
Profil Zhao Weiguo Mantan Bos Tsinghua Unigroup yang Dijatuhi Hukuman Mati
- Tsinghua Unigroup, yang awalnya merupakan cabang dari Universitas Tsinghua, salah satu universitas ternama di China, didirikan pada tahun 1988 dengan dukungan negara, dan dimaksudkan untuk menjadi pemain utama dalam mengangkat industri chip China yang tertinggal.
Dunia
JAKARTA – Pengadilan di China menjatuhkan hukuman mati dengan masa penangguhan kepada Zhao Weiguo, mantan ketua perusahaan semikonduktor Tsinghua Unigroup,. Dia dinyatakan bersalah atas tindak pidana korupsi dan penggelapan.
Pengadilan yang berlokasi di Provinsi Jilin, timur laut China, memutuskan hukuman mati dengan penangguhan selama dua tahun bagi Zhao. Artinya, eksekusi hanya akan dilakukan jika ia melakukan kejahatan lain selama masa tersebut. Jika tidak, setelah dua tahun Zhao akan menjalani hukuman penjara seumur hidup.
Pengadilan juga menjatuhkan denda sebesar 12 juta yuan (sekitar US$1,67 juta) kepada Zhao atas tindakannya memperoleh keuntungan secara ilegal bagi keluarga dan rekannya, serta merugikan kepentingan sebuah perusahaan terbuka.
- Peran Ikonik yang Mengubah Takdir, Momen Emas Para Bintang K-Drama
- 7 Artis Papan Atas yang Ubah Investasi Properti jadi Ladang Emas, Ada Taylor Swift
- 5 Penyebab Berat Badan Susah Turun Meski Sudah Diet
Zhao juga dijatuhi hukuman pencabutan hak-hak politik seumur hidup serta perampasan seluruh kekayaan pribadinya.
Reuters tidak berhasil menghubungi Zhao untuk memberikan tanggapan. Ia pertama kali didakwa atas kasus korupsi pada tahun 2023.
Tsinghua Unigroup, yang awalnya merupakan cabang dari Universitas Tsinghua, salah satu universitas ternama di China, didirikan pada tahun 1988 dengan dukungan negara, dan dimaksudkan untuk menjadi pemain utama dalam mengangkat industri chip China yang tertinggal.
Namun, di bawah kepemimpinan Zhao, perusahaan menggelontorkan miliaran dolar untuk mengakuisisi bisnis yang berkaitan dengan chip, tetapi juga melakukan investasi pada berbagai usaha yang tidak terkait dan merugi, mulai dari sektor properti hingga perjudian online.
Hal ini akhirnya menyebabkan perusahaan gagal membayar sejumlah obligasi pada akhir tahun 2020 dan terancam bangkrut.
Pada tahun 2022, Tsinghua Unigroup menyelesaikan proses restrukturisasi yang mengalihkan kepemilikan perusahaan kepada sebuah entitas yang dikendalikan oleh Wise Road Capital, Jianguang Asset Management, serta sejumlah dana investasi yang berafiliasi dengan pemerintah.
Di China, hukuman mati dalam kasus korupsi seperti ini biasanya dapat diubah menjadi hukuman penjara seumur hidup setelah masa penangguhan berakhir. Lantas, siapa itu Zhao Weiguo?
Profil Zhao Weiguo
Dilansir dari en.thholding.com.cn, Zhao Weiguo, ketua Tsinghua Unigroup, merupakan salah satu tokoh terkemuka dari generasi baru pengusaha China yang berfokus pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ia meraih gelar sarjana dan magister dari Departemen Teknik Elektronika di Universitas Tsinghua, salah satu institusi pendidikan tinggi paling prestisius di China.
Zhao bergabung dengan Tsinghua Unigroup pada tahun 1996 sebagai wakil manajer umum di departemen teknik otomasi. Pada tahun berikutnya, ia menjabat sebagai manajer umum di Tongfang Electronic Science and Technology Co Ltd.
Pada tahun 2004, ia mendirikan Jiankun Group, sebuah perusahaan investasi yang bergerak di bidang teknologi informasi, gas alam, dan properti. Pada tahun 2009, Jiankun menjadi pemegang saham Tsinghua Unigroup dengan kepemilikan sebesar 49%. Zhao kemudian menjabat sebagai presiden dan ketua dewan direksi perusahaan tersebut.
