
Seperti Tupperware, Perusahaan Raksasa Ini Juga Gulung Tikar
- Sepanjang 2025, beberapa perusahaan asing besar memutuskan angkat kaki dari Indonesia. Bukan sekadar efisiensi, tapi benar-benar gulung tikar. Simak ulasannya berikut ini.
Tren Ekbis
JAKARTA - Ingat Tupperware? Merek legendaris yang dulu jadi andalan ibu-ibu Indonesia di dapur? Perusahaan ini bikin heboh karena nyaris bangkrut secara global. Penjualannya anjlok, tokonya tutup di mana-mana, dan mereka gagal beradaptasi dengan cara jualan zaman sekarang.
Tapi ternyata, Tupperware bukan satu-satunya raksasa bisnis yang tumbang. Sepanjang 2025, beberapa perusahaan asing besar juga memutuskan angkat kaki dari Indonesia. Bukan sekadar efisiensi, tapi benar-benar gulung tikar.
1. Tupperware
Brand legendaris asal AS ini sempat mengumumkan krisis keuangan serius pada 2023, memicu isu bangkrut di tingkat global. Tupperware resmi menutup bisnisnya di Indonesia per April 2025. Penutupan ini merupakan bagian dari strategi global perusahaan.
Meski produk Tupperware masih dijual di Indonesia lewat distributor, kantor resmi dan operasional mereka di beberapa negara sudah banyak yang tutup atau dipangkas. Sebabnya penurunan penjualan, persaingan produk murah, gagal adaptasi saluran distribusi modern.
2. Danbi Internasional
Pabrik bulu mata palsu di Garut ini resmi pailit pada Februari 2025. Putusan pengadilan memaksa operasional berhenti, memengaruhi lebih dari 2.000 pekerja.
Faktor tekanan biaya produksi, kalah bersaing harga dengan negara lain menjadi boomerang.
3. Sanken Indonesia
Produsen power supply dan trafo yang beroperasi di Cikarang ini mengumumkan penutupan pada Juni 2025. Ratusan karyawan terdampak. Permintaan global menurun, relokasi ke negara dengan ongkos lebih murah.
4. Yamaha Music Product Asia
Pabrik piano dan alat musik di Bekasi tutup dua tahap pada 2025, Maret 400 pekerja terimbas dan lalu Desember sebanyak 700 pekerja. Selain PT Yamaha Product Asia, PT Yamaha Indonesia yang juga memproduksi piano di Pulo Gadung, Jakarta Timur akan tutup pada akhir Desember 2025 mendatang. Faktor utamanya karena adanya restrukturisasi global, efisiensi produksi, menurunnya pasar ekspor.
5. Tokai Kagu
Juga di Bekasi, produsen instrumen musik ini menutup pabriknya di 2025, memengaruhi hampir 200 pekerja. Faktor tekanan biaya, perubahan permintaan global.
Bahkan viral di sosial media bahwa para ratusan karyawan yang berhenti bekerja tampak merayakan perpisahan bersama rekan-rekannya. Mereka terlihat melakukan foto bersama dengan menggunakan seragam kerja yang telah disemprot pilok layaknya siswa SMA merayakan kelulusan.
6. LG Energy Solution
Beda kasus, LG tidak pailit, tapi batal investasi di proyek baterai kendaraan listrik di Indonesia. Nilai investasinya ratusan triliun rupiah.
Faktornya adanya negosiasi gagal, syarat proyek dianggap tidak menguntungkan. Meski tidak bangkrut, mundurnya pemain besar ini tetap jadi sinyal peringatan untuk iklim investasi dalam negeri.
Fenomena ini menunjukkan tantangan besar bagi Indonesia. Biaya produksi tinggi, infrastruktur logistik yang belum efisien, serta ketatnya persaingan global bikin perusahaan asing berpikir ulang untuk bertahan atau berinvestasi di sini. Pemerintah dan pelaku industri mau tak mau harus berbenah. Kalau tidak, Indonesia bisa makin tertinggal dalam persaingan menarik investasi dan menciptakan lapangan kerja.