
Tak Hanya Suara Desahan, Ini Kontroversi GBK Lainnya
- Stadion nasional di Jakarta ini bukan hanya ikon olahraga nasional, tapi juga pusat berbagai kegiatan publik berskala besar yang kerap dipakai untuk berbagai acara non-olahraga.
Tren Leisure
JAKARTA – Gelora Bung Karno (GBK) beberapa waktu terakhir menjadi sorotan publik karena sederet kontroversi terkait pengelolaan dan penggunaannya.
Stadion nasional di Jakarta ini bukan hanya ikon olahraga nasional, tapi juga pusat berbagai kegiatan publik berskala besar yang kerap dipakai untuk berbagai acara non-olahraga.
Terbaru Gelora Bung Karno (GBK) kembali menuai sorotan publik usai insiden memalukan pada Sabtu, 12 Juli 2025. Pengunjung yang tengah berolahraga mendadak dibuat kaget dan canggung karena terdengar suara tidak senonoh dari speaker umum. Sejumlah orang berhenti beraktivitas, saling menatap, hingga merekam kejadian tersebut.
- Terbesar di Indonesia, Portofolio Sustainable Finance BRI Capai Rp796 Triliun
- Pamer Mobil di Medsos? Hati-Hati Diintip Pajak Mulai 2026
- Bukan Sekadar Makeup, Ini Alasan Anak Muda Terobsesi K-Beauty
Lagi lagi pihak pengelola melalui Instagram @love_Gbk memberikan klarifikasinya dan meminta maaf. Pengelola mengklaim hal tersebut terjadi akibat kelalaian petugas yang memutar playlist dari platform musik berbayar tanpa pengecekan ketat.
Setelah daftar putar resmi habis, sistem otomatis memutar konten lain yang ternyata berisi suara vulgar.
"Kami menyampaikan permohonan maaf yang tulus atas isiden pemutaran konten audio tidak pantas yang tempat terdengar melalui pengeras suara di kawasan publik di GBK,"tulis akun tersebut dilansir pada Selasa, 15 Juli 2025.
Yang terbaru pihak pengelola yaitu PPKGBK mengaku mengambil tindakan tegas dengan memberhentikan para petugas pada bidang tersebut dengan penyelidikan dan investigasi forensik yang tetap berjalan.
Ternyata bukan hanya sekali, GBK kerap membuat kontroversi. Berikut beberapa Kontroversi yang sempat mencuat:
Tarif Kegiatan Komunitas
Viral keluhan komunitas permainan tradisional yang diminta membayar hingga Rp1,9 juta untuk menggelar kegiatan di area publik GBK, padahal acaranya gratis dan non-komersial.
Pihak pengelola GBK mengklarifikasi bahwa tarif berlaku untuk kegiatan berbayar, tapi isu ini menimbulkan perdebatan soal akses publik yang adil.
Lapangan Rusak Akibat Konser
Pelatih Timnas Indonesia saat itu Shin Tae-yong mengkritik kondisi rumput GBK yang buruk usai konser besar seperti NCT Dream dan Coldplay. Menurutnya, kualitas lapangan tidak layak untuk pertandingan internasional, sehingga ia mendesak prioritas penggunaan GBK untuk olahraga.
Prioritas Acara Politik vs Konser
Menjelang Piala Dunia U-20 2023, pemerintah sempat melarang konser di GBK demi memenuhi standar FIFA. Namun di waktu yang sama, stadion justru digunakan untuk acara relawan politik.
Kebijakan yang dinilai inkonsisten ini memicu kritik karena dianggap menerapkan standar ganda dalam pemanfaatan ruang publik.
Kericuhan Suporter dan Keamanan Stadion
Sejumlah laga besar di GBK diwarnai bentrokan suporter, seperti duel panas Persija vs Persib pada pertandingan Liga 1.
Insiden pelemparan benda keras, laser, bahkan kursi terjadi pada beberapa pertandingan. Masalah keamanan suporter dan manajemen penonton jadi PR penting agar stadion benar-benar ramah bagi semua.