
RI-Turki Targetkan Perdagangan Rp168 T, Ini Daftar Komoditas Unggulannya
- Hubungan perdagangan antara Indonesia dan Turki menunjukkan perkembangan signifikan pada tahun 2024 dengan total nilai perdagangan mencapai US$ 2,4 miliar, naik 12,29% dibandingkan tahun sebelumnya. Pemerintah kedua negara pun menargetkan peningkatan perdagangan hingga US$ 10 miliar pada 2025.
Dunia
JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto melakukan pertemuan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan di Istana kepresidenan Turki, Ankara. Keduanya membahas isu strategis dan memperkuat kerja sama bilateral dalam pertemuan di sela-sela Antalya Diplomacy Forum.
“Indonesia dan Turki perlu memperkuat kerja sama ekonomi serta melihat potensi yang masih sangat besar antara kedua negara, di tengah ketidakpastian global dan tren proteksionisme yang baru saja dilakukan oleh Amerika Serikat,“ jelas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto kala berpidato dalam forum Turkiye Indonesia CEO Roundtable Meeting, dikutip melalui keterangan resmi di Jakarta, Jumat 11 April 2025.
Hubungan perdagangan antara Indonesia dan Turki menunjukkan perkembangan signifikan pada tahun 2024 dengan total nilai perdagangan mencapai US$ 2,4 miliar (sekitar Rp40,32 triliun), naik 12,29% dibandingkan tahun sebelumnya. Pemerintah kedua negara pun menargetkan peningkatan perdagangan hingga US$ 10 miliar (Rp168 triliun) pada 2025.
Untuk mempercepat pencapaian target tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendorong penyelesaian Limited Preferential Trade Agreement (LPTA) antara Indonesia dan Turki. Perjanjian ini difokuskan pada pembebasan tarif dan hambatan non-tarif untuk sejumlah produk utama, guna membuka akses pasar yang lebih luas dalam waktu singkat.
Sebagai bagian dari diplomasi ekonomi, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bersama Dewan Hubungan Ekonomi Luar Negeri Turki (DEIK) menggelar Forum CEO Roundtable yang dihadiri lebih dari 50 pemimpin bisnis dari berbagai sektor strategis, seperti pertahanan, teknologi, infrastruktur, energi, farmasi, pendidikan vokasi, dan pengembangan SDM.
Kedua negara dinilai memiliki fundamental ekonomi yang kuat serta tingkat konsumsi domestik yang tinggi. Tahun 2025 juga menandai 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia–Turki.
Deputi Menteri Perdagangan Turki, Ozgur Volkan Agar, menyampaikan bahwa Indonesia dipandang sebagai mitra strategis Turki di kawasan ASEAN. Turki, yang telah memiliki perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan Malaysia dan Vietnam, kini memprioritaskan kerja sama dengan Indonesia.
“Turki melihat Indonesia sebagai mitra utama dan hub bagi perdagangan di kawasan ASEAN,” jelas Ozgur Volkan Agar, dalam keterangan resminya.
- Dipimpin Malaysia, ASEAN Siap Manuver Lawan Tarif Impor AS
- Hadapi Tarif Trump, Vietnam akan Korbankan Perdagangan dengan China
- Perang Dagang AS - China: Kerugian Amerika dari Kenaikan Tarif Impor
Indonesia Bisa Manfaatkan Turki Sebagai Hub Ekspor
Sebagai negara yang memiliki hubungan dagang dekat dengan Uni Eropa, Turki diyakini dapat menjadi pintu gerbang ekspor Indonesia ke pasar Eropa. Hal ini juga mendukung percepatan perundingan Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU–CEPA).
Turki juga menyatakan keterbukaan terhadap produk pertanian dan kehutanan dari Indonesia, termasuk sebagai bahan baku industri makanan dan kerajinan.
Komoditas utama ekspor Indonesia ke Turki meliputi minyak kelapa sawit, margarin, minyak kelapa, makanan olahan, kopi, teh, dan berbagai rempah-rempah seperti cengkeh dan lada hitam.
Menanggapi perang tarif yang dikobarkan Amerika Serikat, pemerintah Indonesia dan Turki sepakat bahwa proteksionisme dapat menghambat pertumbuhan ekonomi global. Karena itu, kedua negara menekankan pentingnya kerja sama perdagangan terbuka yang saling menguntungkan.
- Dipimpin Malaysia, ASEAN Siap Manuver Lawan Tarif Impor AS
- Hadapi Tarif Trump, Vietnam akan Korbankan Perdagangan dengan China
- Perang Dagang AS - China: Kerugian Amerika dari Kenaikan Tarif Impor
Data Perdagangan 2024
Komoditas impor utama dari Turki ke Indonesia meliputi carbonates, tembakau, borate, aksesoris tungku industri, serta benang tekstil. Produk-produk ini memiliki peran penting dalam mendukung sektor industri strategis di Indonesia, seperti industri kimia, tekstil, manufaktur, dan energi.
Misalnya, carbonates dan borate banyak digunakan dalam produksi kaca, keramik, serta bahan kimia industri, sementara benang tekstil menunjang sektor garmen dan pakaian jadi.
Aksesoris tungku industri menjadi komponen vital dalam proses manufaktur logam dan material berat. Sementara itu, tembakau dari Turki juga berkontribusi terhadap kebutuhan bahan baku industri rokok nasional.
Sementara itu, ekspor Indonesia ke Turki mencapai US$1,9 miliar (sekitar Rp31,92 triliun kurs Rp16.800), naik 25,97%. Beberapa komoditas Indonesia yang laris di Turki diantaranya sebagai berikut,
- Minyak kelapa sawit: 112,6 juta kg senilai US$ 195,1 juta (Rp3,28 triliun)
- Margarin: 25 juta kg senilai US$ 25,2 juta (Rp423,36 miliar)
- Makanan olahan: 7,1 juta kg senilai US$ 17,1 juta (Rp287,28 miliar)
- Roti & kue: US$ 12,5 juta (Rp210 miliar)
- Olahan kopi & teh: 385 ribu kg senilai US$ 309 ribu (Rp5,19 miliar)
- Cengkeh: 562 ribu kg senilai US$ 954 ribu (Rp16,03 miliar)
- Lada hitam: 52 ribu kg senilai US$ 336 ribu (Rp5,64 miliar)
- Rempah lain (aromatik/obat): 144 ribu kg senilai US$ 692 ribu (Rp11,63 miliar)
- Pakan ternak (bungkil & residu): 2 juta kg senilai US$ 1,8 juta (Rp30,24 miliar)
- Mentega & lemak/minyak kakao: 1,1 juta kg senilai US$ 13 juta (Rp218,4 miliar)
- Ekspor juga mencakup komoditas unggulan lain seperti karet alam, baja tahan karat, serat tekstil, serta trafo listrik.