Panen Kelapa Sawit - Panji 3.jpg
Tren Pasar

Saham Sawit Pesta Pora Sepekan, Hari Ini Kok Loyo? Bongkar Pro dan Kontra Sektor CPO

  • Sempat pesta pora, kenapa saham CPO kini loyo? Bongkar sentimen pendorong dan penghambat sektor sawit, serta temukan saham mana yang direkomendasikan.

Tren Pasar

Alvin Bagaskara

JAKARTA – Sektor saham sawit yang lama tertidur tiba-tiba bangkit dan 'pesta pora' sepanjang pekan lalu. Saham-saham seperti PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), dan PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) kompak melesat.

Namun, euforia tersebut tampaknya mendapat ujian pada awal pekan ini. Pada perdagangan Senin, 21 Juli 2025, harga komoditas CPO sebagai patokan utama justru anjlok akibat aksi ambil untung atau profit taking dari para pelaku pasar.

Fenomena ini tentu membuat investor bertanya-tanya: apakah reli pekan lalu hanya euforia sesaat, atau ini adalah awal dari kebangkitan sektor sawit yang sesungguhnya? Mari kita bedah tuntas pro dan kontra yang sedang menyelimuti sektor ini.

1. Pesta Pora Saham Sawit Pekan Lalu

Pekan lalu, 15-21 Juli 2025, menjadi momen kebangkitan bagi saham-saham sawit. Tiga emiten utama menunjukkan lonjakan harga yang luar biasa signifikan, menarik kembali perhatian besar dari para pelaku pasar setelah lama bergerak landai.

PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) menjadi juara dengan terbang +23,98%. Disusul oleh PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) yang meroket +17,33%, dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang juga ikut menguat impresif sebesar +7,59%.

Menariknya, manajemen TAPG mengaitkan kenaikan ini dengan sentimen positif perjanjian dagang global. Sementara itu, pihak DSNG dalam keterangannya kepada bursa menyatakan tidak mengetahui adanya informasi material spesifik yang menjadi pemicu lonjakan harga tersebut.

2. 'Hattrick' Kabar Baik di Balik Reli

Menurut seorang pengamat pasar modal dari Panin Sekuritas, reli ini dipicu 'hattrick' sentimen positif. Di antaranya adalah progres perjanjian dagang IEU-CEPA yang menghapus bea impor produk Indonesia ke Uni Eropa serta kabar penurunan tarif AS.

Kabar baik lainnya datang dari India yang memangkas bea impor CPO. Hal ini, dikombinasikan dengan lonjakan harga acuan CPO global dari level 3.700 ringgit ke 4.300 ringgit, menjadi bahan bakar utama yang menyulut euforia di pasar saham sawit.

3. Realita Hari Ini: Harga CPO Kena Ambil Untung

Namun, euforia pekan lalu terhenti pada Senin, 21 Juli 2025, di mana harga kontrak berjangka CPO di Bursa Malaysia anjlok. Aksi ambil untung atau profit taking menjadi penyebab utama di balik pelemahan harga komoditas andalan Indonesia ini.

Kontrak berjangka untuk pengiriman Agustus 2025, misalnya, jatuh 88 Ringgit menjadi 4.174 Ringgit per ton. Pelemahan serupa juga terjadi pada kontrak pengiriman bulan-bulan berikutnya, menunjukkan tekanan jual yang merata di pasar setelah kenaikan pekan lalu.

Pedagang minyak sawit David Ng juga menyoroti tekanan dari pelemahan harga minyak kedelai serta performa ekspor yang masih lesu. Ia melihat level support kini berada di 4.200 Ringgit per ton dan resistance di 4.350 Ringgit.

4. Pandangan Analis yang Beragam

Di tengah euforia, beberapa analis justru memberikan pandangan yang lebih berhati-hati. Mirae Asset Sekuritas, misalnya, dalam risetnya mencatat bahwa harga CPO secara teknikal masih berada dalam dominasi tren negatif meskipun sedang berkonsolidasi.

Pandangan yang berbeda ini menunjukkan bahwa prospek sektor sawit masih diselimuti ketidakpastian. Ada pertarungan antara sentimen positif dari sisi fundamental dagang melawan tekanan dari sisi teknikal harga komoditas dan kondisi ekspor yang masih lemah.

5. Rekomendasi Saham: Beli, Jual, atau Tahan?

Dengan kondisi pasar yang fluktuatif, Mirae Asset Sekuritas memberikan rekomendasi teknikal yang sangat beragam. Untuk saham AALI, mereka menyarankan sell on strength (jual saat menguat) dengan target harga Rp6.050, mengindikasikan potensi tekanan jual lanjutan.

Sementara itu, untuk saham DSNG dan STAA, rekomendasinya adalah buy on weakness (beli saat melemah) dengan target harga masing-masing di Rp885 dan Rp810. Ini menyiratkan adanya peluang beli jika terjadi koreksi harga lebih dulu.

Rekomendasi beli secara langsung diberikan untuk beberapa emiten lainnya. Saham LSIP, SMAR, TAPG, dan TBLA dinilai menarik, dengan target harga masing-masing di Rp1.380, Rp1.160, Rp1.160, dan Rp835, menunjukkan optimisme pada saham-saham spesifik ini.