019791700_1592280960-Astra_1 (1).jpg
Tren Pasar

Rapor Merah Penjualan Astra (ASII), Waktunya Panik atau Serok?

  • Meski penjualan mobil turun, Astra (ASII) tetap kuasai 54% pasar otomotif Indonesia. Mengapa dominasi ini membuat analis optimis pada prospeknya?

Tren Pasar

Alvin Bagaskara

JAKARTA – Raksasa otomotif Indonesia, PT Astra International Tbk (ASII), baru saja merilis data penjualan mobilnya untuk semester I-2025, dan angkanya terlihat 'merah'. Penjualan grup Astra tercatat turun 12,98% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pelemahan ini terasa lebih dalam pada bulan Juni 2025, di mana penjualan anjlok hingga 33,1% secara tahunan. Penurunan ini disinyalir terjadi akibat adanya tantangan ekonomi yang menekan daya beli masyarakat di seluruh Indonesia saat ini.

Namun, di tengah kabar buruk ini, Astra ternyata masih kokoh menguasai lebih dari separuh pasar mobil di tanah air dan manajemennya tetap menyuarakan optimisme. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi? Mari kita bedah lima poin pentingnya.

1. Penjualan Mobil dan LCGC Kompak Anjlok

Pertama, kita harus melihat angka-angka yang membuat pasar cemas. Sepanjang semester I-2025, Astra hanya berhasil menjual 201.633 unit mobil, turun dari 231.734 unit pada periode semester I-2024, yang menunjukkan adanya pelemahan permintaan.

Penurunan paling drastis terjadi di segmen mobil murah ramah lingkungan atau LCGC. Penjualan di segmen ini anjlok 25,86 persen secara tahunan, menandakan bahwa konsumen di segmen ini paling merasakan dampak dari pelemahan daya beli.

Dari semua merek di bawah naungan Astra, Toyota bersama Lexus masih menjadi penyumbang terbesar dengan total penjualan 18.038 unit sepanjang bulan Juni 2025, menegaskan dominasi mereka di dalam grup.

2. Bukan Cuma Astra, Pasar Otomotif Nasional Lagi Masuk Angin

Meskipun angka penjualan Astra terlihat buruk, penting untuk melihat gambaran yang lebih besar. Ternyata, pelemahan ini bukan hanya masalah Astra, melainkan masalah yang terjadi pada seluruh industri otomotif nasional secara keseluruhan.

Berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil nasional juga merosot 22,6% pada bulan Juni. Bahkan sepanjang semester I-2025, total pasar mobil di Indonesia tercatat turun sebesar 8,6%.

Ini menjadi pelajaran penting bahwa kinerja Astra sangat erat kaitannya dengan kesehatan ekonomi makro. Pelemahan yang terjadi saat ini lebih disebabkan oleh kondisi pasar secara umum, bukan karena Astra telah kehilangan keunggulan kompetitifnya.

3. ASII Tetap Jadi Raja Jalanan Indonesia

Inilah fakta yang menjadi sisi terangnya. Meskipun penjualannya turun, Astra ternyata masih menunjukkan dominasi yang luar biasa dan tak tergoyahkan di pasar otomotif Indonesia, yang menjadi modal utama kekuatan bisnisnya.

Hingga Juni 2025, pangsa pasar atau market share mobil Astra masih sangat kokoh di level 54 persen. Artinya, dari setiap 100 mobil baru yang terjual di Indonesia, 54 di antaranya adalah mobil dari grup Astra.

Dominasi ini menunjukkan bahwa posisi Astra sebagai pemimpin pasar belum bergeser sama sekali. Bahkan di tengah badai ekonomi, mereka masih menjual mobil jauh lebih banyak dibandingkan gabungan seluruh pesaingnya di tanah air.

4.Harapan Pemulihan di Semester Kedua

Manajemen Astra International (ASII) tidak menutup mata terhadap berbagai tantangan yang ada, seperti pelemahan daya beli. Namun, mereka tetap menyuarakan optimisme yang hati-hati untuk prospek penjualan di sisa paruh kedua tahun ini.

Pandangan positif ini bukan tanpa dasar. Pihak manajemen meyakini kekuatan fundamental perusahaan, seperti portofolio produk yang beragam serta jaringan penjualan dan layanan purnajual yang terintegrasi di seluruh Indonesia, akan menjadi penopang utama.

Chief of Corporate Affairs Astra, Boy Kelana Soebroto, secara resmi mengonfirmasi harapan tersebut dalam keterangannya hari ini. Ia menyatakan bahwa perusahaan menantikan adanya perbaikan di pasar. “Astra tetap berharap pemulihan penjualan otomotif nasional dapat terjadi di semester II-2025,” ujar Boy, Jumat, 11 Juli 2025.

5. Apa Artinya Ini Bagi Investor? Analis Kompak 'Buy'

Kesimpulannya, pelemahan penjualan ASII saat ini lebih mencerminkan kondisi ekonomi makro yang sedang lesu, bukan karena perusahaan kehilangan keunggulan kompetitifnya. Statusnya sebagai penguasa pasar dengan pangsa 54% menjadi 'bantalan' yang sangat kuat.

Pandangan optimistis ini ternyata sejalan dengan konsensus para analis pasar modal. Berdasarkan data per 7 Juli 2025, mayoritas analis memberikan rekomendasi positif untuk saham ASII, menunjukkan kepercayaan pada prospek pemulihan perusahaan ke depan.

Dari total 33 analis yang mengulas saham ini, sebanyak 24 analis memberikan rekomendasi 'Beli' dan 9 merekomendasikan 'Tahan'. Yang paling menarik, tidak ada satu pun analis yang memberikan rekomendasi 'Jual' untuk saham ini.

Rekomendasi positif ini juga didukung dengan target harga yang menarik. Target harga rata-rata untuk saham ASII diproyeksikan di level Rp5.537, dengan estimasi tertinggi dari analis bahkan mencapai Rp6.350 per saham.

Saat ini, saham ASII menjelang penutupan perdagangan hari ini bertengger di level Rp4.700 per saham. Artinya, jika investor membeli saham ini di level sekarang ada potensi upside yang lumayan besar yakni sekitar 20 persenan.