<p>PT Pertamina Gas (Pertagas) / Dok. Pertagas</p>
Bursa Saham

PGAS Dibayangi Tekanan Biaya dan Kurs, Laba Bersih Kuartal I-2025 Susut Hampir Separuh

  • Saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) mencatat reli signifikan dalam sebulan terakhir. Harga saham emiten gas milik negara ini naik 19,03% dalam 30 hari terakhir, mencerminkan optimisme pelaku pasar terhadap prospek jangka menengah perseroan di tengah momentum transisi energi nasional.

Bursa Saham

Alvin Bagaskara

JAKARTA – Saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) mencatat reli signifikan dalam sebulan terakhir. Harga saham emiten gas milik negara ini naik 19,03% dalam 30 hari terakhir, mencerminkan optimisme pelaku pasar terhadap prospek jangka menengah perseroan di tengah momentum transisi energi nasional.

Namun, penguatan harga saham tersebut berbanding terbalik dengan kinerja fundamental keuangan PGAS. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat turun 48,8% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari US$121,14 juta menjadi hanya US$62,02 juta pada kuartal I-2025.

Laporan keuangan PGAS yang dirilis di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (29/4), menunjukkan bahwa tekanan utama berasal dari lonjakan beban pokok pendapatan dan rugi selisih kurs. Kondisi ini mempersempit margin usaha dan membebani capaian laba bersih perusahaan selama tiga bulan pertama 2025.

Dari sisi pendapatan, PGAS mencatat kenaikan tipis sebesar 1,81% yoy menjadi US$966,56 juta pada kuartal I-2025, dari sebelumnya US$949,33 juta. Penjualan gas bumi kepada pelanggan industri dan komersial masih menjadi penyumbang utama, mencapai US$655,54 juta, disusul pelanggan rumah tangga senilai US$12,25 juta.

Sayangnya, pertumbuhan pendapatan tersebut tidak mampu menahan tekanan dari kenaikan biaya. Beban pokok pendapatan PGAS tercatat sebesar US$825,95 juta, meningkat 11,98% dibandingkan kuartal I-2024 sebesar US$737,56 juta. Peningkatan ini secara langsung memangkas margin kotor dan laba operasional perusahaan.

Selain tekanan dari sisi operasional, PGAS juga mencatat rugi bersih selisih kurs senilai US$20,06 juta pada kuartal I-2025. Sebagai perbandingan, pada periode yang sama tahun sebelumnya, perusahaan masih mampu mencetak laba kurs sebesar US$446.311. Fluktuasi nilai tukar menjadi risiko nyata tahun ini.

Melemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS turut memperberat posisi keuangan PGAS yang memiliki eksposur terhadap kewajiban dan transaksi dalam valuta asing. Tanpa adanya strategi lindung nilai (hedging) yang lebih agresif, kerugian seperti ini berpotensi berulang dalam kuartal mendatang.

Dari sisi neraca, total aset PGAS per 31 Maret 2025 mencapai US$6,54 miliar, tumbuh 1,87% dibandingkan posisi akhir 2024 sebesar US$6,42 miliar. Aset tersebut terdiri dari liabilitas sebesar US$2,78 miliar dan ekuitas sebesar US$3,77 miliar, menandakan struktur permodalan tetap stabil.

Sementara itu, dalam sepekan perdagangan terakhir, saham PGAS juga menguat 0,29%. Meski tipis, kenaikan ini menunjukkan adanya kepercayaan investor terhadap potensi jangka menengah PGAS, terutama dari sisi pengembangan infrastruktur gas dan proyek strategis nasional yang masih terus bergulir.

Namun demikian, penurunan laba bersih yang cukup dalam menunjukkan tantangan nyata dalam menjaga profitabilitas. Dengan margin usaha yang tertekan dan potensi kerugian kurs, investor sebaiknya tetap mencermati kondisi eksternal serta langkah efisiensi perusahaan untuk mempertahankan daya saing di sektor energi.