<p>Ilustrasi aset kripto Bitcoin / Pixabay</p>
Tren Pasar

Saham AS dan Bitcoin Cetak Rekor, Tapi Harus Waspada Sama Faktor Ini

  • Jika suku bunga benar-benar dipotong secepat Juli, maka bukan tidak mungkin pasar kripto kembali mencatatkan reli besar-besaran.

Tren Pasar

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Pasar saham Amerika Serikat kembali mencatatkan rekor baru. Indeks S&P 500 dan Nasdaq ditutup menguat ke level tertinggi sepanjang masa pada akhir pekan lalu. Kenaikan ini ditopang oleh optimisme pelaku pasar terhadap perkembangan negosiasi perdagangan Amerika Serikat dengan mitra global seperti Kanada dan China, serta ekspektasi pelonggaran kebijakan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).

Secara kuartalan, indeks S&P 500 mencatatkan kenaikan sekitar 10,6%, sementara Nasdaq melonjak hingga 17,8%. Lonjakan ini sebagian besar didorong oleh euforia di sektor teknologi yang kembali menjadi primadona investor.

Menurut Fahmi Almuttaqin, analis dari Reku, salah satu sentimen positif yang turut mengangkat saham teknologi adalah keputusan Kanada untuk mencabut pajak digital bagi perusahaan teknologi global.

“Langkah Kanada ini memberi angin segar untuk sektor teknologi. Ditambah lagi dengan ekspektasi bahwa The Fed bisa menurunkan suku bunga, bahkan secepat Juli jika inflasi terkendali, mendorong investor untuk mengalihkan dananya ke saham-saham berpotensi tinggi, khususnya di sektor teknologi,” jelas Fahmi melalui hasil riset yang diterima TrenAsia, dikutip Rabu, 2 Juli 2025.

Namun, di balik euforia ini, Fahmi tetap mengingatkan adanya potensi risiko yang perlu diperhatikan. “Valuasi saham yang tinggi dan ketidakpastian terkait arah kebijakan Donald Trump masih bisa menjadi tantangan. Data ekonomi seperti inflasi dan ketenagakerjaan serta pandangan The Fed tetap akan jadi penentu arah pasar selanjutnya,” lanjutnya.

Sentimen Positif Saham AS Merembet ke Pasar Kripto

Optimisme di pasar saham ternyata menular ke pasar kripto. Sentimen “risk-on” — di mana investor cenderung berani mengambil risiko lebih tinggi — menjadikan aset digital seperti Bitcoin ikut terdongkrak. Bitcoin bahkan diperdagangkan di kisaran $108.000, mencerminkan reaksi pasar terhadap prospek suku bunga rendah dan likuiditas yang meningkat.

“Jika The Fed benar-benar memangkas suku bunga, maka ini akan meningkatkan likuiditas pasar secara keseluruhan. Dana segar kemungkinan besar juga akan mengalir ke aset berisiko seperti kripto,” terang Fahmi.

Tapi ia tetap mengingatkan, meski outlook-nya sedang positif, investor kripto tidak boleh terlena. “Harus tetap waspada dengan potensi koreksi, apalagi jika kebijakan tarif AS atau data ekonomi ke depan tidak sesuai ekspektasi pasar,” tegasnya.

Trump dan “Shadow Chair”: Manuver Politik yang Bisa Ganggu Stabilitas Pasar

Situasi politik Amerika juga menambah warna dalam dinamika pasar saat ini. Mantan Presiden Donald Trump mengungkapkan bahwa dirinya sudah menyiapkan daftar calon pengganti Ketua The Fed Jerome Powell. 

Nama-nama seperti Kevin Warsh, Christopher Waller, Scott Bessent, Kevin Hassett, hingga David Malpass disebut masuk dalam radar. “Sebagian besar dari mereka dikenal sebagai tokoh yang pro terhadap pemangkasan suku bunga,” kata Fahmi.

Bahkan, Trump dilaporkan menulis langsung catatan tangan kepada Powell, mendesaknya menurunkan suku bunga ke sekitar 1%, seraya mengkritik tarif tinggi yang menurutnya telah merugikan ekonomi AS.

Namun perlu dicatat, posisi Powell dilindungi oleh undang-undang dan tidak bisa diberhentikan sembarangan. Meski begitu, Trump dan timnya disebut tengah menyusun strategi untuk memanfaatkan kekosongan kursi di Dewan Gubernur The Fed — seperti kursi Adriana Kugler yang baru akan kosong Januari 2026 — untuk mempercepat transisi kepemimpinan.

Strategi ini dikenal dengan istilah “shadow chair”, yaitu mengumumkan pengganti sebelum masa jabatan ketua saat ini berakhir. Meski legal, pendekatan ini dikhawatirkan bisa menimbulkan kebingungan arah kebijakan moneter.

“Kalau ini terjadi, bisa saja memicu volatilitas tinggi, khususnya di pasar mata uang, obligasi global, dan tentu saja kripto. Investor perlu siap dengan kemungkinan naik turunnya harga yang lebih ekstrem ke depan,” ujar Fahmi.

Dovish Fed, Sinyal Positif untuk Kripto dan Saham

Jika calon ketua The Fed berikutnya berasal dari kalangan yang cenderung “dovish” alias mendukung penurunan suku bunga, maka hal ini akan menjadi sentimen positif untuk pasar.

“Nama-nama seperti Scott Bessent atau Kevin Warsh, jika terpilih, bisa memberi angin segar ke aset berisiko. Bahkan, konsensus awal menunjukkan bahwa rumor-rumor ini saja sudah cukup untuk melemahkan dolar AS,” tutur Fahmi.

Jika suku bunga benar-benar dipotong secepat Juli, maka bukan tidak mungkin pasar kripto kembali mencatatkan reli besar-besaran. “Bukan cuma Bitcoin yang bisa cetak ATH (all-time high), indeks saham AS juga bisa ikut terangkat lebih tinggi lagi,” tambahnya.

Namun, ia mengingatkan bahwa strategi shadow chair juga membawa risiko tersendiri, terutama dalam bentuk ketidakpastian regulasi dan volatilitas pasar.

DCA dan Diversifikasi, Strategi Cerdas Buat Investor Muda

Melihat peluang sekaligus tantangan di pasar, Fahmi menyarankan investor, khususnya anak muda, untuk tetap disiplin dan bijak dalam berinvestasi. Salah satu strategi yang direkomendasikan adalah Dollar-Cost Averaging (DCA), yaitu menabung atau membeli aset secara rutin dalam periode waktu tertentu, seperti sebulan sekali.

“Dengan DCA, investor tidak perlu pusing menebak kapan waktu terbaik untuk masuk pasar. Ini cocok banget buat anak muda yang baru mulai berinvestasi,” jelasnya.

Untuk mendukung strategi ini, platform Reku menawarkan fitur Packs yang memungkinkan investor membeli berbagai aset kripto dan saham AS unggulan sekaligus hanya dalam satu kali swipe.

“Fitur Packs juga dilengkapi dengan sistem Rebalancing otomatis, yang artinya portofolio kamu akan menyesuaikan alokasi investasinya mengikuti kondisi pasar. Jadi nggak cuma praktis, tapi juga optimal buat jangka panjang,” pungkas Fahmi.