BLOG-1024x600-CRISES-and-RECESSIONS-iStock-503640774.jpg
Dunia

Sederet Krisis Ekonomi yang Pernah Mengguncang Dunia

  • Dari jatuhnya pasar saham di Wall Street pada 1929 hingga pandemi COVID-19 yang membekukan aktivitas ekonomi global, gejolak ini menunjukkan betapa rapuhnya sistem ekonomi dunia

Dunia

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Krisis ekonomi menjadi salah satu bagian tak terpisahkan dari perjalanan sejarah dunia modern. Dalam hampir setiap dekade, dunia dihantam oleh badai ekonomi yang tak hanya menggoyang pasar dan lembaga keuangan, tapi juga mengubah kehidupan jutaan hingga miliaran orang.

Dari jatuhnya pasar saham di Wall Street pada 1929 hingga pandemi COVID-19 yang membekukan aktivitas ekonomi global, gejolak ini menunjukkan betapa rapuhnya sistem ekonomi dunia di tengah ketergantungan dan integrasi global yang kian dalam.

Dilansir TrenAsia dari berbagai sumber, Kamis, 15 Mei 2025, berikut sederet krisis Ekonomi yang pernah mengguncang dunia,

Depresi Besar (Great Depression)

Salah satu krisis terbesar yang paling dikenang adalah Depresi Besar (Great Depression) pada 1929–1939. Bermula dari kejatuhan pasar saham Amerika Serikat, krisis ini menyebabkan bank-bank tumbang, industri ambruk, dan jutaan orang kehilangan pekerjaan. 

Tingkat pengangguran di AS saat itu menembus angka 25 persen. Krisis ini menyebar cepat ke Eropa dan negara-negara lain, menyebabkan perlambatan ekonomi global yang parah serta mendorong naiknya ideologi ekstrem seperti fasisme di Jerman dan Italia.

Krisis Minyak Dunia

Tiga dekade kemudian, dunia kembali terguncang lewat krisis minyak dunia tahun 1973 dan 1979. Embargo minyak oleh negara-negara OPEC terhadap Barat sebagai respons atas dukungan mereka terhadap Israel membuat harga minyak melonjak drastis. 

Stagflasi melanda berbagai negara, inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang mandek. Banyak negara maju mengalami kontraksi ekonomi, sementara negara berkembang semakin tertekan oleh lonjakan harga energi dan bahan pokok.

Krisis utang Amerika Latin

Krisis utang Amerika Latin pada tahun 1980-an menjadi contoh lain dari dampak pinjaman luar negeri yang tak terkendali. Ketika suku bunga global naik, negara-negara seperti Meksiko dan Brasil tak sanggup membayar utangnya.

 Kondisi ini memicu krisis keuangan yang menjalar ke bank-bank besar di AS dan Eropa, sekaligus memaksa negara-negara Amerika Latin menjalani “dekade yang hilang” dalam pertumbuhan ekonominya.

Krisis Finansial Asia

Asia tak luput dari guncangan. Tahun 1997, krisis finansial Asia meletus setelah Thailand gagal mempertahankan nilai tukar baht terhadap dolar AS. Krisis menyebar cepat ke Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, dan lainnya.

Indonesia mengalami dampak paling parah, nilai rupiah anjlok, inflasi meroket, dan terjadi perubahan rezim politik. Intervensi IMF memicu debat luas tentang efektivitas dan dampak sosial kebijakan pengetatan yang mereka dorong.

Krisis 2008

Pada tahun 2008, dunia menghadapi krisis ekonomi global akibat pecahnya gelembung perumahan di Amerika Serikat. Produk keuangan derivatif yang kompleks dan berisiko tinggi, terutama subprime mortgage, menghancurkan kepercayaan investor. 

Raksasa finansial Lehman Brothers bangkrut, dan kepanikan merembet ke seluruh sistem keuangan global. Banyak negara terpaksa menggelontorkan bailout besar-besaran demi menyelamatkan bank dan perusahaan strategis.

Pandemi COVID-19

Pandemi COVID-19 pada tahun 2020 membawa jenis krisis yang berbeda. Bukan karena runtuhnya pasar atau gelembung aset, melainkan karena virus yang menyebar cepat dan memaksa penutupan total aktivitas ekonomi di berbagai negara. 

Rantai pasok terganggu, konsumsi rumah tangga anjlok, dan jutaan orang kehilangan pekerjaan. Meski ekonomi digital dan sistem kerja jarak jauh berkembang, pemulihan ekonomi berlangsung tidak merata di seluruh dunia.

Krisis energi dan inflasi global pada 2022–2023 

Tak sampai di situ, dunia kembali diuji melalui krisis energi dan inflasi global pada 2022–2023 yang dipicu oleh perang Rusia-Ukraina dan efek lanjutan dari pandemi. 

Harga energi dan pangan melonjak tajam, inflasi melonjak hingga ke level tertinggi dalam 40 tahun di banyak negara, dan bank-bank sentral merespons dengan menaikkan suku bunga secara agresif. Hal ini memicu kekhawatiran akan resesi baru di tengah pemulihan yang belum stabil.

Krisis demi krisis ini menunjukkan bahwa sistem ekonomi global sangat rentan terhadap berbagai guncangan, baik yang bersumber dari kesalahan sistemik, gejolak geopolitik, maupun bencana alam dan pandemi. 

Namun dari setiap krisis pula, muncul pelajaran dan inovasi. Reformasi kebijakan, penguatan regulasi keuangan, serta pengembangan teknologi menjadi upaya untuk membangun ketahanan ekonomi.

Seiring meningkatnya kompleksitas dan keterhubungan global, kewaspadaan menjadi kunci. Sejarah mengingatkan kita: krisis bisa datang kapan saja, namun kesiapan dan solidaritas global mampu memperkecil dampak dan mempercepat pemulihan.