
Panduan Investor Muda: Peluang di Balik Saham ICBP dan SIDO Saat Ekonomi Global Galau
- Ekonomi global tengah diliputi ketidakpastian seiring pelemahan dolar AS. Di sisi lain, saham defensif seperti ICBP dan SIDO justru mendapat angin segar dari stabilitas Rupiah.
Tren Pasar
JAKARTA – Dunia sedang dilanda kebingungan ekonomi alias galau. Ini dipicu sengketa dagang antara Amerika Serikat dan para mitranya memicu gejolak pasar. Salah satu indikatornya adalah nilai tukar dolar AS terus melemah akibat kekhawatiran fiskal dan ketidakpastian kebijakan di negara tersebut.
Kondisi ini berdampak langsung pada pasar saham di Indonesia, menimbulkan keraguan di kalangan investor, khususnya para pemula. Padahal, berdasarkan data terbaru Bursa Efek Indonesia (BEI), investor muda merupakan kelompok mayoritas yang mencakup 54,8% dari total investor yang mencapai sekitar 14 juta.
Namun, di tengah ketidakpastian global, kondisi domestik Indonesia justru memberikan sinyal positif yang membuka peluang investasi cerdas pada saham-saham defensif. Dua nama saham yang bisa dipertimbangkan oleh investor muda adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO).
- Kenapa Co-Payment Diterapkan? Ini Alasan Sistem Baru Asuransi di Indonesia
- Prakiraan Cuaca Besok dan Hari Ini 12 Juni 2025 untuk Wilayah DKI Jakarta
- Akselerasi Prestasi Golf Indonesia, Mandiri Indonesia Open 2025 Siap Digelar
Senior Economist, Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, dalam laporannya mengatakan saham berkodekan ICBP dan SIDO layak dipertimbangkan, karena kedua sektor tersebut bergerak di bidang konsumer dan farmasi. Pasalnya, kedua sektor ini cukup defensif terhadap gejolak dan diuntungkan oleh kondisi makroekonomi domestik yang stabil.
Rully menerangkan bahwa peluang utama bagi kedua emiten ini bersumber dari stabilitas Rupiah dalam beberapa waktu terakhir. TrenAsia mencatat, nilai tukar Rupiah dalam satu bulan terakhir telah menguat 2,65% dari titik tertingginya di level Rp16.698,00 per Dolar AS.
Selain itu, lanjut Rully, cadangan devisa (cadev) Indonesia pada akhir Mei 2025, stabil di angka US$152 miliar, hampir tidak mengalami perubahan ibandingkan bulan April. “Stabilitas ini menjadi penanda positif setelah sebelumnya cadev sempat turun US$4,6 miliar akibat tingginya volatilitas global,” jelasnya dalam laporen riset Macro Update pada Rabu, 11 Juni 2025.
Stabilitas ini juga didukung oleh tren pelemahan dolar AS, di mana indeks DXY konsisten berada di bawah level 100. Dengan demikian, Bank Indonesia kemungkinan akan lebih sedikit melalukan intervensi dalam mendukung Rupiah.
Mengapa ICBP Menjadi Pilihan Utama?
Berbekal nilai tukar Rupiah yang stabil, sektor-sektor yang bergantung pada impor justru mendapat angin segar. Pasalnya, biaya bahan baku jadi lebih rendah dan margin keuntungan yang lebih terjaga membuat perusahaan seperti ICBP semakin menarik di mata investor.
Oleh karena itu, ICBP direkomendasikan Mirae Asset sebagai pilihan utama (top pick) di sektor barang konsumsi. Sebagai produsen makanan olahan yang membutuhkan bahan baku impor, fundamental ICBP menjadi lebih kokoh di tengah kondisi saat ini.
Berdasarkan kinerja kuartal I-2025, emiten bersandikan ICBP mencatatkan kinerja yang positif pada kuartal I-2025. Hal ini tercermin dari penjualan neto konsolidasi tercatat sebesar Rp20,19 triliun, yang meningkat tipis dari Rp19,92 triliun pada kuartal I-2024.
- Membandingkan Keuntungan Pariwisata Vs Tambang di Raja Ampat
- Di Balik Ekskavator: Jejak Tenaga Lokal dan Reklamasi di Pulau Gag Raja Ampat
- Paradoks Nikel: PDB Melonjak, Kemiskinan di Daerah Tambang Menganga
Alhasil, laba bersih perusahaan milik taipan Anthony Salim mengalami kenaikan sebesar 12,95% menjadi Rp2,66 triliun pada kuartal I-2025. Dengan demikian, laba bersih perusahaan pada tahun ini berpotensi mengalami pertumbungan yang makroekonimi di atas.
Dari lantai bursa, saham ICBP bertengger di level Rp10.700 per saham pada penutupan perdagangan Rabu, 11 Juni 2025. Valuasi perusahaan tercatat memiliki rasio harga terhadap laba (P/E ratio) sebesar 16,91 kali dan total kapitalisasi pasar senilai Rp124,78 triliun.
Potensi dari Dua Sisi SIDO
Selain ICBP, sektor farmasi juga dinilai akan menikmati keuntungan dari kondisi saat ini, dengan SIDO menjadi nama yang direkomendasikan (preferred name) oleh Mirae Asset. Keunggulan SIDO datang dari dua sisi yakni biaya impor lebih rendah dan permintaan produk meningkat.
Rully penguatan Rupiah dapat menekan biaya bahan baku impor oleh SIDO. “Faktor musiman, seperti periode peningkatan curah hujan yang terjadi baru-baru ini, secara historis mendorong permintaan yang lebih tinggi untuk produk-produk kesehatan Sido Muncul,” jelas laporan tersebut.
Hal tersebut sejalan dengan, manajemen SIDO yang membidik pertumbuhan kinerja sebesar 10% untuk tahun 2025. Target ini dicanangkan meskipun kinerja kuartal I-2025 menunjukkan penurunan, di mana pendapatan tercatat sebesar Rp789 miliar (turun 25% dari Rp1,05 triliun) dan laba bersih tercatat Rp233 miliar (turun 40,3% secara tahunan)
Dari lantai bursa, saham SIDO pada penutupana perdagangan kemarin stagnan di level Rp515 per saham. Sementara itu, valuasi saham ini berada di P/E rasio 15,24 kali dengan kapitalisasi pasar di angka Rp15,45 triliun.