Temu-E-commerce-site-960x520.jpg
Tren Global

Skema De Minimis, Celah Perdagangan yang Dimanfaatkan E-Commerce China

  • Skema de minimis merupakan ketentuan bea cukai di AS yang membebaskan barang impor dari pungutan bea masuk dan pajak, selama nilai barang tersebut di bawah US$800 per kiriman

Tren Global

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Pemerintah Amerika Serikat telah memperketat aturan tarif terhadap e-commerce lintas batas (cross-border), dengan menghapus celah hukum yang selama ini dimanfaatkan oleh platform asal China seperti Temu, Shein, dan AliExpress. Amerika memperketat skema de minimis, yang selama ini memungkinkan masuknya produk-produk murah dari luar negeri tanpa dikenakan bea masuk.

Skema de minimis merupakan ketentuan bea cukai di AS yang membebaskan barang impor dari pungutan bea masuk dan pajak, selama nilai barang tersebut di bawah US$800 per kiriman dan ditujukan langsung ke konsumen. 

Kebijakan ini awalnya dimaksudkan untuk mempermudah pembelian pribadi dalam jumlah kecil, namun justru dimanfaatkan secara besar-besaran oleh raksasa e-commerce lintas negara.

Bagaimana China Memanfaatkannya?

Platform seperti Temu, Shein, dan AliExpress menggunakan skema ini untuk mengirim langsung produk murah dari gudang di China ke konsumen di AS. Karena barang dikirim secara individu, nilainya sering kali di bawah ambang batas US$800, sehingga lolos dari pungutan bea masuk dan pengawasan ketat. Model ini memungkinkan harga produk tetap sangat rendah, memperkuat daya saing mereka di pasar AS.

Kini, pemerintahan AS di bawah inisiatif Presiden Donald Trump yang kembali mencuatkan retorika perdagangan proteksionis, telah menghapus pengecualian bea masuk ini bagi sebagian besar pengiriman dari China. Produk dari platform e-commerce tersebut kini dikenakan tarif impor antara 10% hingga 25%, membuat harga jual menjadi kurang kompetitif.

Langkah ini dipandang sebagai bagian dari strategi lebih luas untuk membendung dominasi e-commerce China dan melindungi industri dalam negeri AS, terutama pelaku UMKM dan produsen lokal.

Aplikasi China Sempat Kuasai Gen Z AS

Temu merupakan platform e-commerce global asal China yang diluncurkan pada September 2022 oleh PDD Holdings, induk perusahaan dari Pinduodu, salah satu raksasa e-commerce terbesar di China. Aplikasi ini menawarkan berbagai produk dengan harga sangat murah, yang membuatnya cepat menarik perhatian pasar global. 

Keunggulan utama Temu terletak pada model bisnisnya yang dikenal sebagai factory-to-consumer (F2C), yakni barang dikirim langsung dari pabrik di China ke konsumen akhir tanpa melalui perantara. Dengan memangkas biaya distribusi dan logistik, Temu mampu menjual barang-barang seperti pakaian, perlengkapan rumah tangga, hingga gadget kecil hanya dengan harga antara 1 hingga 10 dolar AS, atau sekitar Rp15.000 hingga Rp150.000.

Model ini terbukti sangat efektif, dalam waktu singkat, Temu menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh di Amerika Serikat, terutama oleh generasi muda Gen Z (usia 18–24 tahun) yang dikenal sensitif terhadap harga dan sangat aktif di dunia digital. 

Iklan Temu bahkan muncul di ajang Super Bowl dan berbagai media sosial populer seperti TikTok dan Instagram. Namun, pertumbuhan pesat Temu juga disertai dengan berbagai kontroversi.

 Salah satu yang paling banyak disorot adalah penggunaan celah hukum skema de minimis di AS, yang membebaskan barang impor di bawah US$800 dari bea masuk, sehingga Temu dapat menghindari tarif impor meskipun barangnya berasal dari luar negeri.

Di sisi lain, Indonesia justru mengambil langkah tegas dengan melarang Temu beroperasi. Pemerintah menilai praktik Temu dapat merusak ekosistem UMKM lokal karena produk asing dengan harga yang sangat murah berpotensi membunuh daya saing pelaku usaha kecil dalam negeri. 

Pemerintah juga mempertanyakan keadilan dalam praktik bisnis lintas batas yang tidak tunduk pada regulasi e-commerce domestik. Temu juga dikritik karena kualitas barang yang dinilai rendah, kurangnya transparansi mengenai produsen, serta kekhawatiran akan praktik eksploitasi tenaga kerja dalam proses produksinya.