
OJK Tanggapi Temuan Forensik Audit eFishery: Inflated Revenue dan Praktik LoU
- Investigasi lebih lanjut menunjukkan bahwa eFishery menandatangani Letter of Undertaking (LoU) dengan para mitra P2P. Dokumen ini menjamin bahwa eFishery akan menanggung sebagian atau seluruh kewajiban apabila terjadi gagal bayar oleh petani yang menjadi peminjam di platform mitra P2P Kabayan.
Tren Leisure
JAKARTA - Laporan audit forensik terhadap eFishery mengungkap adanya praktik inflasi pendapatan (inflated revenue) hingga lima kali lipat. Hal ini dilakukan untuk menutupi biaya overhead karyawan serta menalangi pembiayaan dari mitra fintech peer-to-peer (P2P) lending dalam produk Kabayan.
Investigasi lebih lanjut menunjukkan bahwa eFishery menandatangani Letter of Undertaking (LoU) dengan para mitra P2P. Dokumen ini menjamin bahwa eFishery akan menanggung sebagian atau seluruh kewajiban apabila terjadi gagal bayar oleh petani yang menjadi peminjam di platform mitra P2P Kabayan.
Menanggapi temuan tersebut, Agusman, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, LKM, dan LJK Lainnya (PVML) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menyatakan bahwa eFishery bukan merupakan lembaga jasa keuangan yang memiliki izin dan berada di bawah pengawasan OJK.
“Saat ini, penyelenggara P2P lending yang bekerja sama dengan eFishery telah menghentikan fasilitas penyaluran pendanaan serta melakukan langkah-langkah evaluasi untuk penyelesaian pendanaan yang telah diberikan,” ujar Agusman melalui jawaban tertulis, dikutip Senin, 10 Maret 2025.
Langkah Penyelesaian Bersama Mitra P2P
OJK telah memfasilitasi pertemuan antara eFishery dan beberapa penyelenggara P2P yang bekerja sama dengan perusahaan tersebut. Dalam pertemuan ini, eFishery menyampaikan komitmennya untuk membantu penyelesaian pendanaan yang masih outstanding sesuai dengan perjanjian kerja sama yang telah disepakati dengan mitra P2P.
Agusman menambahkan bahwa dalam dunia keuangan, penggunaan jaminan pribadi (personal guarantee) maupun jaminan perusahaan (corporate guarantee) adalah hal yang umum untuk mitigasi risiko dalam penyaluran kredit. Konsep ini serupa dengan praktik LoU yang dilakukan eFishery dengan mitra P2P-nya.
Dampak eFishery bagi Petani Ikan
Sejak berdiri, eFishery telah menjadi bagian integral dari ekosistem akuakultur di Indonesia. Dengan teknologi eFisheryFeeder, banyak petani ikan dapat mengoptimalkan pemberian pakan dan menekan biaya operasional.
Mujahid, Ketua Kelompok Petani Ikan di Tasikmalaya, Jawa Barat, mengungkapkan bahwa teknologi ini telah membantu meningkatkan efisiensi budidaya.
"Sebelum pakai eFisheryFeeder, kami sering boros pakan sehingga sulit bersaing. Sekarang, kami bisa hemat dan hasil panen jadi lebih baik," ungkapnya melalui keterangan tertulis, dikutip Selasa, 4 Maret 2025. Selain itu, program pendanaan seperti KABAYAN (Kasih Bayar Nanti) juga memberikan akses pembiayaan bagi para pembudidaya ikan yang sebelumnya kesulitan mendapatkan modal.
Namun, dengan terhentinya operasional eFishery, nasib ribuan petani ikan kini berada dalam ketidakpastian. Mereka berharap ada solusi agar program yang telah membantu mereka tetap bisa berjalan.
Teknologi Tidak Secanggih yang DIklaim Perusahaan
Laporan FTI Consulting mengungkapkan bahwa aplikasi utama eFishery tidak terhubung dengan sistem akuntansi, dan banyak transaksi masih dilakukan secara manual.
Investigasi juga menemukan bahwa teknologi masih dalam tahap awal, dengan hanya 6.300 eFeeder yang digunakan (5.300 disewa dan 1.000 dibeli), jauh di bawah klaim 400 ribu unit kepada investor. Selain itu, tidak ada perangkat penginderaan di kolam untuk menyampaikan data penting.
Dari total investasi US$314 juta yang diperoleh eFishery dari lima kali penggalangan dana, hanya US$8,5 juta (2,7%) yang disalurkan untuk pengembangan teknologi.
Draf laporan menyebutkan bahwa tambahan US$8 juta masih diperlukan untuk mencapai integrasi teknologi penuh. Data yang dikumpulkan oleh eFishery juga terbatas, menyebabkan prediksi pakan ikan memiliki tingkat kesalahan hampir 50%.
Dugaan Manipulasi Laporan Keuangan dan Skandal Manajemen
Permasalahan serius mulai terungkap ketika laporan audit menunjukkan adanya ketidaksesuaian dalam laporan keuangan eFishery.
Investigasi yang dilakukan oleh FTI Consulting mengungkap bahwa perusahaan sebelumnya mengklaim pendapatan sebesar US$752 juta dengan keuntungan US$16 juta dari Januari hingga September 2024.
Namun, kenyataannya, eFishery justru mengalami kerugian sebesar US$35,4 juta dengan pendapatan hanya sekitar US$157 juta.
Tak hanya itu, jumlah eFeeder yang diklaim beroperasi sebanyak 400.000 unit ternyata hanya sekitar 6.300 unit, dan dari jumlah tersebut, hanya 600 unit yang benar-benar mengirimkan data operasional. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai transparansi bisnis eFishery selama ini.