Pelabuhan yang dikelola oleh BUMN PT Pelabuhan Indonesia I (Persero).
Industri

Pelindo I Gandeng UREC Bangun Smelter Tembaga di Kawasan Industri Kuala Tanjung

  • Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo I melalui anak usahanya, PT Prima Pengembangan Kawasan (PPK) bekerja sama dengan Union Resources & Engineering Co.,Ltd (UREC), akan membangun smelter tembaga di kawasan Industri Kuala Tanjung.

Industri

Aprilia Ciptaning

JAKARTA – Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo I melalui anak usahanya, PT Prima Pengembangan Kawasan (PPK) bekerja sama dengan Union Resources & Engineering Co.,Ltd (UREC), akan membangun smelter tembaga di kawasan Industri Kuala Tanjung.

UREC sendiri merupakan perusahaan integrasi sumber daya internasional, dengan bisnis utama mencakup kontrak rekayasa internasional, impor dan ekspor peralatan. Perusahaan ini menjadi bagian dari Yunnan Province Energy Investment Group Co., Ltd yang berbasis di Cina.

Adapun smelter tembaga ini akan dibangun di area seluas 100 Hektare (Ha) yang terintegrasi dengan pelabuhan.

Direktur Utama Pelindo I Prasetyo mengungkapkan apresiasinya terhadap kolaborasi tersebut.

“Kami berterima kasih kepada UREC yang memilih kawasan Industri Kuala Tanjung untuk membangun smelter,” ungkapnya dalam keterangan tertulis yang dikutip TrenAsia.com, Kamis, 29 April 2021.

Ia mengaku akan menyiapkan sumber daya untuk mendukung pembangunan proyek tersebut. Di samping itu, dengan hadirnya UREC di Kuala Tanjung, Prasetyo berharap ke depan bisa menggerakkan banyak investor yang berinvestasi di kawasan ini.

Lokasi Strategis

Menurutnya, lokasi ini strategis karena terkoneksi dengan jaringan transportasi terpadu berupa jalan tol Trans-Sumatera dan jalur kereta api, serta berada di Pulau Sumatra yang memiliki tiga pelabuhan besar, yakni Pelabuhan Belawan, Dumai, dan Kuala Tanjung.

“Kuala Tanjung berada di posisi yang strategis, yakni di tengah jalur utama Selat Malaka,” tambahnya. 

Keberadaan Kuala Tanjung Port and Industrial Estate (PIE), lanjutnya, berpotensi sebagai simpul penting dalam jaringan logistik dan supply chain global. Kuala Tanjung sendiri diharapkan bisa menjadi pelabuhan masa depan Indonesia.

Sebagai informasi, Kuala Tanjung Industrial Zone (KTIZ) yang dikembangkan di area seluas 3.400 Ha ini memiliki segmen industri, baik port associate industry maupun non-port associate industry.

Potensi tersebut menyasar industri aluminium, palm oil, iron & steel, rubber, petrochemical, produk makanan, dan lainnya.

Kawasan ini juga menyediakan berbagai layanan pendukung seperti bunkering servicelogistic service, dan warehousing, serta dilengkapi dengan penyediaan listrik, jaringan pipa gas, air bersih, pengelolaan limbah, dan jaringan utilitas lainnya.