hand-arm.png
Tren Inspirasi

Startup Pakistan Ini Kirim Lengan dan Kaki Prostetik untuk Anak-anak di Gaza

  • Lewat smartphone, mereka memotret bagian tubuh dari berbagai sudut untuk kemudian dibuatkan model 3D dari tangan atau kaki palsu yang akan dicetak dan dikirimkan. Inovasi ini sangat efisien, terutama untuk pasien di daerah konflik yang mustahil mengakses perawatan medis normal.

Tren Inspirasi

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Di tengah konflik berkepanjangan di Gaza yang telah merenggut puluhan ribu nyawa, secercah harapan muncul dari ribuan kilometer jauhnya. Sebuah startup asal Pakistan bernama Bioniks, yang bermarkas di Karachi, menghadirkan keajaiban kecil bagi anak-anak korban serangan brutal Israel. Bukan dengan senjata atau politik, melainkan melalui teknologi prostetik yang mengubah air mata menjadi senyuman.

Dikutip dari Reuters, salah satu cerita paling menyentuh datang dari Sidra Al Bordeeni, bocah perempuan berusia delapan tahun yang menjadi korban serangan Israel di Gaza. Saat itu, Sidra tengah berlindung di Sekolah Nuseirat, yang difungsikan sebagai tempat pengungsian sementara. 

Namun nasib berkata lain. Rudal menghantam, dan Sidra harus kehilangan lengan kecilnya. Layanan kesehatan yang lumpuh membuat orang tuanya tak bisa menyelamatkan tangan Sidra. Sang ibu, Sabreen Al Bordeeni, mengenang momen tragis itu dengan getir.

Namun dunia tak sepenuhnya diam. Harapan itu datang dari Bioniks, sebuah startup sosial dari Pakistan yang tak segan melintasi batas negara dan konflik demi membantu mereka yang membutuhkan. Bioniks menggunakan teknologi aplikasi smartphone dan pemodelan 3D untuk membuat kaki dan tangan palsu yang disesuaikan secara personal.

Teknologi 3D Printing Jadi Solusi Bagi Anak-Anak Korban Konflik

Bioniks tak hanya berbasis teknologi, tapi juga hati nurani. Lewat smartphone, mereka memotret bagian tubuh dari berbagai sudut untuk kemudian dibuatkan model 3D dari tangan atau kaki palsu yang akan dicetak dan dikirimkan. Inovasi ini sangat efisien, terutama untuk pasien di daerah konflik yang mustahil mengakses perawatan medis normal.

CEO Bioniks, Anas Niaz, mengatakan bahwa sejak berdiri tahun 2021, mereka sudah memproduksi lebih dari 1.000 lengan dan kaki prostetik khusus di Pakistan. Tapi untuk korban perang seperti Sidra, ini adalah pertama kalinya mereka melakukan proyek bantuan lintas negara. 

Startup ini dibiayai lewat kombinasi dana pasien, sponsor perusahaan, dan donasi publik. Proyek untuk Gaza didanai oleh masyarakat Pakistan dan juga dukungan dari Klinik Mafaz di Amman, Yordania.

Kini, di sebuah kamp pengungsian di Yordania, Sidra kembali bisa bermain sepeda, sesuatu yang tidak mungkin ia lakukan sejak kehilangan lengannya. "Dia sangat senang bermain. Semua teman dan saudaranya terpesona melihat lengan barunya," ujar sang ibu Sabreen dengan penuh syukur dalam wawancara lewat telepon.

Kebahagiaan Sidra bukan hanya milik dia sendiri. Ada juga Habebat Allah, seorang balita perempuan berusia tiga tahun yang kehilangan kedua lengan dan kakinya akibat serangan di Gaza. Proses pembuatan prostetik untuk Habebat memakan waktu beberapa hari melalui konsultasi daring dan pengukuran jarak jauh. 

Setelah semuanya siap, Anas Niaz sendiri terbang dari Pakistan ke Yordania untuk mengantarkan langsung prostetik bagi kedua gadis kecil itu, sekaligus menjadikan ini pengiriman luar negeri pertama startup-nya.

Murah, Fungsional, dan Mudah Diakses

Prostetik buatan Bioniks dihargai sekitar US$2.500 per unit, jauh lebih murah dibandingkan prostetik buatan Amerika Serikat yang bisa mencapai US$10.000–20.000. Meski tidak secanggih buatan negara maju, prostetik dari Bioniks menawarkan fungsi pergerakan tinggi, cukup untuk memenuhi kebutuhan anak-anak seperti Sidra dan Habebat yang ingin bermain dan belajar seperti biasa.

CEO Klinik Mafaz, Entesar Asaker, menyatakan alasannya menggandeng Bioniks: "Prosesnya cepat, bisa dilakukan secara daring, dan biayanya jauh lebih terjangkau,” ujarnya dikutip dari Reuters, Selasa, 8 Juli 2025. 

Tak hanya itu, prostetik ini juga dirancang khusus untuk anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan, sehingga ringan dan memungkinkan untuk penggantian tiap 12–18 bulan tanpa harus mengganti keseluruhan unit.

Menjangkau Zona Konflik Lain

Bioniks tak ingin berhenti di Gaza. Startup ini berencana memperluas bantuan ke berbagai wilayah konflik seperti Ukraina, dan terus menargetkan misi sosial mereka menjadi skala global. “Kami ingin menjadi perusahaan dunia yang menyentuh lebih banyak kehidupan melalui teknologi yang humanis,” tegas Niaz.

Selain misi sosial, startup ini juga tengah menjajaki pendanaan untuk lengan dan kaki prostetik pengganti bagi Sidra dan Habebat di masa mendatang. Dengan sistem modular yang efisien, biaya penggantian bisa ditekan seminimal mungkin.

Anak-Anak Gaza: Korban Terbesar dalam Diam

Konflik di Gaza telah menelan korban jiwa yang sangat besar. Menurut otoritas kesehatan Gaza, hingga Juni 2025, lebih dari 55.706 warga Palestina meninggal dunia, dengan mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak. UNICEF pun menekankan bahwa dunia tak boleh tinggal diam melihat penderitaan anak-anak ini terus berlangsung.

Kasus amputasi anak-anak di Gaza mencapai rekor tertinggi dalam sejarah. Menurut data PBB, saat ini terdapat lebih dari 4.500 anak yang kehilangan anggota tubuh akibat perang, di luar 2.000 kasus amputasi sebelum konflik memuncak. Ini menjadikan Gaza sebagai wilayah dengan angka amputasi anak tertinggi per kapita di dunia.

Bioniks: Teknologi dan Kemanusiaan dalam Satu Napas

Apa yang dilakukan Bioniks bukan sekadar teknologi canggih—tapi perpaduan empati, inovasi, dan aksi nyata. Lewat tangan-tangan buatan yang ringan dan murah, mereka membantu anak-anak seperti Sidra dan Habebat kembali merasakan masa kecil yang layak mereka dapatkan.

Dunia mungkin tak bisa menghapus semua luka perang, tapi lewat langkah kecil seperti ini, senyum anak-anak Palestina bisa kembali merekah.