<p>Daging kerbau/kapita</p>
Industri

Pemerintah Buka Keran Impor 100.000 Ton Daging Kerbau

  • Jakarta – Pemerintah membuka keran impor 100.000 ton daging kerbau yang ditugaskan kepada Perum Bulog. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan impor ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan konsumsi daging dalam negeri. Kebijakan membuka keran impor daging kerbau ini diputuskan dalam rapat koordinasi pangan di  Kantor Kemenko Perekonomian pada Jumat ini, antara lain bersama Kementerian […]

Industri

Amirudin Zuhri

Jakarta – Pemerintah membuka keran impor 100.000 ton daging kerbau yang ditugaskan kepada Perum Bulog.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan impor ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan konsumsi daging dalam negeri.

Kebijakan membuka keran impor daging kerbau ini diputuskan dalam rapat koordinasi pangan di  Kantor Kemenko Perekonomian pada Jumat ini, antara lain bersama Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian dan Perum Bulog.

“Terkait daging kerbau. Daging kerbau baru 100.000 ton ke Bulog,” kata Menko Airlangga Hartarto di Kantor Kemenko Perekonomian Jakarta, Jumat.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pengembangan Bisnis dan Industri Bulog Bachtiar mengatakan penugasan dengan kuota 100.000 ton daging kerbau ini diberikan untuk importasi dalam kurun waktu 1 tahun.

Sementara itu, impor yang akan dilakukan dalam waktu dekat, yakni sebesar 25.000 ton daging kerbau dari India guna memenuhi kebutuhan konsumsi pada Ramadhan dan Idul Fitri 1441 Hijriah yang jatuh April-Mei 2020.

“Rencana kami akan mendatangkan daging kerbau. Untuk periode ini sekitar 25.000 ton untuk menghadapi Lebaran, sekitar April sudah masuk,” kata Bachtiar.

Adapun saat ini stok daging kerbau yang disimpan di Bulog hanya 1.000 ton, tidak termasuk yang berada di distributor. Saat ini Bulog pun masih menunggu Surat Persetujuan Impor (SIP) dari Kementerian Perdagangan.

Jika SIP sudah diterbitkan oleh Kemendag dalam waktu dekat, Bulog pun memastikan proses impor daging kerbau dari India ini dapat dilakukan dengan cepat. “Izinnya sebentar lagi keluar. Itu kan cepat kalau sudah ada jejaringnya,” tambah Bachtiar.

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2019 yang dilaksanakan BPS, konsumsi daging sapi/kerbau nasional adalah sebesar 2,66 kg/kapita/tahun. Kebutuhan daging sapi/kerbau sampai bulan Mei 2020 diperkirakan sebesar 302.300 ton.

Ketersediaan daging sapi/kerbau sampai Mei 2020 berdasarkan produksi dalam negeri sebesar 165.478 ton.

Dengan demikian, masih diperlukan tambahan sebanyak 136.822 ton yang akan dipenuhi melalui impor daging sapi/kerbau sebesar 103.043 ton dan sapi bakalan 252.810 ekor atau setara 56.659 ton daging.

TAGS:

impor daging

daging kerbau

daging india

Jatim butuh 30 ribu ekor sapi lag

Pemerintah Genjot Ekspor Produk UKM

Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah berupaya menggenjot potensi ekspor produk-produk Usaha Kecil Menengah (UKM) ke berbagai negara hingga dua kali lipat kontribusinya terhadap ekspor nasional pada 2024.

“Saya diminta oleh Pak Presiden Joko Widodo untuk menaikkan ekspor UKM dua kali lipat dari sekarang. Pada 2024 itu kira-kira 30 persen, di mana saat ini baru 14,5 persen,” kata Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki Jumat 6 Maret 2020.

Teten memaparkan, kontribusi ekspor produk UKM di Indonesia memang masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan negara lain, di antaranya Jepang yang kontribusinya mencapai 55 persen, Korea Selatan 60 persen, China 70 persen, dan Thailand 35 persen.

Teten optimistis bahwa UKM nasional mampu melahirkan produk-produk dengan standarisasi global, sehingga mampu diterima pasar internasional.“Potensinya besar, ya sekarang diurus saja,” ungkap Teten kepada Antara.

Namun, ia menambahkan bahwa untuk mengantisipasi lesunya pasar ekspor akibat mewabahnya virus Covid-19, Teten mendorong UKM untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

“Semua yang ekspor sekarang kan terganggu, jadi bagaimana UKM menguasai pasar domestik. Dengan perlambatan ekonomi dunia karena Corona, justru menjadi momentum UKM untuk mensubtitusi produk impor,” tukas Teten.