1715600405583.jpg
Tren Global

Prajogo Pangestu Salip Jack Ma! Saham BREN & CUAN Bikin Portofolionya Melesat

  • Lonjakan kekayaan Prajogo didorong kinerja luar biasa saham-saham andalannya di pasar modal. Saham BREN (Barito Renewables Energy) naik 12% dalam waktu singkat karena ekspansi agresif di sektor panas bumi. ADibandingkan dengan Jack Ma, kekayaan Prajogo tumbuh pesat di tengah lesunya sektor teknologi China. Berdasarkan data terkini, kekayaan Prajogo Pangestu mencapai US$46,4 miliar (Rp730 triliun) dan menempati peringkat ke-71 versi Forbes.

Tren Global

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Nama Prajogo Pangestu kembali mencuri perhatian dunia keuangan global. Konglomerat asal Indonesia ini resmi melampaui Jack Ma dalam daftar orang terkaya Asia versi Forbes 2025. Dengan kekayaan mencapai US$46,4 miliar atau sekitar Rp730 triliun, Prajogo kini duduk di posisi ke-4 daftar orang terkaya Asia, jauh meninggalkan pendiri Alibaba yang kekayaannya merosot menjadi US$26,5 miliar (Rp413 triliun).

Lonjakan kekayaan Prajogo didorong kinerja luar biasa saham-saham andalannya di pasar modal. Saham BREN (Barito Renewables Energy) naik 12% dalam waktu singkat karena ekspansi agresif di sektor panas bumi. 

Perusahaan ini kini menjadi pemain panas bumi terbesar kedua di dunia, dengan kapasitas 1,2 GW yang menyumbang 40% dari pasokan panas bumi nasional. 

Sementara itu, CUAN (Petrindo Jaya Kreasi) melonjak 36% dalam sepekan setelah mengamankan kontrak pertambangan besar dari Vale Indonesia senilai US$954 juta dan dari Sinar Mas Group sebesar US$214 juta. 

Saham CDIA (Cikarang Listrindo) bahkan mencatat kenaikan 163% dalam tujuh hari, didorong rencana ekspansi ke sektor baterai kendaraan listrik (EV) dan pusat data. Kinerja saham lain dalam portofolionya seperti PTRO (+46%) dan BRPT (+25%) turut mendorong kenaikan kekayaan bersih Prajogo sebesar US$5,53 miliar sepanjang tahun 2025.

Kebangkitan Barito Group milik Prajogo tidak lepas dari tren global energi hijau dan prinsip ESG (Environmental, Social, Governance). Melalui BREN, Prajogo berhasil memperoleh pinjaman sebesar US$139,5 juta dari DBS dan SMBC untuk proyek pengembangan panas bumi Wayang Windu. 

Selain itu, lima proyek energi baru senilai Rp5,9 triliun baru saja diresmikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto, memperkuat posisi BREN sebagai pilar utama dalam pencapaian target bauran energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025. 

Grup Barito pun perlahan meninggalkan batu bara, dan bertransformasi ke sektor energi hijau, pusat data, dan baterai EV sebagai bentuk adaptasi terhadap tren ESG yang mendunia.

Salip Jack Ma, Ini Perbandingannya

Dibandingkan dengan Jack Ma, kekayaan Prajogo tumbuh pesat di tengah lesunya sektor teknologi China. Berdasarkan data terkini, kekayaan Prajogo Pangestu mencapai US$46,4 miliar (Rp730 triliun) dan menempati peringkat ke-71 versi Forbes. 

Sementara itu, kekayaan Jack Ma tercatat sebesar US$26,5 miliar (Rp413 triliun) dan berada di posisi ke-81 menurut Bloomberg. Sumber kekayaan Prajogo berasal dari energi terbarukan dan petrokimia, sedangkan Jack Ma masih mengandalkan e-commerce dan fintech. 

Dalam hal pertumbuhan kekayaan, Prajogo mencatatkan kenaikan +18,6% sepanjang 2025, sedangkan kekayaan Jack Ma justru turun -30% akibat tekanan regulasi pemerintah Tiongkok terhadap sektor teknologi. Kinerja Alibaba juga melambat (+9%) dan tertinggal jauh dibanding kompetitornya, Pinduoduo (+94%).

Strategi Bisnis Prajogo: Diversifikasi & Sinergi

Keberhasilan Prajogo Pangestu tidak datang secara tiba-tiba. Ia menerapkan strategi integrasi vertikal dan diversifikasi agresif yang terbukti ampuh di sektor energi dan industri berat. 

Ia menguasai seluruh rantai pasok, mulai dari energi panas bumi (BREN), batu bara (CUAN), hingga petrokimia melalui Chandra Asri. Baru-baru ini, Barito Group juga mengakuisisi Star Energy, salah satu pemain panas bumi global, dan merambah sektor pusat data melalui DCI Indonesia. 

Selain itu, sinergi antar anak usaha terus diperkuat, misalnya dengan Petrosea yang memperoleh kontrak besar berkat jejaring internal grup Barito.

Meski portofolionya terlihat tangguh, Prajogo tetap menghadapi sejumlah tantangan yang tidak bisa diabaikan. Volatilitas harga komoditas, khususnya batu bara, bisa berdampak langsung pada kinerja CUAN. 

Selain itu, proyek-proyek energi terbarukan yang tengah dikembangkan sangat bergantung pada dukungan insentif dan kebijakan pemerintah. Di sisi lain, persaingan global juga semakin ketat, terutama di sektor baterai EV dan panas bumi, dengan konglomerat besar seperti Grup Sinar Mas yang turut merambah bidang serupa.