Bendera Singapura
Tren Global

Singapura Siap Akui Palestina, Begini Sejarah Hubungan Kedua Negara

  • Meski belum akui Palestina, Singapura tetap salurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza dan kritik Israel. Di sisi lain, hubungan militer dan strategis dengan Israel tetap dijaga.

Tren Global

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA, TRENASIA.ID -  Singapura menyatakan kesiapan secara prinsip untuk mengakui Negara Palestina sebagai bagian dari upaya mendorong perdamaian jangka panjang dan solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina. Pernyataan ini disampaikan dalam forum internasional di tengah meningkatnya krisis kemanusiaan di Jalur Gaza akibat agresi militer Israel sejak Oktober 2023.

Sikap resmi tersebut diungkapkan oleh Deputi Sekretaris Asia Pasifik Kementerian Luar Negeri Singapura, Peter Tan Hai Chuen (Cheok), dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, Kamis, 31 Juli 2025.

"Singapura telah secara konsisten mendukung hak rakyat Palestina atas tanah airnya berdasarkan solusi dua negara yang dirundingkan, konsisten dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB terkait," ujar Cheok dikutip Antara, Kamis, 31 Juli 2025.

Cheok menegaskan bahwa dukungan Singapura terhadap solusi dua negara sejalan dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB serta hak rakyat Palestina untuk memiliki tanah air sendiri.

“Untuk itu, kami menyatakan siap secara prinsip untuk mengakui Negara Palestina,” tambah Cheok

Baca juga : Inggris Segera Akui Palestina, Begini Perannya Dirikan Israel

Selain dukungan politik, Singapura juga menegaskan komitmennya untuk turut serta dalam rekonstruksi Gaza, khususnya setelah tercapainya gencatan senjata permanen. Negara-kota ini membuka peluang untuk memberikan bantuan pembangunan dan mempertimbangkan pengiriman tim medis guna membantu korban yang terluka akibat agresi.

Cheok juga menyerukan kepada Israel agar segera menghentikan pembatasan terhadap distribusi bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan oleh warga Gaza. Menurutnya, hambatan logistik dan blokade yang diberlakukan Israel memperburuk kondisi penduduk yang sudah terjebak dalam krisis pangan, perawatan kesehatan yang lumpuh, dan kehancuran infrastruktur.

Singapura kembali menekankan pentingnya melanjutkan dialog damai antara Israel dan Palestina sebagai satu-satunya jalan keluar yang realistis untuk mengakhiri kekerasan berkepanjangan. Negara tersebut juga menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap situasi di Gaza yang menurut laporan PBB telah menyebabkan lebih dari 60.000 orang tewas dan kerusakan besar-besaran sejak Oktober 2023.

Baca juga : Prancis akan Akui Palestina, Apa Dampaknya?

Hubungan Singapura - Palestina - Israel

Meski mendukung Palestina secara prinsip, Singapura memiliki hubungan historis yang erat dengan Israel, khususnya dalam bidang militer dan teknologi. Hubungan ini berawal sejak 1965, saat Israel menjadi satu-satunya negara yang bersedia membantu membentuk Angkatan Bersenjata Singapura (SAF) pascakemerdekaan.

Sejak saat itu, kerja sama antara kedua negara terus berkembang, termasuk dalam bidang sistem radar, teknologi pertahanan, dan perdagangan. Namun, Singapura tetap menahan diri secara publik dalam menunjukkan kedekatan tersebut, menyadari sensitivitas hubungan regionalnya dengan negara-negara mayoritas Muslim.

Singapura juga menunjukkan komitmen kemanusiaan yang nyata terhadap Palestina. Pemerintah Singapura telah menyediakan bantuan teknis senilai SG$10 juta untuk Otoritas Palestina dan mempertimbangkan pengiriman tim medis ke Gaza jika tercapai gencatan senjata permanen.

Baca juga : Inggris Segera Akui Palestina, Begini Perannya Dirikan Israel

Dalam forum internasional, Singapura juga tidak segan mengkritik Israel. Pemerintah menyebut serangan Israel ke Gaza sebagai tindakan yang “melangkah terlalu jauh” dan mendesak penghormatan terhadap hukum humaniter internasional.

Singapura termasuk dalam kelompok kecil negara Asia, bersama Jepang, Korea Selatan, Myanmar, dan Kamboja yang belum mengakui kedaulatan Palestina. Ini kontras dengan sejumlah negara Eropa seperti Irlandia, Spanyol, dan Prancis yang telah dan akan menyatakan akan mengakui Palestina pada September 2025 mendatang.

Di dalam negeri, pemerintah melarang demonstrasi publik terkait konflik Israel-Palestina guna menjaga harmoni sosial. Warga diminta tidak terjebak dalam polarisasi, namun tetap peduli terhadap isu kemanusiaan global.