istockphoto-1137180369-612x612.jpg
Tren Global

Selat Hormuz: Pipa Minyak Dunia yang Bisa Bikin Kantong Bolong

  • Selat Hormuz memiliki peran strategis yang sangat vital sebagai jalur keluar-masuk utama Teluk Persia. Sekitar 20% -30% pasokan minyak dunia melintasi selat ini, menjadikannya salah satu titik paling sensitif dalam geopolitik energi global.

Tren Global

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Iran mengancam menutup Selat Hormuz sebagai respons terhadap serangan udara besar-besaran yang dilancarkan Israel. Pernyataan ini disampaikan Esmail Kosari, seorang anggota parlemen senior Iran, Jumat, 14 Juni 2025. 

Ancaman ini muncul setelah serangan Israel yang menewaskan sejumlah tokoh penting Iran. Kosari menyebut tindakan Israel sebagai bentuk “agresi terang-terangan” terhadap negaranya.

Selat Hormuz memiliki peran strategis yang sangat vital sebagai jalur keluar-masuk utama Teluk Persia. Sekitar 20% -30% pasokan minyak dunia melintasi selat ini, menjadikannya salah satu titik paling sensitif dalam geopolitik energi global. 

Gangguan di wilayah ini berpotensi besar menghambat pasokan minyak secara global. Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) bahkan memperingatkan bahwa harga minyak dunia bisa melonjak tajam apabila jalur ini terganggu.

Seberapa Penting Selat Hormuz

Selat Hormuz merupakan salah satu jalur perairan paling strategis dan sensitif di dunia. Selat ini memisahkan Iran di utara dengan Uni Emirat Arab dan Oman di selatan, serta menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman dan laut Arab. 

Pada titik tersempitnya, lebar Selat Hormuz hanya sekitar 33 hingga 54 kilometer, namun hanya sebagian kecil dari jalur ini yang dapat dilayari oleh kapal tanker raksasa. Meskipun sempit, selat ini menjadi satu-satunya jalur laut keluar-masuk dari Teluk Persia, kawasan yang menyimpan sebagian besar cadangan minyak dunia.

Selat Hormuz memainkan peran yang tidak tergantikan dalam perdagangan energi global. Data hingga tahun 2023 menunjukkan bahwa sekitar 17 hingga 20 juta barel minyak mentah dan produk minyak bumi melewati selat ini setiap harinya. 

Volume tersebut mencakup hampir 20% - 30% dari total perdagangan minyak laut global. Negara-negara yang sangat bergantung pada jalur ini untuk ekspor minyak meliputi Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, Uni Emirat Arab, dan Qatar. 

Selain minyak mentah, gas alam cair (LNG) dari Qatar juga dikirim melalui selat ini dalam jumlah besar. Karena itu, Selat Hormuz disebut sebagai salah satu titik penyempitan maritim atau chokepoint paling penting di dunia.

Selat Hormuz.

Namun, posisi strategis Selat Hormuz juga menjadikannya kawasan rawan konflik. Kawasan ini sering menjadi pusat ketegangan geopolitik, khususnya antara Iran dan negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan Israel. 

Pada Juni 2025, Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz sebagai balasan atas serangan udara besar-besaran dari Israel yang menewaskan sejumlah tokoh penting Iran. Ancaman ini disampaikan oleh Esmail Kosari, anggota parlemen senior Iran, yang menyebut tindakan Israel sebagai agresi terang-terangan. 

Pernyataan tersebut segera memicu kekhawatiran internasional karena gangguan sekecil apa pun di jalur ini bisa mendorong lonjakan harga minyak dunia, memperburuk inflasi, dan mengguncang stabilitas ekonomi global.

Selat Hormuz tunduk pada hukum laut internasional yang menjamin hak transit damai bagi kapal asing, termasuk kapal dagang. Namun, Iran sering menggunakan posisi geografisnya di selat tersebut untuk menunjukkan kekuatan militer dan sebagai alat tekanan diplomatik. 

Pengerahan Militer Asing

Untuk menjaga keamanan jalur pelayaran, sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis secara rutin mengerahkan kapal perangnya di sekitar wilayah tersebut. Negara-negara Teluk juga memperkuat kerja sama militer regional guna mengantisipasi potensi konflik yang lebih luas.

Dampak ekonomi dari setiap gangguan di Selat Hormuz sangat besar. Gangguan tersebut dapat menyebabkan lonjakan harga minyak mentah dunia akibat kekhawatiran pasar terhadap kelancaran pasokan. 

Negara-negara pengimpor energi seperti Jepang, Korea Selatan, India, dan banyak negara Eropa akan terkena dampaknya secara langsung. Bagi Indonesia, meskipun bukan pengimpor utama minyak dari Teluk, kenaikan harga minyak global tetap akan memengaruhi harga BBM domestik, beban subsidi energi, dan kestabilan fiskal negara.

Melihat ketegangan yang terus berlangsung, termasuk meningkatnya konflik antara Iran dan Israel, Selat Hormuz diperkirakan akan tetap menjadi fokus utama geopolitik dunia.