Ilustasi wanita belanja online di e-commerce.
Tren Ekbis

Perang Iran Vs Israel Buat Gen Z Pikir Ulang Beli di Online, Keberatan Ongkir?

  • Jika tren harga minyak bertahan tinggi, sektor kurir kemungkinan akan melakukan penyesuaian ongkos kirim. Ini akan berdampak langsung ke konsumen akhir.

Tren Ekbis

Debrinata Rizky

JAKARTA -  Ketegangan geopolitik di Timur Tengah antara Iran dan Israel bukan hanya soal rudal dan drone. Anak muda Indonesia pun bisa terkena imbasnya.

Ketegangan geopolitik di Timur Tengah mulai berdampak ke dompet konsumen Indonesia, terutama dari sisi biaya logistik. Lonjakan harga minyak mentah global akibat konflik tersebut berpotensi mendorong biaya operasional sektor transportasi dan distribusi, termasuk layanan kurir dan e-commerce.

Kenaikan harga minyak dunia akibat konflik ini berpotensi menaikkan harga BBM, ongkir e-commerce, hingga tarif ojek online. Dalam jangka panjang, subsidi energi makin tertekan dan biaya hidup ikut melonjak.

“Jika tren harga minyak bertahan tinggi, sektor kurir kemungkinan akan melakukan penyesuaian ongkos kirim. Ini akan berdampak langsung ke konsumen akhir,” kata pengamat logistik dari Supply Chain Indonesia, Setijadi, kepada TrenAsia, pada Senin, 16 Juni 2025.

Harga BBM Naik

Meski Pertalite dan Solar disubsidi, harga minyak dunia tetap jadi acuan. Kalau harga minyak global naik drastis, pemerintah bisa tekan rem subsidi kemungkinan harga Pertalite bisa naik.

Saat ini harga Pertalite dibanderol senilai Rp10.000 per liter dan solar subsidi Rp6.500 per liter. Sementara untuk BBM non-subsidi seperti Pertamax, Dexlite, Shell V-Power biasanya langsung naik tiap awal bulan.

Harga keekonomian Pertalite, yaitu harga seharusnya tanpa subsidi, adalah Rp11.700 per liter. Namun, harga jual eceran yang dibayar oleh masyarakat adalah Rp10.000 per liter, sehingga selisihnya sebesar Rp1.700 per liter ditanggung oleh APBN sebagai subsidi.

Biaya E-commerce & Ongkir Ikut Terkerek

Transportasi logistik pasti memerlukan BBM untuk sampai ke tangan pengguna, maka dari itu jika BBM naik otomatis biaya logistiknya akan juga ikut naik. 

Biaya pengiriman melalui jasa kurir seperti J&T dan SiCepat diperkirakan akan meningkat seiring penyesuaian tarif oleh perusahaan-perusahaan logistik.

Ongkos kirim ke alamat rumah diprediksi akan menjadi beban yang lebih besar bagi konsumen. Platform e-commerce kemungkinan akan menaikkan harga jual barang, terutama produk impor.

Kenaikan ongkir akan terasa signifikan bagi masyarakat, terutama pengguna aktif e-commerce yang terbiasa dengan layanan antar langsung ke rumah. Apalagi, banyak barang di marketplace berasal dari luar negeri atau dikirim antarwilayah yang jauh, sehingga semakin rentan terdampak biaya logistik.

Kondisi ini juga membuka ruang bagi platform e-commerce untuk menaikkan harga barang. Penyesuaian tersebut bisa diberlakukan secara bertahap untuk menekan margin kerugian akibat meningkatnya biaya distribusi.

Jika situasi ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin ongkir murah dan promo gratis ongkir yang selama ini jadi daya tarik e-commerce akan berkurang drastis. Konsumen pun harus bersiap merogoh kocek lebih dalam untuk belanja online.

Sekadar informasi, potongan biaya promo gratis ongkir merujuk pada pengurangan atau penghapusan biaya pengiriman yang ditawarkan oleh penjual atau platform e-commerce kepada pembeli sebagai insentif untuk melakukan pembelian. Hal ini seringkali merupakan bagian dari strategi promosi untuk menarik minat pembeli dan meningkatkan penjualan. 

Gen Z Takut BBM Naik daripada Gratis Ongkir Hilang

Attala (24) mengaku mengikuti perkembangan konflik yang terjadi antar dua negara tersebut. Menurutnya saat ini dia belum merasa khawatir karena dampak tidak terasa secara langsung.

Namun hal yang menjadi perhatiannya adalah kebutuhan transportasi seperti  BBM atau bensin naik karena  terganggunya logistik global. Membuatnya was was, ia mengatakan hari pengatur ulang keuangannya jika ada perubahan harga di BBM.

"BBM bahan pokok kami yang bekerja, kalau naik karena harga minyak dan logistik global terganggu ini PR buat kami kaum dengan gaji pas-pasan," katanya kepada TrenAsia.

Attala bercerita dirinya jarang berbelanja di toko online sehingga tak ada masalah jika promo gratis ongkir menghilang. Namun yang akan menjadi beban adalah jika harga BBM ikut melejit membuat dompetnya kering.

Cerita lain datang dari Roy (25). Dia mengatakan kenaikan harga bahan bakar bisa menimbulkan efek domino ke berbagai aspek kehidupan mulai dari tarif ojol, harga makanan, hingga biaya nongkrong.

“Kalau BBM naik, bukan cuma ongkir yang kena. Semua jadi mahal. Ojol jadi mikir dua kali, ngopi bisa jadi Rp50 ribu,” ujar pekerja kreatif di Jakarta itu.

Sebagai Gen Z, dia mengaku sangat bergantung pada layanan online mulai dari hal kecil seperti beli skincare, jajan via aplikasi, sampai kirim kado ke teman. Sehingga kenaikan logistik yang berpengaruh ke ongkir bisa cukup mengubah pola konsumsinya.

Apalagi hal ini jika terjadi pada kebutuhan transportasi pokoknya kenaikan BBM atau bahkan kenaikan tarif ojek online. Roy mengaku harus mengencangkan ikat pinggangnya agar tidak boncos pengeluaran hanya di transportasi.

Dia menilai akan muncul potensi pergeseran gaya hidup ke arah yang lebih selektif dan perhitungan. “Dulu kalau liat diskon langsung checkout. Sekarang kalau ongkir mahal, harus mikir dua kali. Bisa jadi milih ke toko terdekat aja,” katanya.