Di bawah kepemimpinan Zhao, Tsinghua Unigroup mencatatkan berbagai pencapaian penting. Sesuai dengan strategi “dari chip ke cloud,” perusahaan ini menggelontorkan hampir US$10 miliar untuk mengakuisisi sejumlah perusahaan teknologi berskala global, seperti Spreadtrum, RDA Microelectronics, dan H3C Group.
Selain itu, Unigroup juga membeli saham perusahaan raksasa penyimpanan data, Western Digital. Berkat langkah tersebut, Tsinghua Unigroup berhasil menjelma menjadi salah satu perusahaan teknologi terkemuka di China.
Zhao juga dikenal sebagai aktivis sosial dan dermawan. Ia telah menyumbangkan lebih dari US$100 juta untuk mendukung pendidikan di China.
Dikutip dari The Standard, pada Maret 2023, lembaga pengawas antikorupsi terkemuka China menyelidiki mantan Ketua Tsinghua Unigroup Zhao Weiguo, yang menjadi tokoh penting terbaru yang terjerat dalam jaring korupsi di seluruh industri.
Zhao termasuk salah satu tokoh terkenal yang terseret dalam gelombang terbaru penyelidikan korupsi, mencerminkan semakin besarnya rasa frustrasi para pemimpin tertinggi China terhadap kegagalan selama bertahun-tahun dalam mengembangkan chip semikonduktor yang mampu menggantikan teknologi sirkuit buatan Amerika Serikat (AS).
Serangkaian penyelidikan tersebut mengguncang industri yang terbiasa mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat. Pemerintahan Xi Jinping sebelumnya telah mengalokasikan lebih dari US$100 miliar untuk membangun industri chip dalam negeri demi mengurangi ketergantungan pada negara-negara Barat.
Media Caixin melaporkan pada bulan Juli bahwa pejabat berwenang mulai melakukan penyelidikan terhadap Zhao, yang pernah menjabat sebagai ketua perusahaan yang berafiliasi dengan Universitas Tsinghua, almamater Xi Jinping.
Perusahaan tersebut, yang sebelumnya dianggap sebagai salah satu kebanggaan nasional China di bidang semikonduktor, akhirnya kolaps akibat tumpukan utang. Zhao sempat secara terbuka menolak rencana penyelamatan senilai US$9 miliar untuk Unigroup, sebelum akhirnya dicopot dari posisinya di perusahaan tersebut.
Salah satu fokus utama dari penyelidikan lain adalah Dana Investasi Industri Sirkuit Terpadu Nasional—dikenal dengan nama Big Fund, yang menjadi sarana utama pemerintah Beijing dalam menyalurkan dana ke para produsen chip di dalam negeri.
Badan antikorupsi tertinggi China sebelumnya telah mengumumkan investigasi terhadap sejumlah eksekutif yang terlibat dalam pengelolaan dana tersebut.
Pejabat senior pemerintah merasa kecewa karena puluhan miliar dolar yang telah digelontorkan ke sektor ini dalam sepuluh tahun terakhir belum mampu menghasilkan terobosan besar seperti proyek ilmiah nasional terdahulu.
Banyak di antara mereka juga merasa bahwa Amerika Serikat, yang terus memperketat pembatasan terhadap China, berhasil menahan laju ambisi teknologi negara tersebut.
- 17 Tahun SRC: Perjalanan Memperkuat UMKM Indonesia Menjadi Lebih Baik
- Kepemilikan Bitcoin Bisa Dianggap seperti Punya Properti di Manhattan, Begini Penjelasannya
- Negara Simpan Bitcoin sebagai Cadangan Strategis, Apa Peluang dan Risikonya?
Adapun, hasil penyelidikan mengungkap Zhao telah menyalahgunakan posisinya untuk memindahkan sumber daya dan aset perusahaan demi kepentingan pribadi, serta untuk menguntungkan keluarga dan koleganya.
Ia didakwa melakukan penggelapan serta menjual aset milik negara secara melawan hukum, yang menyebabkan kerugian negara melebihi 890 juta yuan (sekitar US$124 juta). Zhao juga diketahui telah memperoleh aset negara secara ilegal dengan nilai lebih dari 470 juta yuan (sekitar US$65 juta).