
Pekerjakan Down Syndrome, Kafe Ini Punya Nilai Lebih dari Sekadar Tempat Nongkrong
- Para barista ini tidak langsung dilepas begitu saja. Sebelum mulai bekerja, mereka menjalani pelatihan intensif di Rumah Ceria Down Syndrome (RCDS), tempat yang memang fokus membekali anak-anak Down syndrome dengan keterampilan hidup, termasuk keterampilan menjadi barista. Setelah lulus pelatihan, mereka ditempatkan di Kopi Kamu dan didampingi oleh mentor profesional.
Tren Inspirasi
JAKARTA - Di tengah gemerlapnya Jakarta Selatan, tepatnya di Jalan Wijaya I No. 62, berdiri sebuah kafe yang mungkin dari luar tampak seperti tempat ngopi kekinian pada umumnya. Tapi, begitu kamu masuk, ada sesuatu yang berbeda. Senyuman tulus dari para barista menyambut hangat. Bukan sekadar ramah, tapi menggetarkan hati. Inilah Kopi Kamu, kafe yang tidak hanya menyajikan kopi nikmat, tapi juga harapan dan ruang untuk inklusi.
Kopi Kamu sebenarnya bukan pemain baru di dunia perkopian. Berdiri sejak tahun 2008 dengan nama Camus Coffee, kafe ini kemudian berganti nama menjadi Kopi Kamu pada 2010. Tapi yang membuat tempat ini benar-benar berbeda bukan sekadar menunya atau desain interiornya, melainkan misi sosial yang diusungnya.
Semua bermula dari pertemuan tak sengaja antara pemilik Kopi Kamu, Rocky J. Pesik, dengan komunitas Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (POTADS) di sebuah bazar di Pondok Indah. Dari sana, lahirlah ide besar: kenapa tidak membuka pintu bagi teman-teman penyandang Down syndrome untuk ikut ambil bagian dalam dunia kerja?
Benar saja, pada Desember 2023, Kopi Kamu mulai membuka lembaran baru dengan mempekerjakan tujuh barista Down syndrome. Bukan sekadar simbolik, mereka benar-benar dilatih dan diberdayakan untuk terlibat langsung dalam operasional kafe.
- Drakor S Line, Ketika Garis Merah Membongkar Semua Aib Tersembunyi
- Apa Itu Gen Z Stare yang Sedang Ramai di Media Sosial?
- FOMO Saham CDIA Berujung Suspen, Kenali Arti Cooling Down Biar Gak Salah Langkah
Mereka Bukan Hanya Barista, Tapi Juga Inspirasi
Para barista ini tidak langsung dilepas begitu saja. Sebelum mulai bekerja, mereka menjalani pelatihan intensif di Rumah Ceria Down Syndrome (RCDS), tempat yang memang fokus membekali anak-anak Down syndrome dengan keterampilan hidup, termasuk keterampilan menjadi barista. Setelah lulus pelatihan, mereka ditempatkan di Kopi Kamu dan didampingi oleh mentor profesional.
Jam kerja mereka pun dirancang fleksibel. Awalnya hanya dua hari seminggu, tapi karena performa yang luar biasa dan respons pelanggan yang positif, kini mereka bekerja tiga kali seminggu: setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu. Ada dua shift kerja: pagi dan siang, masing-masing sekitar 2,5 jam. Ringan, tapi penuh makna.
Baca Juga: Inklusi Dimulai dari Sekolah: Semen Merah Putih Hadirkan Ruang Belajar Ramah Disabilitas
Tugas Mereka? Jangan Anggap Remeh!
Kalau kamu pikir mereka hanya berdiri di belakang meja, kamu salah besar. Mereka benar-benar ikut menjalankan kafe—mulai dari menyapa pelanggan, mencatat pesanan, membuat minuman, menyajikan pesanan, hingga membereskan meja dan mencuci peralatan.
Urusan pembayaran memang masih ditangani staf lain, tapi selebihnya, mereka menangani pekerjaan dengan semangat dan ketelitian. Bahkan, tidak jarang pelanggan datang kembali hanya untuk bertemu barista favorit mereka.
Soal rasa? Jangan diragukan. Di tangan mereka, secangkir Kopi Avocado, Kopi Kamu Keren, atau Koi Cappuccino terasa lebih dari sekadar minuman. Ada kehangatan yang berbeda. Menu lainnya juga menggoda, seperti beef rice ala bulgogi, lengkap dengan telur ceplok dan sayuran segar.
- Baru IPO Langsung ARB, PMUI Disorot Soal Dana Publik untuk Beli Aset Bos Sendiri
- 10 Tips Jadi Food Vlogger Biar Cepat Dapat Endorse Kuliner
- WTB-WTS Saham CDIA di Harga Premium, Benarkah Didorong Imajinasi Kolektif?
Bukan Sekadar Kafe, Tapi Ruang Tumbuh
Dampaknya bukan hanya terasa di dalam kafe. Sejak mempekerjakan barista Down syndrome, omzet Kopi Kamu melonjak hingga hampir tiga kali lipat.
Pelanggan pun merespons dengan luar biasa. Banyak yang datang bukan cuma karena kopi enak, tapi karena ingin merasakan suasana yang berbeda. Ada yang mengaku jadi lebih paham soal Down syndrome. Ada yang terinspirasi untuk membuka usaha inklusif serupa. Bahkan ada orang tua anak berkebutuhan khusus yang datang jauh-jauh dari luar kota, hanya untuk melihat bahwa harapan itu nyata.