
Persaingan Mobil Listrik AS vs China : Siapa Unggul dalam Teknologi, Harga, dan Produksi?
- Persaingan mobil listrik global makin sengit antara Amerika Serikat dan China. Tesla unggul dalam teknologi otonomi, sementara BYD dan NIO dari China mendominasi produksi dan harga. Simak perbandingan teknologi, harga, dan pasar EV dari kedua raksasa dunia ini!
Tren Global
JAKARTA - Persaingan industri mobil listrik global saat ini didominasi dua kekuatan utama dunia, Amerika Serikat dan China. Masing-masing mengusung keunggulan berbeda, produsen dari kedua negara berlomba menguasai pasar melalui inovasi teknologi, efisiensi biaya, hingga ekspansi global.
Perusahaan seperti Tesla dan Rivian dari AS bersaing ketat dengan BYD, NIO, dan XPeng dari China dalam mengembangkan kendaraan listrik (EV) yang canggih namun terjangkau.
Teknologi: Tesla Unggul Otonomi, China Dominan Baterai
Dilansir laman Tesla.com, dari sisi teknologi, Amerika diwakili oleh Tesla yang dikenal melalui baterai format 4680 berdaya tinggi serta kemampuan otonomi Full Self-Driving (FSD) menjadi pionir di industri.
Namun, teknologi ini masih terbatas pada Level 2 otonomi dan dibanderol mahal, sekitar US$ 15.000. Di sisi lain, produsen China seperti NIO dan XPeng telah menghadirkan sistem otonomi sekelas, seperti NIO Autonomous Driving (NAD) dan XNGP, dengan harga yang lebih terjangkau.
China juga unggul dalam hal produksi baterai. Dengan lebih dari 60% pangsa pasar baterai global, produsen seperti CATL dan BYD memimpin dalam pengembangan baterai LFP (Lithium Iron Phosphate) yang lebih murah, aman, dan tahan lama. BYD Blade Battery misalnya, menawarkan hingga 3.000 siklus pengisian tanpa degradasi signifikan.
Namun, CEO Xiaomi, Lei Jun, yang juga memproduksi mobil listrik menyampaikan apresiasinya terhadap teknologi Full Self-Driving (FSD) milik Tesla lewat unggahan di akun Weibo miliknya. Ia mengakui bahwa Xiaomi masih perlu banyak belajar dari produsen mobil listrik asal Amerika Serikat tersebut.
“Tesla memang luar biasa. Mereka menjadi pelopor di banyak aspek industri, terutama dalam hal FSD. Kami masih harus banyak belajar.” ujar Lei Jun dalam unggahannya di Weibo dikutip Kamis, 3 Juli 2025.
- Nikotin Bisa Bikin Kanker, Mitos atau Fakta?
- Langkah Jitu Merdeka Finansial Ala ‘Prof’ Kalimasada
- Jual Sambal dan Bebek, UMKM Binaan BRI Ekspansi Pasar Internasional
Rantai Produksi dan Skala Industri
Keunggulan China semakin kentara dalam rantai produksi. Negara ini menguasai sekitar 80% proses pemurnian mineral penting untuk baterai EV, termasuk lithium, kobalt, dan nikel. Perusahaan seperti BYD bahkan memiliki tambang sendiri di Afrika dan Amerika Selatan, menjamin pasokan bahan baku yang stabil.
Secara volume produksi, BYD mencatatkan lebih dari 3 juta unit mobil listrik per tahun (2023), jauh di atas Tesla yang memproduksi sekitar 1,8 juta unit. Ditambah dengan efisiensi pabrik otomatis dan upah buruh yang lebih rendah, mobil listrik buatan China bisa dijual jauh lebih murah di pasar global.
Harga dan Model Populer
Mobil listrik buatan China memiliki keunggulan besar dari sisi harga. BYD Seagull misalnya, dijual hanya sekitar USD 10.000, menjadi salah satu EV termurah di dunia. Meski dengan jangkauan terbatas (sekitar 250 km), model ini cocok untuk mobilitas perkotaan.
Sebaliknya, Tesla Model 3 dibanderol USD 40.000 dengan keunggulan jaringan Supercharger dan teknologi otonomi. NIO ET5 dengan fitur baterai swap dan interior mewah dijual seharga USD 45.000, sedangkan Rivian R1T sebagai truk listrik off-road premium dijual hingga USD 73.000.
- Nikotin Bisa Bikin Kanker, Mitos atau Fakta?
- Langkah Jitu Merdeka Finansial Ala ‘Prof’ Kalimasada
- Jual Sambal dan Bebek, UMKM Binaan BRI Ekspansi Pasar Internasional
Dominasi Global dan Tantangan Keamanan
China semakin agresif mengekspor EV ke Asia Tenggara, Eropa, hingga Amerika Latin. Namun, dominasi ini menghadapi tantangan politik dan keamanan. Beberapa negara, termasuk AS, membatasi penjualan mobil China karena kekhawatiran terhadap akses keamanan data.
Di sisi lain, AS masih menjadi pemimpin dalam segmen premium dan teknologi tinggi. Tesla tetap menjadi ikon global dengan margin keuntungan tinggi, meskipun volume penjualannya kini telah dikalahkan oleh BYD.
Menurut prediksi BloombergNEF, China akan menguasai sekitar 65% pasar EV global pada tahun 2030. Sementara itu, Amerika diperkirakan tetap menjadi pemimpin dalam inovasi high-end, seperti Cybertruck dan Lucid Air.
Namun, tensi geopolitik terus meningkat, ditandai dengan keputusan AS menaikkan tarif mobil listrik China hingga 100% pada 2024. Sebagai balasan, China membatasi ekspor grafit bahan penting dalam pembuatan baterai.
Jika Anda menginginkan mobil listrik dengan teknologi canggih dan brand ternama, produk Amerika seperti Tesla menjadi pilihan utama. Namun, jika harga dan efisiensi baterai menjadi prioritas, mobil listrik buatan China jelas lebih unggul. Pada akhirnya, persaingan ini menguntungkan konsumen, karena mendorong harga turun dan inovasi meningkat dengan cepat.