaran untuk hiburan mahal atau aktivitas di luar rumah, menjadikan hiburan di rumah sebagai alternatif yang lebih hemat.

Meski demikian, tekanan terhadap layanan berlangganan murah pun mulai terasa, terutama ketika pendapatan rumah tangga menurun. Dilansir dari SolutionShala, dalam dekade terakhir, cara orang mengonsumsi media telah mengalami pergeseran yang sangat besar.

DVD telah menghilang, CD hanyalah peninggalan kuno, dan kabel kini berada dalam kondisi darurat. Sebagai gantinya, platform streaming seperti Netflix dan Spotify menawarkan akses ke pustaka konten yang sangat besar dengan biaya bulanan.

Layanan streaming mengandalkan model berlangganan, di mana pengguna membayar biaya tetap untuk mengakses seluruh konten yang tersedia di platform. Model ini menarik karena memberikan arus pendapatan yang stabil bagi perusahaan dan menghilangkan hambatan pembelian satuan bagi pengguna.

Bagi platform seperti Netflix, yang menggelontorkan dana besar untuk memproduksi konten orisinal, pendapatan dari langganan menjadi sumber utama yang menopang keberlangsungan produksi. Sementara Spotify, meskip memiliki versi gratis, juga sangat bergantung pada pelanggan berbayar, karena pendapatan dari iklan per pengguna jauh lebih kecil.

Namun, tantangan ekonominya terletak pada keseimbangan antara biaya langganan dan nilai yang dirasakan oleh konsumen. Netflix perlu mengeluarkan lebih banyak biaya untuk menjaga konten tetap segar, tetapi menaikkan harga berisiko kehilangan pengguna.

Spotify harus membayar royalti kepada artis, yang meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna yang melakukan streaming, namun Spotify tidak dapat menaikkan harga terlalu cepat tanpa mendorong pengguna ke layanan gratis atau pesaing.