<p>Ilustrasi Trading Bitcoin / Pixabay.com</p>
Tren Pasar

Saham AS Melejit, Bitcoin dan Ethereum Bersiap Bullish di Awal Agustus? Ini Kata Analis Reku

  • Kombinasi antara laporan pendapatan perusahaan yang kinclong dan ekspektasi bahwa The Fed bakal menurunkan suku bunga pada September. Sentimen ini dipicu data tenaga kerja AS yang lemah, membuka peluang pemangkasan suku bunga demi mendorong ekonomi.

Tren Pasar

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA, TRENASIA.ID - Senin, 4 Agustus 2025 jadi hari yang bikin investor senyum lebar. Tiga indeks utama saham Amerika Serikat (AS) kompak naik tajam: Dow Jones melesat 1,3%, S&P 500 naik 1,5%, dan Nasdaq terbang 2%. Ini jadi sinyal kuat bahwa pasar mulai pulih dari tekanan minggu lalu.

Apa pemicunya? Kombinasi antara laporan pendapatan perusahaan yang kinclong dan ekspektasi bahwa The Fed bakal menurunkan suku bunga pada September. Sentimen ini dipicu data tenaga kerja AS yang lemah, membuka peluang pemangkasan suku bunga demi mendorong ekonomi.

Namun, tak semuanya berjalan mulus. Ketegangan politik mengintai, terutama setelah muncul kekhawatiran soal campur tangan pemerintah dalam kebijakan moneter dan keakuratan data ekonomi. Pasar masih mewaspadai risiko ini.

Arah Angin Berubah: Peluang Bullish di Pasar Kripto

Di tengah dinamika pasar saham AS, kripto juga ikut mendapat angin segar. Menurut Fahmi Almuttaqin, Analis di platform aset kripto Reku, situasi ini memicu momentum risk-on—yakni kondisi saat investor cenderung masuk ke aset berisiko, termasuk Bitcoin dan Ethereum.

“Rebound pasar saham dan ekspektasi pemangkasan suku bunga membuka peluang arus modal masuk ke kripto. Terutama karena investor institusi terus menambah eksposur mereka,” jelas Fahmi melalui hasil riset yang diterima TrenAsia, Selasa, 5 Agustus 2025. 

Tren ini terlihat lewat makin populernya strategi treasury Bitcoin dan Ethereum reserve, yaitu pendekatan di mana institusi menyimpan kripto sebagai cadangan jangka panjang, mirip seperti emas digital.

Indikator NUPL: Kripto Belum di Puncak Euforia

Buat kamu yang lagi mikir, “Apakah sekarang saatnya beli Bitcoin?”, coba lirik indikator Net Unrealized Profit/Loss (NUPL). Ini salah satu alat populer untuk mengukur sentimen pasar berdasarkan kondisi untung-rugi pemegang Bitcoin.

Saat ini, angka NUPL berada di 0,54. Menurut Fahmi, angka ini belum masuk ke zona euforia (biasanya di kisaran 0,75), yang secara historis justru menunjukkan masih ada ruang untuk kenaikan harga BTC sebelum fase bearish berikutnya.

“Ini artinya, tekanan jual mulai melemah dan pemegang Bitcoin lebih memilih bertahan daripada menjual. Ini sinyal yang cukup bullish,” katanya.

Baca Juga: Trading Saham dan Kripto: Solusi Finansial Generasi Sandwich Bergaji UMR

Palantir dan AI Jadi Bintang Baru Wall Street

Salah satu penyumbang euforia pasar saham AS adalah perusahaan teknologi berbasis kecerdasan buatan, Palantir. Perusahaan ini melaporkan pendapatan kuartal kedua sebesar US$1,004 miliar, naik 48% dibanding tahun lalu dan melewati estimasi analis.

Laba per saham Palantir juga mengalahkan ekspektasi, yakni US$0,16 per saham dibanding konsensus US$0,14. Bahkan mereka menaikkan proyeksi pendapatan tahunan dari US$3,90 miliar menjadi US$4,15 miliar, didorong oleh pesatnya adopsi AI dan kontrak pemerintah AS.

Saham Palantir langsung melonjak 4,14% di hari itu, dan bahkan naik lagi 4,57% setelah penutupan pasar. Momentum AI benar-benar jadi penggerak utama mereka.

Apa Selanjutnya? Pantau CPI 12 Agustus

Mata investor sekarang tertuju pada rilis data inflasi Consumer Price Index (CPI) AS yang akan keluar tanggal 12 Agustus 2025. Jika angkanya rendah atau di bawah ekspektasi, seperti 0,1% secara bulanan, besar kemungkinan pasar saham dan kripto bakal lanjut reli.

Fahmi menegaskan bahwa dalam situasi seperti sekarang, strategi investasi harus lebih terukur dan fleksibel.

“Investor bisa memposisikan portofolio untuk tren bullish jangka menengah-panjang, tapi tetap siap menghadapi volatilitas jangka pendek,” ujarnya.

Diversifikasi dan Rebalancing: Kunci Bertahan di Pasar

Buat yang masih bingung harus mulai dari mana, diversifikasi jadi jurus andalan. Dengan menyebar aset ke berbagai jenis instrumen sesuai profil risiko, potensi kerugian bisa ditekan saat pasar bergejolak.

Kalau mau lebih praktis, kamu bisa coba fitur Packs di Reku. Fitur ini memungkinkan investor membeli beberapa aset sekaligus dalam satu klik, dan bahkan secara otomatis menyesuaikan alokasi lewat sistem Rebalancing.

Artinya? Portofolio kamu bisa tetap optimal tanpa harus mantengin grafik tiap hari. Cocok buat Gen Z atau milenial sibuk yang mau investasi tapi tetap santai.