Sultan Qaboos bin Said
Nasional & Dunia

Sultan Oman Berpulang, Inilah Sosoknya

  • MUSCAT – Penguasa Kesultanan Oman, Sultan Qaboos bin Said Al Said, meninggal dunia. Ia menghembuskan napas terakhir dalam usia …

Nasional & Dunia

Acep Saepudin

MUSCAT – Penguasa Kesultanan Oman, Sultan Qaboos bin Said Al Said, meninggal dunia. Ia menghembuskan napas terakhir dalam usia 79 pada Jumat (10/01) malam.

Dikutip dari media pemerintah, Kesultanan Oman mengumumkan hari berkabung nasional selama tiga hari lamanya.

Sultan Qaboos merupakan sosok penguasa terlama di Jazirah Arab, lebih lama daripada para raja Arab Saudi. Pria 79 tahun ini telah berkuasa di Oman sejak 1970 atau hampir setengah abad.

Sultan Qaboos memperoleh takhta dengan cara menggulingkan ayahnya dalam kudeta tak berdarah dengan dukungan Inggris bekas kekuatan kolonial di Oman.

Ayahnya, Said bin Taimur merupakan penguasa Oman yang tertutup dan ultra-konservatif yang melarang berbagai hal. Salah satunya mendengarkan radio atau memakai kacamata hitam, dan memutuskan siapa yang bisa menikah, dididik atau meninggalkan negara.

“Dengan rasa sedih, pengadilan Kesultanan Oman berduka. Sultan Qaboos bin Said kami yang dipilih Tuhan untuk berada di sisinya pada Jumat malam,” tulis kantor berita Oman seperti dilansir AFP.

Qaboos tidak menikah, dan oleh karenanya ia tidak memiliki putera mahkota pengganti. Sultan juga belum/tidak sempat secara terbuka menunjuk penggantinya untuk memimpin Oman.

Menurut Statuta Dasar kesultanan, Dewan Keluarga Kerajaan – yang terdiri dari sekitar 50 anggota laki-laki – harus memilih sultan baru dalam waktu tiga hari sejak mengalami kekosongan takhta.

Jika keluarga tidak setuju, anggota dewan pertahanan dan ketua Mahkamah Agung, Dewan Konsultasi dan Dewan Negara akan membuka amplop tertutup di mana Qaboos diam-diam mencatat pilihannya dan menobatkan orang itu.

Sultan merupakan pengambil keputusan terpenting di Oman. Sultan juga memegang posisi perdana menteri, komandan tertinggi angkatan bersenjata, menteri pertahanan, menteri keuangan dan menteri luar negeri.

Pada beberapa tahun awal pemerintahannya, Sultan Qaboos menekan pemberontakan di provinsi selatan Dhofar oleh suku yang dituding komunis. Dalam menekan pemberontakan tersebut, ia dibantu Inggris yang merupakan bekas penjajah Oman pasca Perang Dunia I.

Sultan Qaboos digambarkan sebagai sosok karismatik dan visioner. Ia secara luas dianggap populer, tetapi dia juga seorang raja absolut dan suara-suara yang berbeda pendapat dibungkam.

Setelah kematiannya, Sultan Qaboos dianggap meninggalkan warisan pemerintahan demokratis bagi warga Oman. Hal itu karena Qaboos pada masa pemerintahannya kerap membuat keputusan politik berdasarkan musyawarah mufakat. Hal itu berjalan baik untuk pemerintahan federal, provinsi, lokal, dan wakil-wakil suku.