Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidato tentang tarif di Rose Garden di Gedung Putih di Washington, DC, AS, 2 April 2025.
Dunia

Tarif Balasan Trump Resmi Berlaku Hari Ini, Bikin Dunia Gonjang-Ganjing

  • Tarif balasan atau resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap puluhan negara, termasuk bea masuk sebesar 104% untuk produk asal China, resmi berlaku pada hari Rabu, 9 April 2025. Kebijakan ini tetap dijalankan meskipun Trump masih menjajaki proses negosiasi dengan sejumlah negara.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA – Tarif balasan atau resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap puluhan negara, termasuk bea masuk sebesar 104% untuk produk asal China, resmi berlaku pada hari Rabu, 9 April 2025. Kebijakan ini tetap dijalankan meskipun Trump masih menjajaki proses negosiasi dengan sejumlah negara.

Dikutip dari Reuters, pemberlakuan tarif tersebut telah mengguncang sistem perdagangan global yang telah terbentuk selama puluhan tahun. Langkah ini memicu kekhawatiran akan terjadinya resesi global dan menyebabkan penurunan tajam di pasar saham dunia.

Dilansir dari CBS News, pasar keuangan Asia kembali melemah. Di Tokyo, indeks Nikkei 225 turun 4,7% pada pertengahan siang. Sementara itu, di Hong Kong, indeks Hang Seng mengalami penurunan sebesar 1,8%, dan indeks Shanghai Composite melemah tipis sebanyak 4 poin.

Kontrak berjangka saham AS menunjukkan penurunan untuk hari kelima berturut-turut di Wall Street. Menurut Yahoo Finance pada pukul 1:45 pagi, kontrak berjangka S&P 500 turun 2,39%, Dow Jones Industrial Average melemah 2,15%, dan Nasdaq Composite turun 2,39%.

Setelah pengenaan tarif 10% yang luas dan telah mengguncang perekonomian global sejak akhir pekan lalu, bea masuk terhadap barang impor ke Amerika Serikat dari negara-negara seperti Uni Eropa dan Jepang kembali meningkat pada hari Rabu.

China, yang merupakan pesaing ekonomi utama sekaligus mitra dagang penting bagi Amerika Serikat—menjadi negara yang paling terdampak oleh kebijakan ini.

Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyampaikan dalam konferensi pers pada Selasa, 8 April 2025, tarif-tarif yang diterapkan dimaksudkan untuk membuka ruang negosiasi dengan mitra dagang Amerika Serikat.

“Kepada negara-negara di seluruh dunia, bawalah penawaran terbaik kalian, dan Trump akan mempertimbangkannya,” ujar Leavitt mengenai Presiden Trump. “Kesepakatan hanya akan terjadi jika menguntungkan bagi pekerja Amerika.”

Trump juga mengatakan pada Selasa bahwa pemerintahnya tengah menyiapkan kesepakatan yang disesuaikan dengan masing-masing mitra dagang, dan Gedung Putih menyebutkan bahwa negara-negara sekutu seperti Jepang dan Korea Selatan akan menjadi prioritas.

Kepala pejabat dagang Trump, Jamieson Greer, mengatakan di hadapan Senat bahwa negara seperti Argentina, Vietnam, dan Israel telah menyatakan kesediaannya untuk menurunkan tarif mereka.

Dalam sebuah jamuan makan malam bersama sesama Partai Republik pada malam harinya, Trump menyatakan banyak negara ingin segera mencapai kesepakatan dagang.

Namun, China belum menunjukkan tanda-tanda akan mundur, bahkan bersumpah akan melawan hingga akhir dalam perang dagang ini dan berjanji untuk meluncurkan tindakan balasan demi melindungi kepentingan mereka.

China dijadwalkan mulai menerapkan tarif balasan sebesar 34% terhadap barang-barang asal Amerika Serikat pada hari Kamis.

Trump menegaskan bahwa kebijakan tarif ini bertujuan untuk menghidupkan kembali sektor manufaktur Amerika yang telah lama menurun, dengan mendorong perusahaan agar memindahkan produksinya kembali ke AS.

Namun sejumlah pakar bisnis dan ekonom meragukan efektivitas dan kecepatan pemulihan tersebut, serta memperingatkan adanya risiko inflasi yang lebih tinggi akibat kenaikan harga barang karena tarif.

Trump menyatakan bahwa Amerika kini mendapatkan “hampir 2 miliar dolar per hari” dari pungutan tarif.

Awalnya, Trump menetapkan tarif tambahan sebesar 34% terhadap barang-barang China. Namun setelah China membalas dengan tarif yang sama untuk produk Amerika, Trump menambahkan lagi tarif sebesar 50%.

Jika digabungkan dengan tarif-tarif sebelumnya yang telah diberlakukan pada Februari dan Maret, total kenaikan tarif terhadap barang-barang China selama masa jabatan keduanya mencapai 104%.

Trump menegaskan bahwa kini keputusan ada di tangan Beijing, seraya menyebutkan bahwa “China sangat ingin membuat kesepakatan, tapi mereka tidak tahu harus memulai dari mana.”

Menjelang akhir hari Selasa, Trump juga mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan segera menetapkan tarif besar terhadap produk farmasi.

Sementara, Kanada menyatakan bahwa tarif atas sebagian impor mobil dari AS akan berlaku mulai Rabu.

Di sisi lain, Uni Eropa berupaya meredam ketegangan. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, dalam percakapannya dengan Perdana Menteri China Li Qiang, memperingatkan agar konflik dagang tidak semakin memburuk.

Ia menekankan pentingnya stabilitas ekonomi global serta “perlunya menghindari eskalasi lebih lanjut,” menurut keterangan resmi dari Uni Eropa.

Perdana Menteri Li menyampaikan bahwa China siap menghadapi tekanan dan “yakin dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang sehat dan berkelanjutan.”

Uni Eropa, yang juga dikritik Trump karena sistem tarifnya—kemungkinan akan mengumumkan tanggapannya pekan depan terhadap tarif baru sebesar 20% yang dikenakan padanya.

Sebagai respons atas tarif AS terhadap baja dan aluminium yang berlaku bulan lalu, Uni Eropa berencana mengenakan tarif balasan hingga 25% terhadap berbagai produk Amerika, termasuk kedelai dan sepeda motor, menurut dokumen yang diperoleh AFP.