Timothy-Ronald-605903393 (1).jpg
Tren Inspirasi

Perjalanan Timothy Ronald: Dari Jualan Pomade Jadi Triliuner Muda Indonesia

  • Saat remaja lain sibuk bermain, Timothy justru mencari peluang. Ia memulai perjalanan bisnisnya dengan menjual apa saja—dari pomade impor, sedotan, hingga berbagai barang kecil lainnya. Semua dilakukan demi satu hal: modal awal untuk masa depan.

Tren Inspirasi

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – Untuk kamu yang senang berselancar di media sosial seperti TikTok atau Instagram, mungkin sudah tidak asing dengan nama Timothy Ronald yang saat ini tengah naik daun karena kekayaan yang ia capai di usia muda dan gaya edukasi finansialnya yang terkesan tajam dan pedas. 

Timothy Ronald lahir pada 22 September 2000 di Tangerang Selatan, dari keluarga yang hidup sederhana. Sejak kecil, ia sudah terbiasa berdiri di atas kakinya sendiri. Tidak menunggu kaya dulu baru berusaha, Timothy justru menjadikan keterbatasan sebagai bahan bakar mimpinya.

Saat remaja lain sibuk bermain, Timothy justru mencari peluang. Ia memulai perjalanan bisnisnya dengan menjual apa saja—dari pomade impor, sedotan, hingga berbagai barang kecil lainnya. Semua dilakukan demi satu hal: modal awal untuk masa depan.

Uang pertamanya yang terkumpul dari angpao—sekitar Rp2 juta—bukan untuk bersenang-senang. Ia memutarnya menjadi bisnis kecil yang menghasilkan. Dari menjual pomade saja, Timothy bisa mengantongi Rp11–12 juta setiap bulan. 

Hasilnya tak berhenti di situ. Ia kemudian membesarkan agensi marketing untuk UMKM, melayani hingga 11 klien aktif dan menghasilkan sekitar Rp50 juta per bulan.

Usia 15: Terpikat Dunia Investasi

Di usia 15 tahun, saat kebanyakan anak seusianya sibuk bermain game, Timothy justru sibuk membaca buku legendaris seperti The Intelligent Investor karya Benjamin Graham dan Security Analysis. Buku-buku ini membuka pikirannya tentang dunia investasi dan mengajarkannya bahwa uang bisa bekerja untuknya jika dikelola dengan benar.

Terinspirasi dari sosok Warren Buffett, Timothy mulai menyisihkan hasil usahanya untuk membeli saham. Ia tidak langsung sukses besar, tapi dari sinilah ia menanam fondasi finansial yang kokoh—pelan, pasti, dan penuh disiplin.

Saat pandemi COVID-19 melanda dan klien-klien agensinya menghilang, investasi saham Timothy justru mulai berkembang pesat. Tak hanya itu, ia mulai membuat konten edukasi keuangan di TikTok, membuka aliran pendapatan baru dan memperluas dampak edukatifnya ke ribuan anak muda.

Usia 19–20: Mendirikan Ternak Uang dan Meraih Rp1 Miliar Pertama

Tahun 2019 menjadi titik balik besar. Di usia 19 tahun, Timothy bersama rekannya mendirikan Ternak Uang, sebuah platform edukasi finansial yang ditujukan untuk anak muda Indonesia. Tujuan utamanya jelas: membuat dunia keuangan yang selama ini terlihat rumit, menjadi mudah, menyenangkan, dan aplikatif.

Tak sampai setahun berselang, di usia 20 tahun, ia mencapai tonggak besar: mengumpulkan kekayaan Rp1 miliar dari hasil gabungan bisnis dan investasinya. Prinsip keuangannya sederhana namun disiplin: “Barang pantas dibeli hanya jika kamu punya dana 10 kali lipat dari harganya.” Prinsip ini menyelamatkannya dari gaya hidup konsumtif dan jebakan utang.

