business-concept-with-graphic-holography.jpg
Tren Leisure

Peluang Investasi di Pasar AS, dari Emas Digital hingga Surat Utang

  • Sebagai contoh, saat artikel ini ditulis, SGOV menawarkan yield 4.79% per tahun, dengan biaya pengelolaan (expense ratio) hanya 0.09% per tahun. Dengan strategi ini, investor bisa memperoleh bunga secara proporsional sesuai waktu kepemilikan, bahkan jika hanya memegang unit ETF tersebut selama satu bulan.

Tren Leisure

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Teguh Hidayat, pengamat pasar modal, mengungkapkan bahwa membuka akun di broker internasional untuk berinvestasi di saham Amerika Serikat (AS) kini membuka peluang lebih luas bagi investor ritel Indonesia. Tak hanya saham, investor juga bisa mengakses berbagai asset class lain seperti emas dan surat utang negara AS.

"Jika Anda membuka rekening di broker internasional untuk berinvestasi di saham Amerika, maka di situ Anda juga bisa berinvestasi di asset class lain yang sangat menarik, seperti ETF emas atau surat utang negara," ungkap Teguh dalam riset terbarunya, dikutip Senin, 19 Mei 2025.

ETF Emas Bisa Jadi Alternatif Menarik dari Emas Fisik

Salah satu instrumen yang disoroti Teguh adalah SPDR Gold Shares ETF atau GLD. Produk ini merupakan ETF (exchange traded fund) yang mengikuti pergerakan harga emas dunia. Menurut Teguh, ETF ini dapat menjadi alternatif investasi emas yang lebih efisien ketimbang membeli emas fisik.

“Kalau Anda ingin berinvestasi di logam mulia namun tidak ingin menghadapi risiko selisih harga beli dan buyback yang bisa mencapai 6–10% di toko perhiasan atau butik emas, maka GLD bisa menjadi opsi yang lebih menguntungkan,” jelasnya.

GLD dapat dibeli dan dijual dengan mudah di pasar sekunder, sehingga investor tak perlu khawatir mengenai likuiditas atau harga jual kembali yang rendah. Selain itu, tak ada biaya penyimpanan seperti yang kerap dibebankan jika membeli emas fisik dalam jumlah besar.

Treasury Biils AS Jadi Pilihan Aman dengan Imbal Hasil Menarik

Selain emas, Teguh juga menyoroti potensi berinvestasi pada US Treasury Bills (T-Bills), yakni surat utang jangka pendek yang diterbitkan oleh pemerintah Amerika Serikat. Produk ini dinilai sangat aman karena dijamin langsung oleh pemerintah federal.

“Warren Buffett bahkan menempatkan sebagian besar kas Berkshire Hathaway ke dalam T-Bills karena imbal hasilnya 4–5% per tahun, dan risikonya nyaris nol,” ujar Teguh.

Bagi investor Indonesia yang memiliki rekening investasi di pasar AS, T-Bills ini juga bisa diakses. Teguh membandingkannya dengan pengalaman menggunakan Rekening Dana Nasabah (RDN) di sekuritas lokal, di mana investor juga bisa membeli obligasi atau SBN. Bedanya, dengan T-Bills, imbal hasil diperoleh dalam bentuk mata uang dolar AS.

Pilihan Praktis lewat ETF Treasury Bond: SGOV

Alih-alih membeli T-Bills langsung, Teguh mengaku lebih menyukai investasi dalam bentuk ETF Treasury Bond. Salah satu yang direkomendasikan adalah iShares 0-3 Month Treasury Bond ETF atau SGOV.

“Saya lebih suka ETF karena dua alasan: pertama, bisa dijual kapan saja tanpa memengaruhi yield. Kedua, harga jualnya di pasar sekunder sangat mendekati harga beli, jadi tidak ada potensi kerugian besar dari penurunan harga,” katanya.

Sebagai contoh, saat artikel ini ditulis, SGOV menawarkan yield 4.79% per tahun, dengan biaya pengelolaan (expense ratio) hanya 0.09% per tahun. Dengan strategi ini, investor bisa memperoleh bunga secara proporsional sesuai waktu kepemilikan, bahkan jika hanya memegang unit ETF tersebut selama satu bulan.

Risiko Investasi Tetap Ada, Tapi Terkelola Baik

Teguh mengingatkan bahwa meskipun ETF seperti SGOV tergolong aman, tetap ada dua risiko utama yang harus diperhatikan. Pertama, risiko penurunan suku bunga The Fed (Fed Rate), yang bisa membuat yield turun.

“Jika Fed Rate turun, misalnya dari 4.5% jadi 4.0%, maka yield SGOV juga akan ikut turun. Tapi itu hanya mengurangi keuntungan, bukan menyebabkan kerugian,” jelasnya.

Risiko kedua adalah fluktuasi nilai tukar. Karena yield dibayarkan dalam dolar, jika nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar, maka nilai imbal hasil bisa turun dalam rupiah. Namun sebaliknya, jika rupiah melemah, maka investor justru bisa menikmati imbal hasil lebih besar dalam rupiah.

Alternatif Lain: Reksadana Pasar Uang AS

Selain T-Bills dan ETF, Teguh juga menyebut bahwa investor bisa mempertimbangkan reksa dana pasar uang berbasis dolar AS yang juga menawarkan yield sekitar 4–5% per tahun. Produk ini bisa menjadi pilihan diversifikasi portofolio dalam mata uang asing tanpa eksposur tinggi terhadap volatilitas pasar saham.

“Nanti saya akan bahas lebih lanjut soal reksadana pasar uang AS ini. Tapi secara umum, peluang investasi di pasar AS saat ini sangat beragam dan menarik untuk dijajaki,” pungkas Teguh.

Dengan semakin mudahnya membuka akun investasi internasional, kini investor Indonesia bisa menikmati berbagai produk investasi global yang sebelumnya hanya tersedia untuk kalangan tertentu. ETF emas seperti GLD, T-Bills dan ETF seperti SGOV memberikan alternatif yang menarik bagi mereka yang mencari diversifikasi, keamanan, dan imbal hasil yang kompetitif dalam mata uang dolar AS.

Dari instrumen logam mulia hingga surat utang negara dengan risiko rendah, pasar Amerika menawarkan ragam peluang investasi yang dapat diakses hanya dengan satu akun broker internasional. Dukungan edukasi dari para pengamat seperti Teguh Hidayat membuat keputusan investasi ini semakin terarah dan penuh pertimbangan.