
Saham Tesla Terendah dalam Sejarah, BYD dan Chery Makin Semringah
- Saham Tesla anjlok akibat konflik Elon Musk dan Donald Trump. Sementara itu, BYD dan Chery mencatatkan pertumbuhan agresif di pasar global dan Indonesia.
Tren Global
JAKARTA – Saham Tesla mengalami kejatuhan terparah dalam sejarah perusahaan pada Kamis, 5 Juni 2025 anjlok sebesar 14%. Nilai kapitalisasi pasar produsen mobil listrik asal Amerika Serikat (AS) ini anjlok hingga US$152 miliar hanya dalam satu hari, dipicu oleh konflik terbuka antara CEO Elon Musk dan Presiden AS, Donald Trump.
Harga saham Tesla (TSLA) pada Senin, 7 Juli 2025, tercatat sebesar US$ 315,35, mengalami penurunan tipis sebesar −0,10% dalam 24 jam terakhir. Meski demikian, angka ini menunjukkan perbaikan dibandingkan harga pada 5 Juli 2025 yang sempat turun ke level US$ 300.
Sementara itu, ketegangan politik menambah beban bagi Tesla yang tengah menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari lambatnya inovasi, isu keselamatan teknologi, hingga meningkatnya tekanan kompetitif dari produsen mobil listrik asal China seperti BYD dan Chery. Kepanikan investor pun tak terelakkan.
Konflik bermula ketika Elon Musk mengkritik rancangan undang-undang anggaran federal. Kritik tersebut dibalas oleh Donald Trump dengan ancaman untuk mencabut subsidi dan membatalkan berbagai kontrak pemerintah yang selama ini mendukung perusahaan-perusahaan milik Musk. Padahal sebelumnya, Musk merupakan salah satu pendukung utama Trump dalam kontestasi pemilihan presiden.
“Tanpa saya, Trump akan kalah dalam pemilu. Partai Demokrat akan mengendalikan DPR, dan Partai Republik hanya unggul 51-49 di Senat,” tulis Elon Musk di media sosialnya, dikutip Senin, 7 Juli 2025.
Trump membalas dengan keras. Ia menyatakan akan mencabut subsidi kendaraan listrik sebesar US$7.500 per unit, yang selama ini menjadi salah satu penopang utama penjualan Tesla di pasar domestik.
“Kesabaran Elon sudah semakin tipis. Saya minta dia berhenti. Saya batalkan mandat EV yang memaksa semua orang membeli mobil listrik yang tidak mereka inginkan, rencana ini sudah ia ketahui berbulan-bulan sebelumnya! Dan sekarang dia menjadi GILA!” tulis Trump dalam unggahan di media sosialnya pada 6 Juni 2025.
Sebagai tambahan tekanan, Tesla kini tengah menghadapi penyelidikan terhadap fitur Full Self-Driving (FSD) yang selama ini dijadikan nilai jual utama. Isu keselamatan dan keterlambatan dalam pengembangannya memperburuk ketidakpastian masa depan perusahaan.
- Baca Juga: Baca Juga: Bagaimana Raksasa Otomotif Baru China Mengalahkan GM, VW dan Tesla?
BYD Tumbuh Stabil, Chery Melesat di Indonesia
Berbanding terbalik dengan Tesla, produsen mobil listrik asal China, BYD (Build Your Dreams), mencatatkan kinerja positif. Pada kuartal pertama 2025, laba bersih BYD meningkat 36% dibanding periode yang sama tahun lalu. Rasio valuasi saham BYD yang relatif rendah, dengan P/E 25x, menunjukkan bahwa investor melihatnya sebagai perusahaan yang lebih realistis dan solid, dibanding Tesla yang memiliki P/E sangat tinggi, mencapai 179x.
Sementara itu, Chery, pemain lain asal China, mulai menarik perhatian global meski data sahamnya belum tersedia secara luas. Di Indonesia, performa Chery terbilang impresif. Selama Januari hingga Mei 2025, Chery berhasil menjual 4.399 unit kendaraan, tumbuh 150% secara tahunan. Angka tersebut menempatkan Chery dalam jajaran 10 besar merek mobil terlaris di Tanah Air.
Model seperti Chery Omoda E5 dan iCar mendapat sambutan positif berkat fitur lengkap dan harga kompetitif, menjadikannya penantang kuat di segmen kendaraan listrik kelas menengah.
Perbandingan Kinerja Global: Tesla vs BYD
Tesla mencatat penurunan penjualan global selama dua kuartal berturut-turut di tahun 2025. Pada kuartal pertama, penjualan Tesla hanya mencapai 336.681 unit (turun 13% secara tahunan), sementara kuartal kedua mencatatkan penurunan lebih dalam, yakni 384.122 unit (turun 13,5% YoY).
Sebaliknya, BYD mencatatkan penjualan 416.399 unit pada kuartal pertama, meningkat 39% dibanding tahun sebelumnya. Bahkan di Eropa, BYD untuk pertama kalinya menyalip Tesla dalam penjualan bulanan pada April 2025: 7.231 unit vs 7.165 unit.
Di pasar China, dominasi Tesla terus menipis. Pangsa pasar kendaraan listrik Tesla menyusut dari 11,44% di tahun 2024 menjadi hanya 7,96% pada 2025, tergeser oleh BYD dan pendatang baru seperti Xiaomi.
Tesla kini berupaya mengalihkan fokus dari kendaraan listrik konvensional ke proyek robotaksi dan pengembangan kecerdasan buatan (AI). Namun, belum ada hasil konkret dari strategi ini. Bahkan Elon Musk secara terbuka menyarankan investor untuk menjual saham Tesla jika tidak yakin dengan arah masa depan perusahaan.
- Di sisi lain, BYD terus memperkenalkan inovasi seperti Blade Battery dan sistem pengisian daya ultra-cepat (400 km dalam 5 menit). Dengan strategi value for money, BYD menjangkau pasar lebih luas dengan rentang harga Rp369 juta hingga Rp950 juta.
- Baca Juga: Persaingan Mobil Listrik AS vs China : Siapa Unggul dalam Teknologi, Harga, dan Produksi?
Indonesia Jadi Medan Pertempuran Baru
Pasar Indonesia menunjukkan dinamika menarik. Tesla nyaris tak terlihat dalam daftar 10 besar merek kendaraan listrik terlaris, karena harga mobilnya yang berkisar antara Rp1,5 hingga Rp4 miliar.
Kondisi ini dimanfaatkan dengan baik oleh BYD dan Chery. Selama lima bulan pertama 2025, BYD berhasil menjual 5.718 unit dan menempati posisi ke-7 nasional, sementara Chery menyusul di posisi ke-9 dengan 4.399 unit.
Kebijakan insentif dari pemerintah, seperti pembebasan PPN dan PPnBM untuk kendaraan listrik, turut mendorong adopsi EV buatan China di pasar domestik. Meskipun Tesla masih menyandang predikat sebagai produsen mobil paling bernilai di dunia, dengan kapitalisasi pasar mendekati US$1 triliun, krisis kepercayaan investor, tekanan politik, serta persaingan teknologi yang makin ketat, menjadikan masa depannya penuh tanda tanya.
Sebaliknya, BYD menunjukkan arah pertumbuhan yang lebih jelas melalui strategi ekspansi global, diversifikasi produk, dan keunggulan inovatif yang konsisten. Jika tren ini berlanjut, Tesla berisiko kehilangan mahkota dominasi di pasar kendaraan listrik global. Sementara itu, BYD dan Chery tampak semakin siap mengambil alih kepemimpinan industri dalam beberapa tahun ke depan.