
Mobil China Bakar Harga Gila-gilaan di Indonesia
- Saat MG meluncurkan mobil listrik MG4 EV di Indonesia, harganya masih normal di kisaran Rp 640 jutaan. Itu masih masuk akal karena statusnya CBU alias impor utuh dari Thailand. Tapi tak lama setelah itu, MG membuat keputusan mengejutkan: mereka mulai merakit mobil ini secara lokal.
Tren Ekbis
JAKARTA - Bayangkan ini: kamu lagi cari mobil baru. Kamu sudah punya tabungan, rajin riset sana-sini, dan akhirnya jatuh hati pada satu model. Tapi beberapa bulan kemudian, mobil yang kamu incar tiba-tiba dijual ratusan juta lebih murah! Rasanya… campur aduk. Antara bahagia buat yang belum beli, dan kecewa berat buat yang sudah.
Fenomena ini bukan fiksi. Ini nyata dan sedang terjadi di Indonesia. Pelakunya? Produsen mobil asal China yang tampaknya melihat bahwa strategi bakar harga merupakan langkah yang tepat untuk memperbesar volume penjualan di Indonesia.
Sejak 2023 hingga pertengahan 2024, mereka menggebrak industri otomotif Indonesia dengan strategi yang tak pernah dibayangkan sebelumnya: memangkas harga kendaraan secara drastis, hanya dalam hitungan bulan setelah diluncurkan. Bahkan, ada yang sampai diskon hampir Rp250 juta!
- Dua Konglomerat Penadah Terbesar Dividen Saratoga
- BRI Pastikan Operasional Tetap Lancar Meski Ada Pengusutan Kasus oleh KPK
- Anak Muda Mulai Lirik Sepeda, Tapi Belum Jadi Moda Utama
MG Memulai Kekacauan: MG4 EV Turun Hampir Rp250 Juta
Kisah ini dimulai dari Morris Garage (MG), merek otomotif asal Inggris yang kini berada di bawah naungan raksasa otomotif China, SAIC Motor.
Saat MG meluncurkan mobil listrik MG4 EV di Indonesia, harganya masih normal di kisaran Rp640 jutaan. Itu masih masuk akal karena statusnya CBU alias impor utuh dari Thailand. Tapi tak lama setelah itu, MG membuat keputusan mengejutkan: mereka mulai merakit mobil ini secara lokal.
Dan efeknya langsung terasa. Harga MG4 EV anjlok ke Rp433 jutaan, lalu Rp423 jutaan, dan terakhir menyentuh Rp395 jutaan. Artinya, hanya dalam beberapa bulan, harga mobil ini terkoreksi hampir Rp250 juta!
“Kami ingin membuat kendaraan listrik lebih terjangkau bagi masyarakat Indonesia, tanpa kompromi pada kualitas,” ungkap perwakilan MG dalam salah satu konferensi pers.
Apakah ini hanya gimmick? Tidak juga. MG punya alasan kuat: komponen lokal makin tinggi, biaya produksi lebih efisien, dan mereka memanfaatkan insentif pemerintah seperti PPN 1% untuk BEV lokal serta bebas BBN-KB (Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor).
Baca Juga: Trump vs Energi Hijau: Pasar Mobil Listrik Terpecah, Nasib Ekspor RI di Ujung Tanduk
BAIC Tak Mau Kalah: BJ40 Plus Turun Rp100 Juta!
Melihat langkah MG, BAIC (Beijing Automotive Industry Holding) juga ikut bermain. SUV tangguh mereka, BJ40 Plus, awalnya dilepas ke pasar dengan banderol Rp790 juta. Tapi begitu perakitan lokal dimulai, harganya langsung disesuaikan menjadi Rp690 juta.
Pemangkasan harga Rp100 juta ini dijelaskan oleh pihak JIO Distribusi Indonesia, APM resmi BAIC di Tanah Air. Mereka menyebut bahwa setelah dirakit lokal, kendaraan bisa dikategorikan berbeda secara pajak. Artinya, struktur pajak jadi lebih ringan, dan harga bisa dikoreksi ke bawah.
Chery Datang dengan Strategi Rebranding + Koreksi Harga
Tak mau tertinggal, Chery—yang belakangan cukup agresif menggarap pasar Indonesia—ikut mengubah strategi. Mereka memutuskan rebranding dua model populernya: Omoda 5 dan Omoda E5 menjadi Chery C5 dan E5.
Tapi bukan cuma nama yang berubah. Harganya juga ikut “disulap”!
- Chery C5: dari Rp346 jutaan → jadi Rp319 jutaan (selisih Rp27 juta)
- Chery E5: dari Rp488 jutaan → jadi Rp383 jutaan (selisih Rp105 juta)
Alasannya? Penyesuaian merek dan strategi menyasar pasar baru. Dengan nama baru dan harga yang lebih bersaing, Chery berharap bisa memperkuat pijakan di segmen SUV dan EV yang makin ramai.
- Kapan Waktu yang Tepat untuk Resign Kalau Kamu Punya Bisnis Sampingan? Simak di Sini
- 5 Orang Terkaya Dunia yang Punya Bunker, Antisipasi Perang hingga 'Kiamat'
- 14 Film Indonesia Tayang di Bioskop Juli 2025, Ada Agen +62
Potensi Pasar Indonesia
Pasar mobil Indonesia sangat potensial. Berdasarkan data GAIKINDO 2024, total penjualan mobil mencapai 865.723 unit, meski sedikit turun dari 2023. Tapi penjualan mobil listrik (BEV) justru naik drastis menjadi lebih dari 43.000 unit, tumbuh 151% dibanding tahun lalu.
Pemerintah Indonesia juga mendorong percepatan adopsi mobil listrik. Lewat insentif fiskal seperti PPN diturunkan menjadi 1%, bebas BBN-KB, hingga diskon pajak pertambahan nilai atas kendaraan ramah lingkungan, produsen jadi punya lebih banyak ruang untuk menyesuaikan harga.