
Seberapa Sultan Saham Nvidia? Jawabannya: 60 Kali Lebih Besar dari BBCA
- Valuasi saham Nvidia sebagai produsen chip AI kini 60 kali lipat dari BBCA dan 5 kali lebih besar dari seluruh bursa saham Indonesia. Fakta ini menegaskan satu hal: sektor kecerdasan buatan bukan lagi masa depan, melainkan kekuatan ekonomi utama hari ini.
Tren Pasar
JAKARTA – Raksasa desainer chip, Nvidia (NVDA), baru saja mencetak sejarah dengan menjadi perusahaan pertama di dunia yang nilainya sempat menyentuh US$4 triliun pada perdagangan Rabu, 9 Juli 2025. Angka ini setara dengan sekitar Rp64.000 triliun, yang terbesar di Wall Street, bursa saham AS, sebuah nominal yang sulit untuk dibayangkan.
Sekarang muncul pertanyaani, seberapa besar sebenarnya angka tersebut jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan di negara kita? Untuk memberikan gambaran, nilai satu perusahaan Nvidia ini ternyata lebih dari lima kali lipat total nilai seluruh perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Untuk benar-benar memahami skala dominasi raksasa penyumbang chip untuk Artificial Inteligent (AI) ini, TrenAsia.id mencoba membedah perbandingannya secara langsung dengan 'raja-raja' di pasar saham Indonesia. Berikut adalah lima fakta yang akan membuka mata kita.
1. Satu Nvidia > Seluruh Bursa Efek Indonesia
Ini adalah fakta yang paling mencengangkan. Berdasarkan data penutupan perdagangan akhir pekan kemarin, total kapitalisasi pasar seluruh perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah sekitar Rp12.070 triliun. Sementara itu, kapitalisasi pasar Nvidia sendiri mencapai Rp64.000 triliun.
Artinya, market cap saham Nvidia jika diuangkan dapat digunkan untuk memborong seluruh perusahaan yang ada di BEI. Bahkan, untuk membeli saham sekaliber blue chip, mulai dari BBCA, BBRI, hingga TLKM, masih memiliki sisa uang yang sangat banyak.
Perbandingan ini menunjukkan betapa besarnya skala pasar modal global dibandingkan dengan pasar domestik, dan betapa masifnya valuasi yang bisa dicapai oleh perusahaan yang menjadi pemimpin di sektor teknologi global.
2. Nvidia vs BBCA, Raja vs Kaisar
Untuk membuatnya lebih personal, mari kita bandingkan Nvidia dengan 'raja' di bursa kita, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). BBCA adalah perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia, yaitu sekitar Rp1.058 triliun.
Meskipun menjadi yang terbesar di BEI, nilai BBCA ternyata hanya 'seujung kuku' jika dibandingkan dengan Nvidia. Perhitungannya menunjukkan bahwa nilai pasar Nvidia adalah sekitar 60 kali lipat lebih besar daripada nilai pasar BCA.
Ini berarti dibutuhkan 60 perusahaan sekelas BBCA untuk bisa menyamai nilai dari satu perusahaan Nvidia saja. Perbandingan ini menunjukkan level valuasi yang benar-benar berbeda antara pemimpin pasar domestik dan pemimpin pasar global.
3. Gabungan 10 Raksasa BEI Pun Belum Cukup
Sementara itu, untuk perbandingan yang lebih ekstrem. Bagaimana jika kita menggabungkan mari kita coba menggabungkan kekuatan dari 10 perusahaan terbesar yang ada di Bursa Efek Indonesia saat ini. Langkah ini akan memberikan gambaran skala yang lebih jelas mengenai posisi pemimpin pasar global.
Jika kita menjumlahkan kapitalisasi pasar dari 10 emiten teratas di BEI, mulai dari BBCA, TPIA, BREN, BYAN, AMMN, BBRI, BMRI, DSSA, DCII, hingga TLKM, total nilai gabungan mereka akan mencapai sekitar Rp6.200 triliun.
Lagi lagi, angka gabungan yang sudah sangat besar tersebut ternyata masih belum ada apa-apanya. Artinya, total nilai dari sepuluh perusahaan raksasa Indonesia itu bahkan belum mencapai sepersepuluh dari total nilai satu perusahaan Nvidia saja.
4. Dominasi Sektor Keuangan & Energi di Indonesia
Yang menarik, berdasarkan data 20 emiten terbesar dari Mirae Asset Sekuritas per 8 Juli 2025, perbandingan ini juga menunjukkan perbedaan fundamental antara struktur pasar saham AS dan Indonesia. Pasalnya, daftar market cap teratas di BEI masih sangat didominasi oleh sektor 'tradisional'.
Sektor keuangan seperti perbankan serta sektor energi seperti batu bara dan tambang masih menjadi tulang punggung utama. Sementara sektor teknologi, meskipun sudah ada beberapa pemain besar seperti GOTO dan DCII, porsinya belum sebesar di pasar global.
Ini sangat kontras dengan struktur pasar saham di AS, di mana sektor teknologi memegang dominasi absolut. Selain Nvidia yang kini menjadi perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Wall Street, masih ada raksasa teknologi lain yang nilainya jauh berkali-kali lipat dibandingkan emiten di BEI, seperti Alphabet (Google), Microsoft, dan Apple.
Kehadiran nama-nama tersebut menjadi bukti bahwa sektor teknologi dan kecerdasan buatan (AI) adalah penggerak utama penciptaan nilai. Sektor inilah yang terbukti mampu menghasilkan valuasi paling masif di dunia saat ini, jauh melampaui sektor-sektor konvensional.
5. Jadi, Apa Artinya Ini Buat Investor Indonesia?
Setelah melihat perbandingan yang membuat minder ini, ada pelajaran penting pertama bagi kita sebagai investor di Indonesia. Hal ini menunjukkan betapa besarnya potensi pertumbuhan jika kita ikut berinvestasi di pasar global, di mana skala dan peluangnya berada di level yang sama sekali berbeda dengan pasar domestik.
Pelajaran kedua menegaskan bahwa tren teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) bukan lagi hype sesaat, melainkan sebuah revolusi ekonomi yang mampu menciptakan nilai ribuan triliun rupiah. Meskipun skala di BEI belum setara, sektor teknologi domestik yang siap berinovasi tetap menawarkan prospek menjanjikan di masa depan.
Terakhir, dan yang paling penting, kini tidak ada lagi halangan berarti bagi kita untuk ikut 'mencicipi kue' raksasa ini. Berkat inovasi teknologi finansial seperti fitur fractional shares di berbagai aplikasi, investor ritel di Indonesia bisa memiliki sebagian kecil dari perusahaan global seperti Nvidia hanya dengan modal yang terjangkau.