Aktifitas Bursa Saham - Panji 1.jpg
Tren Pasar

Pesta IPO 8 Emiten di Tengah Pasar Lesu, Likuiditas IHSG Tersedot?

  • Manuver sejumlah konglomerasi lewat delapan IPO pekan ini. Bagaimana nama besar seperti Prajogo Pangestu memengaruhi sentimen dan dinamika pasar modal?

Tren Pasar

Alvin Bagaskara

JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini, 7–11 Juli 2025, akan diwarnai oleh serangkaian aksi initial public offering (IPO). Tidak tanggung-tanggung, sebanyak delapan emiten bakal melangsungkan pencatatan saham perdana pada awal pekan ini.

Menariknya, serangkaian aksi korporasi ini hadir di tengah pelemahan IHSG sepanjang pekan lalu. Indeks komposit tercatat melemah 0,47% dan ditutup pada level 6.865,19, turun dari posisi 6.897,40 pada penutupan pekan sebelumnya.

Selain itu, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) juga mengalami penurunan 0,23% menjadi Rp12.070 triliun dari Rp12.098 triliun pada sepekan sebelumnya. Rata-rata nilai transaksi harian bursa selama sepekan juga ikut turun signifikan.

Tim Research Stockbit Sekuritas memberikan pandangan menarik mengenai fenomena ini. Mereka menilai ramainya IPO secara bersamaan justru berpotensi menyerap likuiditas pasar, yang tercermin dari penurunan nilai transaksi harian.

"Kami melihat ramainya IPO pada waktu yang bersamaan berdampak terhadap likuiditas perdagangan IHSG. Dalam 1 pekan terakhir, nilai transaksi rata-rata IHSG hanya mencapai 8,8 triliun rupiah per hari, dibandingkan rata-rata sebulan terakhir sebesar 14 triliun rupiah per hari," tulis tim riset Stockbit dikutip pada Senin, 7 Juli 2025. 

1. Kenalan Dulu Sama 8 'Anak Baru' di Bursa

Parade IPO pekan ini akan berlangsung secara maraton selama tiga hari berturut-turut, menghadirkan perusahaan dari berbagai sektor yang menarik. Jadwalnya akan dimulai pada hari Selasa, 8 Juli 2025, dengan melantainya PT Pancaran Samudera Transport Tbk (PSAT) dari sektor transportasi laut dan PT Asia Pramulia Tbk (ASPR) dari sektor perhotelan.

Puncak perhatian kemudian beralih ke hari Rabu, 9 Juli 2025, yang menjadi hari listing bagi dua emiten yang paling banyak dibicarakan. Keduanya adalah induk usaha bursa kripto PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) dan sang primadona, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), milik konglomerat Prajogo Pangestu.

Pesta IPO akan ditutup dengan meriah pada Kamis, 10 Juli 2025, yang akan menjadi hari paling ramai. Empat perusahaan sekaligus akan melantai, yaitu perusahaan edukasi PT Merry Riana Edukasi Tbk (MERI), perusahaan logistik dari grup Alfamart PT Trimitra Trans Persada Tbk (BLOG), emiten alat kesehatan PT Diastika Biotekindo Tbk (CHEK), dan PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk (PMUI).

2. Kata Analis: Siapa yang 'Murah' dan Siapa yang 'Mahal'?

Analis Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas, sudah membedah valuasi para calon emiten ini. Menurutnya, tidak semuanya punya valuasi yang sama menariknya.

Ia menilai ada saham yang tergolong 'murah' (undervalued), yaitu COIN dan PSAT. "COIN dan PSAT memiliki valuasi yang tergolong undervalued, baik dari sisi PE maupun PBV. Selain itu, keduanya mencatatkan net profit margin (NPM) yang tinggi dan utang yang rendah," ujar Sukarno.

Di sisi lain, ada juga yang dinilai 'mahal' (overvalued), yaitu CHEK, BLOG, dan ASPR. Namun, menariknya, meskipun valuasinya premium, ketiga perusahaan ini tetap memiliki tingkat profitabilitas yang jauh di atas rata-rata industrinya, yang bisa menjadi daya tarik tersendiri.

3. Fokus ke 'Primadona': Bedah Prospek CDIA, Saham Grup Prajogo

Dari delapan IPO, perhatian terbesar tentu tertuju pada CDIA. Dengan potensi raupan dana hingga Rp2,37 triliun, IPO ini menjadi yang terbesar pekan ini. Dana tersebut akan digunakan untuk ekspansi besar-besaran di bisnis logistik dan infrastruktur energi.

Analis menilai prospek CDIA sangat cerah. Sebagai bagian dari ekosistem Chandra Asri, lini bisnisnya di sektor energi, air, pelabuhan, dan penyimpanan sangat strategis dan sejalan dengan pertumbuhan permintaan nasional.

Namun, di balik prospek cerahnya, analis juga mengingatkan adanya risiko. Mulai dari perubahan regulasi, volatilitas harga komoditas, hingga potensi keterlambatan proyek. Ini adalah faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan oleh investor jangka panjang.

4. Psikologi Pasar: Kenapa IPO Selalu Bikin Heboh?

Mengapa antusiasme terhadap IPO, terutama dari grup besar, selalu tinggi? Menurut para ahli, ada beberapa faktor psikologis yang bermain.

Pertama, 'Efek Afiliasi'. Menurut Community Lead IPOT, Angga Septianus, emiten yang terafiliasi dengan konglomerasi besar sangat menarik karena dinilai punya 'kakak-kakak' yang bisa mendukung lewat aksi korporasi lainnya.

Kedua, 'Faktor Momentum'. Associate Director Pilarmas Investindo, Maximilianus Nicodemus, menegaskan bahwa suksesnya IPO bukan hanya soal fundamental, tapi juga momentum pasar. Saat minat investor sedang tinggi, harga saham cenderung lebih mudah terangkat.

Ketiga, 'Euforia Cuan Cepat'. Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas, Ike Widiawati, menyoroti perilaku investor ritel. Banyak yang mengincar keuntungan cepat dalam 3 hari pertama perdagangan, bahkan jika harga sahamnya berpotensi turun dalam jangka panjang. "Memang menarik, akan tetapi high-risk, high-return," ujarnya.

5. Jadi, Strategi Buat Investor Ritel Gimana?

Setelah melihat semua analisis, lalu bagaimana strategi terbaik untuk kita? Jawabannya tergantung pada profil risiko dan tujuan investasi Anda. 

Jika Anda adalah investor jangka panjang yang mencari fundamental kuat dan valuasi murah, maka saham seperti COINdan PSAT, seperti yang disebut analis Kiwoom, bisa menjadi pilihan utama untuk dipelajari lebih dalam.

Namun, jika Anda lebih menyukai saham dengan 'cerita' besar, dukungan grup konglomerat, dan potensi 'hype' di awal-awal listing, maka CDIA tentu menjadi yang paling menarik. Apa pun pilihannya, ingat pesan Ike Widiawati: IPO adalah arena high-risk, high-return. Selalu lakukan riset Anda sendiri dan jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang.