<p>Nampak antrian pembelian logam mulia ANTAM di sebuah pusat perbelanjaan kawasan Tangerang Selatan, Sabtu 19 Juni 2021. Anjloknya harga emas selama sepekan membuat masyarakat berlomba untuk membeli. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia</p>
Korporasi

Saham ANTM Anjlok Usai Kesepakatan Dagang AS–China, Konsensus Masih Optimistis?

  • Harga emas global tergelincir tajam setelah Amerika Serikat dan Tiongkok menyepakati pemangkasan tarif perdagangan secara timbal balik. AS memangkas tarif dari 145% menjadi 30%, sementara China menurunkan bea masuk dari 125% menjadi 10% untuk sejumlah komoditas utama.

Korporasi

Alvin Bagaskara

JAKARTA – Harga emas global tergelincir tajam setelah Amerika Serikat dan Tiongkok menyepakati pemangkasan tarif perdagangan secara timbal balik. AS memangkas tarif dari 145% menjadi 30%, sementara China menurunkan bea masuk dari 125% menjadi 10% untuk sejumlah komoditas utama.

Kesepakatan dagang itu meredakan kekhawatiran pasar global terhadap ketegangan geopolitik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Imbasnya, permintaan terhadap aset safe haven seperti emas menurun drastis. Harga emas spot tercatat turun 3% menjadi US$3.223 per ons, level terendah dalam dua pekan terakhir.

Efek domino dari koreksi harga emas langsung terasa di pasar saham domestik. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), emiten pelat merah yang bergerak di sektor pertambangan emas dan logam mulia, anjlok 5,60% ke level Rp2.530 pada sesi I perdagangan Rabu, 14 Mei 2025.

Penurunan itu menjadi yang terdalam dalam beberapa hari terakhir, meski sebelumnya ANTM sempat menunjukkan tren penguatan sejak satu bulan terakhir, yakni sebesar 38,25%. Kondisi ini cukup kontras dengan revisi positif dari sejumlah sekuritas yang justru menaikkan proyeksi kinerja dan harga saham ANTM untuk tahun ini.

BRI Danareksa Sekuritas menaikkan target harga saham ANTM dari Rp2.500 menjadi Rp3.000 dengan rekomendasi beli. Kenaikan tersebut mempertimbangkan lonjakan margin laba emas dari 6% menjadi 7% dan kinerja operasional kuartal I-2025 yang di atas ekspektasi analis.

Naura Reyhan Muchlis dan Timothy Wijaya, analis BRI Danareksa, juga merevisi naik proyeksi laba bersih ANTM 2025 dari Rp5,31 triliun menjadi Rp6,50 triliun. Adapun pendapatan diperkirakan mencapai Rp79,18 triliun, naik dari proyeksi sebelumnya sebesar Rp74,43 triliun.

Tak hanya BRI Danareksa, Verdhana Sekuritas juga optimistis terhadap prospek Antam. Mereka menaikkan proyeksi laba bersih dari Rp4,34 triliun menjadi Rp6,02 triliun dan menargetkan harga saham mencapai Rp3.200 berdasarkan estimasi EV/EBITDA sebanyak delapan kali.

Sucor Sekuritas ikut memperkuat konsensus positif tersebut. Target harga saham dinaikkan menjadi Rp2.700 dengan estimasi pendapatan naik signifikan dari Rp69,19 triliun menjadi Rp89,86 triliun. Sementara laba bersih ditargetkan melonjak dari Rp3,86 triliun ke Rp5,48 triliun.

Namun, konsensus tersebut belum mampu membendung tekanan jual yang terjadi di pasar. Pelaku pasar tampaknya lebih merespons penurunan harga emas global ketimbang proyeksi keuangan jangka menengah, terlebih rotasi portofolio sedang bergeser ke sektor teknologi dan keuangan.

Meskipun dalam jangka pendek saham ANTM menghadapi tekanan, prospek menengah-panjang masih menjanjikan. Diversifikasi bisnis ke logam dasar dan hilirisasi nikel serta permintaan domestik yang meningkat menjadi fondasi kuat untuk rebound ketika harga emas kembali stabil.