
Soal Mobil Hidrogen, UGM Sudah Punya Urban Hydroz
- Kendaraan canggih ini memanfaatkan hidrogen sebagai sumber energi utama, bahan bakar bersih dan terbarukan yang memiliki potensi besar untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Tren Leisure
JAKARTA – Kendaraan berbahan bakar hidrogen (H2) diperkirakan memiliki peluang yang setara dengan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Seperti halnya mobil listrik yang kian digemari, mobil berbahan bakar hidrogen juga menjadi opsi lain yang bisa dipertimbangkan jika ingin memiliki kendaraan ramah lingkungan.
Mobil hidrogen adalah kendaraan yang menggunakan hidrogen sebagai sumber tenaganya, dan menjadi salah satu upaya pemanfaatan energi terbarukan. Kehadirannya menawarkan alternatif baru untuk menggantikan bahan bakar minyak (BBM) di masa mendatang.
Pemerintah Indonesia tengah membuka peluang baru di sektor energi melalui upaya pengembangan kendaraan berbahan bakar hidrogen.
- Fachri Albar Ditangkap Polisi Terkait Narkoba, Berikut 8 Film yang Pernah Dibintanginya
- Menggali Potensi Produk Indonesia dan Peluang Pasar Baru di Tengah Sengitnya Perang Tarif
- Lo Kheng Hong Kantongi Rp13,47 Miliar dari Dividen BBRI
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan, inisiatif ini merupakan bagian dari strategi untuk menekan ketergantungan terhadap impor minyak, sekaligus menjadi bentuk nyata komitmen Indonesia terhadap Perjanjian Paris, meskipun Amerika Serikat sebagai pencetus perjanjian tersebut telah mundur.
“Cara kita untuk mengurangi impor adalah memanfaatkan potensi bahan bakar pengganti fosil. Bisa B40, bisa baterai listrik, mobil baterai, dan bisa juga hidrogen,” kata Bahlil saat menghadiri Konferensi Ekosistem Hidrogen atau Global Hydrogen Summit 2025 di Jakarta, Selasa, 15 April 2025.
Bahlil mengakui transisi menuju era hidrogen bukanlah hal yang mudah. Ia mengungkapkan, pengembangan teknologi hidrogen, terutama untuk kendaraan, masih menghadapi berbagai hambatan, seperti biaya yang masih tinggi dan ekosistem yang belum sepenuhnya terbentuk dengan baik.
“Hidrogen ini barang baru. Karena kalau kita compare dia dengan mobil listrik, biaya hidrogennya memang masih mahal dan teknologinya kan ke sini-ke sini mudah-mudahan bisa kita mendapatkan yang lebih murah,” ungkapnya.
Kendati demikian, ia menegaskan menunggu segala sesuatunya sempurna bukanlah langkah yang bijak, karena hal itu justru bisa membuat Indonesia tertinggal. Ia menambahkan, saat ini pemerintah memang baru memiliki regulasi untuk kendaraan listrik, namun seiring meningkatnya minat dan potensi pasar kendaraan hidrogen, regulasi khusus untuk teknologi tersebut akan segera menyusul.
Adapun, pemerintah tengah mempertimbangkan pemberian insentif guna mendukung pengembangan hidrogen, khususnya sebagai bahan bakar di dalam negeri.
“Insentifnya kita lagi bahas. Jadi kita lagi tanya siapa (investasi) yang masuk, siapa yang melakukan investasi. Kita minta proposal mereka. Kalau itu oke, kita akan jalankan,” ujar Bahlil.
Ia menjelaskan, proses pemberian insentif akan diawali dengan meninjau potensi pasar kendaraan hidrogen di Indonesia. Pendekatan ini serupa dengan langkah yang diambil saat kendaraan listrik pertama kali diperkenalkan di tanah air.
Saat ini, Toyota Indonesia tercatat sebagai satu-satunya yang mengembangkan kendaraan berbahan bakar hidrogen di Indonesia, yang dinamai Toyota Mirai. Namun, sayangnya kendaraan ini belum dipasarkan di Indonesia.
Selain mobil, Toyota juga turut membangun ekosistem hidrogen dengan meresmikan hydrogen refueling station pertama yang memiliki tekanan 700 bar, pada awal Februari 2025.
Semar UGM
Universitas Gadjah Mada (UGM) di bagian lain memiliki mobil hidrogen yang dikembangkan oleh tim mahasiswa yang tergabung dalam Semar UGM. Nama mobil Semar UGM tentu sudah dikenal luas di kalangan mahasiswa yang terlibat dalam pengembangan kendaraan hemat energi. Kendaraan hasil karya tim Semar UGM ini kerap menorehkan prestasi dengan meraih berbagai penghargaan dalam kompetisi bergengsi, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Tim Semar UGM sendiri telah mengembangkan berbagai jenis mobil dengan sumber energi yang beragam, seperti listrik, gasoline, dan diesel. Salah satu inovasi andalannya adalah mobil Semar Proto.
