
Saham Kripto COIN ARA 3 Hari Beruntun, Pesta Cuan Belum Berakhir?
- Antusiasme gila ini sebenarnya sudah tercium sejak masa penawaran, di mana saham COIN mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 180 kali oleh lebih dari 200.000 investor. Jadi, apa yang membuat saham ini begitu diminati?
Tren Pasar
JAKARTA – Euforia terhadap saham emiten ekosistem kripto pertama di bursa, PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN), terus berlanjut. Sejak resmi melantai pada Rabu, 9 Juli 2025, saham ini sukses mencatatkan Auto Reject Atas (ARA) selama tiga hari berturut-turut.
Pada perdagangan hari ini, Jumat, 11 Juli 2025, saham COIN kembali terbang 34,07% ke level Rp244 per lembar. Artinya, hanya dalam tiga hari, saham ini telah meroket 144% dari harga penawarannya di Rp100, sebuah keuntungan yang luar biasa bagi para investor IPO.
Antusiasme 'gila' ini sebenarnya sudah tercium sejak masa penawaran, di mana saham COIN mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 180 kali oleh lebih dari 200.000 investor. Jadi, apa yang membuat saham ini begitu diminati? Mari kita bedah lima fakta penting di baliknya.
- Baru IPO Langsung ARB, PMUI Disorot Soal Dana Publik untuk Beli Aset Bos Sendiri
- Tarif Trump Bikin Harga Uniqlo Naik! Anak Muda Siap-siap Gigit Jari
- Liburan ke Karimunjawa Kini Bisa Terbang Pakai Susi Air
1. Cerminan 'Demam Kripto' di Indonesia
Kesuksesan fenomenal IPO COIN adalah cerminan langsung dari betapa 'gila'-nya pasar aset kripto di Indonesia. Berdasarkan data terbaru dari Chainalysis, Indonesia kini menduduki peringkat ketiga dunia dalam hal adopsi kripto, sekaligus menjadi yang nomor satu di Asia Tenggara.
Pasar ini didukung oleh jumlah pengguna yang terus meroket, mencapai 14,78 juta orang per Mei 2025. Pertumbuhan pengguna ini juga diiringi lonjakan nilai transaksi bulanan yang mencapai Rp49,57 triliun pada bulan yang sama.
Dengan pasar domestik yang begitu besar dan antusias, wajar jika sebuah emiten yang menjadi 'gerbang' menuju ekosistem kripto seperti COIN langsung diserbu saat melantai di bursa saham.
2. Bukan Sekadar 'Hype', Fundamentalnya Juga 'Gacor'
Meskipun euforianya tinggi, penting untuk dicatat bahwa COIN bukanlah perusahaan 'bakar uang'. Direktur Keuangan COIN, Abraham Nawawi, mengungkapkan bahwa kinerja keuangan perusahaan sangat solid.
Pada akhir Desember 2024, perusahaan berhasil membukukan margin laba bersih (net profit margin) sebesar 42,32%dari total pendapatannya. Angka ini sangat tinggi dan menunjukkan bahwa model bisnis mereka sudah terbukti profitabel.
Fundamental yang sehat ini memberikan keyakinan lebih bagi investor bahwa kenaikan harga saham tidak hanya didasari oleh sentimen sesaat, tetapi juga didukung oleh kinerja bisnis yang nyata.
3. Misi Perusahaan: Bikin Kripto Jadi 'Mainstream' dan Aman
COIN bukanlah sekadar perusahaan teknologi biasa. Mereka adalah induk usaha dari infrastruktur utama pasar kripto Indonesia yang sudah diregulasi, yaitu Bursa Aset Kripto PT Central Finansial X (CFX) dan Lembaga Kustodian PT Kustodian Koin Indonesia (ICC).
Direktur Utama COIN, Ade Wahyu, menjelaskan bahwa dengan menjadi perusahaan terbuka, mereka ingin memperkuat ekosistem agar lebih transparan dan akuntabel. Kehadiran COIN di bursa saham memungkinkan publik untuk ikut mengawasi jalannya industri.
“Kami berterima kasih kepada regulator... dan investor atas kepercayaan dan dukungannya. Kami percaya animo dari masyarakat terhadap saham COIN menggambarkan penerimaan aset kripto yang semakin luas,” ujar Ade.
4. Uang IPO Rp220 Miliar Dipakai Buat Apa?
Dari proses IPO, COIN berhasil menghimpun dana segar sebesar Rp220 miliar. Dana ini tidak akan digunakan untuk hal yang aneh-aneh, melainkan akan disuntikkan kembali untuk memperkuat 'mesin' bisnisnya.
Sebesar 85% dari dana IPO akan digunakan untuk mendukung modal kerja Bursa Kripto CFX, dan sisa 15% untuk Lembaga Kustodian ICC. Tujuannya adalah untuk terus melakukan pengembangan usaha.
Salah satu pengembangan yang disorot adalah produk derivatif kripto. Menurut Abraham, produk ini tidak hanya akan menambah sumber pendapatan, tetapi juga bisa berfungsi sebagai sarana lindung nilai (hedging) bagi para trader di tengah volatilitas pasar.
5. Visi Jangka Panjang: Jadikan RI 'Hub Kripto' Asia Tenggara
Pada akhirnya, visi yang diusung oleh manajemen COIN sangatlah besar. Mereka tidak hanya ingin menjadi pemain utama di Indonesia, tetapi menjadikan Indonesia sebagai pusat atau 'hub' perdagangan aset kripto di kawasan Asia Tenggara.
Menurut Ade Wahyu, dengan dukungan regulator dan infrastruktur bursa yang terpercaya, Indonesia punya potensi besar untuk memfasilitasi transaksi kripto lintas negara yang lebih aman dan jelas.
Visi besar inilah yang menjadi 'cerita' jangka panjang yang dijual kepada para investor. “Ke depannya... Indonesia dapat memfasilitasi transaksi lintas negara... dan diharapkan akan mampu untuk menjadi pusat perdagangan aset kripto di kawasan Asia Tenggara,” tutup Ade.