Baca Juga: Apakah Bitcoin Termasuk Zero-Sum Game? Ini Penjelasan Lengkapnya

Usia 22: Menjadi Raja Kripto dan Triliuner Termuda

Tahun 2022 menjadi momentum lain yang tak kalah besar. Dengan pemahaman finansial yang matang, Timothy memutuskan untuk "all-in" ke aset kripto, membeli Bitcoin di kisaran harga Rp290 juta. Langkah ini bukan sekadar spekulasi. Ia menganalisis, menyusun strategi, dan menjalankan investasinya dengan kehati-hatian luar biasa.

Hasilnya luar biasa. Portofolio kriptonya melonjak tajam, bahkan sempat dilaporkan mencapai nilai Rp1,7 miliar hanya dari satu instrumen. Dari sinilah ia dijuluki sebagai “Raja Kripto Indonesia”, seorang pemuda yang mampu menaklukkan dunia blockchain dan digital asset dengan bijak.

Tak berhenti di sana, ia mendirikan Akademi Crypto, platform edukasi kripto yang menyajikan konten dari level pemula hingga mahir. Tujuannya tetap sama: membagikan ilmu, bukan sekadar mengumpulkan kekayaan pribadi.

Merambah Bisnis dan Dunia Hiburan

Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman, Timothy tak berhenti di satu bidang. Ia melebarkan sayap ke berbagai lini bisnis lainnya.

Ia menjadi co-owner dari klub basket Bumi Borneo di liga IBL, menjadikannya pemilik klub termuda di liga nasional. Selain itu, ia juga tercatat sebagai pemegang saham di Holywings Group, salah satu grup hiburan terbesar yang membawahi beach club dan night club ternama.

Di sisi lain, hobi otomotifnya membawanya mengoleksi mobil-mobil mewah seperti McLaren dan Porsche. Tapi semua itu tidak membuatnya lupa diri.

Filantropi: Dari Mimpi Pribadi ke Misi Sosial

Kesuksesan finansial bukan akhir dari cerita Timothy. Justru di sinilah babak baru dimulai. Ia mulai mempertanyakan peran dan kontribusinya untuk negeri.

Maka lahirlah misi sosialnya: membangun 1.000 sekolah di daerah tertinggal. Hingga kini, sudah lima sekolah berdiri di lokasi-lokasi terpencil seperti Lombok, Sumba, Kupang, dan Blitar. Ia percaya bahwa akses pendidikan adalah kunci untuk memutus rantai kemiskinan dan membuka masa depan.

Filosofi Hidup dan Kunci Sukses

Dari luar, kesuksesan Timothy mungkin tampak cepat. Namun di balik itu semua, ada filosofi hidup yang ia pegang teguh:

  1. Mindset belajar seumur hidup. Ia terinspirasi dari Warren Buffett, gemar membaca dan tidak buru-buru dalam mengambil keputusan keuangan.
  2. Diversifikasi penghasilan. Timothy tidak hanya mengandalkan satu sumber income. Ia membangun agensi, membuat konten, berinvestasi, hingga membangun platform edukasi.
  3. Hidup hemat dan bebas utang. Prinsip “punya dana 10× baru beli” membuatnya jauh dari gaya hidup impulsif.
  4. Berbagi ilmu. Ternak Uang dan Akademi Crypto bukan sekadar bisnis, tapi alat untuk membangun literasi keuangan bangsa.
  5. Memberi kembali. Melalui pembangunan sekolah dan aktivitas sosial lainnya, ia membuktikan bahwa kekayaan sejati adalah yang bisa dibagikan.

Refleksi Akhir: Lebih dari Sekadar Triliuner

Kisah Timothy Ronald bukan sekadar cerita anak muda yang sukses besar di usia muda. Ini adalah narasi tentang kemandirian, visi, edukasi, dan keberanian melangkah di saat banyak orang ragu.

Ia memulai dari titik nol, membangun dari bawah, dan kini memberi dari atas. Melalui bisnis, investasi, edukasi, dan filantropi, Timothy bukan hanya mengubah hidupnya—tapi juga membantu mengubah hidup banyak orang di sekitarnya.

Dari jualan pomade hingga menjadi pemimpin muda di industri keuangan dan digital, Timothy Ronald adalah simbol nyata bahwa mimpi besar bisa jadi kenyataan—asal berani melangkah, terus belajar, dan tak lupa kembali memberi.