Dilansir dari semar.ugm.ac.id, Proto 4.0 adalah kendaraan supermileage dengan emisi nol. Dirancang untuk seefisien mungkin dalam hal bobot dan aerodinamika, Proto 4.0 bertujuan mencapai efisiensi maksimal.
Semar Proto adalah prototipe kendaraan listrik yang diklaim memiliki efisiensi konsumsi energi paling irit se-Asia. Kendaraan ini didorong oleh listrik dan menggunakan pengontrol motor listrik yang diproduksi sendiri. Dengan proyek ambisius ini, Semar UGM berusaha mencetak rekor baru dan berkontribusi pada perkembangan transportasi berkelanjutan.
Mobil Semar Proto adalah kendaraan hemat energi yang dirancang menggunakan mesin konvensional. Mobil ini memiliki koefisien drag sebesar 0,11 dan memanfaatkan bahan material carbon fiber untuk bodinya.
Dilansir dari ugm.ac.id, penggunaan bahan tersebut bertujuan untuk menyiasati bobot kendaraan, sehingga total bobot mobil hanya mencapai 27 kilogram. Sementara, untuk sistem penggeraknya, mobil Semar Proto mengandalkan motor listrik DC dengan daya sebesar 250 Watt dan tegangan 48 Volt.
Semar Prototype adalah kendaraan bermotor hemat energi yang mampu menempuh jarak hingga 280 kilometer hanya dengan satu liter bensin. Mobil ini memiliki dimensi panjang 2,8 meter, tinggi 0,65 meter, lebar satu meter, dan jarak antar roda (wheelbase) sepanjang 1,6 meter.
Bagian bodi mobil dibuat dari material fiberglass setebal sekitar dua milimeter. Sebagai penggerak utamanya, digunakan mesin empat langkah dengan satu silinder berkapasitas 25 cc, yang memungkinkan mobil mencapai kecepatan maksimum hingga 45 km per jam.
Adapun, mobil Semar Proto belum lama ini mencatatkan prestasi dengan memecahkan rekor sebagai kendaraan listrik paling hemat energi dalam ajang tahunan Shell Eco-Marathon 2022.
Ketua Umum tim Semar UGM Abdul Adzim Iftikar Mardiansjah menyampaikan, dalam ajang yang digelar di Sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat pada 11-15 Oktober 2022, tim Semar Proto berhasil meraih posisi pertama di kategori Prototype Kelas Battery-Electric dengan rekor jarak tempuh 587 km/kWh. Capaian itu mencatatkan rekor memecahkan rekor sebelumnya oleh tim HuaQi EV dari China dengan jarak tempuh 501 km/kWh.
Selain Semar Proto, UGM juga memiliki mobil Urban Hydroz. Urban Hydroz adalah kendaraan hemat energi yang dirancang dengan konsep urban, yaitu tipe kendaraan yang dibuat menyerupai city car yang mampu digunakan hingga masa depan.
Semar Hydroz 1.0 adalah kendaraan supermileage bertenaga hidrogen. Kendaraan canggih ini memanfaatkan hidrogen sebagai sumber energi utama, bahan bakar bersih dan terbarukan yang memiliki potensi besar untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Melalui pengembangan Semar Hydroz 1.0, Semar UGM bertujuan memberikan kontribusi nyata dalam kemajuan transportasi berkelanjutan dan mendukung upaya menuju masa depan yang lebih hijau.
Anggota Tim Semar UGM Fikri mengatakan, Urban Hydroz dikembangkan berbahan bakar hidrogen, yang berdasarkan hasil penelitian terbukti sangat hemat bahan bakar.
Energi listrik yang digunakan untuk menggerakkan Urban Hydroz berasal dari reaksi antara hidrogen dan oksigen dalam sel bahan bakar. Selain menghasilkan listrik, reaksi ini juga menghasilkan emisi berupa air murni.
- Bitcoin Menghijau karena Komentar Trump, Investor Masih Harus Waspada
- Kian Efisien Pasca-Lepas Consumer Banking, Citi Indonesia Cetak Laba Rp2,6 Triliun di 2024
- Saham BBTN Lanjutkan Reli, Sentimen Positif Perkuat Prospek Jangka Menengah
Selain itu, material yang digunakan tergolong ringan namun tetap kokoh, karena memanfaatkan bahan seperti serat karbon dan aluminium. Penggunaan bahan-bahan ini bertujuan untuk mengurangi bobot kendaraan tanpa mengorbankan kekuatan dan keamanannya.
Tim Semar Urban Hydroz telah melakukan riset dan pengembangan yang intensif untuk mengoptimalkan desain aerodinamis kendaraan Urban Hydroz. Hal ini menghasilkan pengurangan drag, yang mengurangi gesekan antara bodi kendaraan dan udara, sehingga meningkatkan efisiensi energi yang digunakan untuk menggerakkan kendaraan.