
Milenial Dominasi Pasar Hunian Pertama, Gen Z Masih Malu-malu
- Generasi milenial masih menjadi penggerak utama sektor properti Indonesia. Sementara generasi Z, yang kini memasuki usia produktif, belum sepenuhnya masuk ke pasar properti karena berbagai faktor.
Tren Ekbis
JAKARTA – Generasi milenial masih menjadi penggerak utama sektor properti Indonesia. Sementara generasi Z, yang kini memasuki usia produktif, belum sepenuhnya masuk ke pasar properti karena berbagai faktor.
CEO dan Founder Pinhome Dayu Dara Permata, mengatakan faktor yang mempengaruhi gen Z belum memasuki pasar properti yaitu mulai dari keterbatasan dana hingga preferensi gaya hidup yang menuntut fleksibilitas.
Menurutnya, saat ini mayoritas pembeli rumah pertama masih berasal dari segmen usia 27–40 tahun. Keputusan membeli rumah didorong oleh berbagai tonggak kehidupan seperti pernikahan hingga memiliki anak.
- Dari Laut ke Listrik Hijau: 4 Pulau untuk Aceh, 1 Mimpi untuk Generasi Baru
- BI Tahan Suku Bunga, Reksa Dana Pendapatan Unjuk Stabilitas
- Investasi Properti Gagal? China Sudah, RI Bisa Menyusul Kalau Lengah
“Lebih dari 50% milenial sudah melewati milestone penting. Banyak yang membeli properti setelah punya anak pertama atau bahkan anak kedua,” ujarnya dalam talkshow “Tren dan Strategi Properti Kelas Menengah Atas: Relevansi di Masa Ketidakpastian” yang digelar Rabu, 18 Juni 2025,
Berbeda dari generasi sebelumnya yang menjadikan rumah sebagai simbol status sosial, Dara mengungkapkan generasi milenial melihat properti sebagai alat pengelolaan kekayaan (wealth creation).
Skema pembelian seperti KPR dianggap sebagai investasi jangka panjang dibanding biaya sewa yang tidak menambah nilai aset.
Gen Z Masih Menabung DP
Dara menambahkan generasi Z yang kini berusia sekitar 25–27 tahun disebut belum aktif menjadi pembeli rumah. Namun bukan berarti mereka tidak tertarik. “Mereka tidak anti-properti, tapi lebih selektif dan sangat menghitung faktor fleksibilitas."
Properti dengan lokasi strategis, akses ke transportasi publik seperti MRT dan LRT, serta potensi mudah dijual kembali menjadi kriteria utama. Mereka juga sensitif terhadap stabilitas penghasilan. Sebagian besar Gen Z bekerja di sektor informal, kreatif, atau wirausaha dengan pemasukan yang fluktuatif.
Meski masih terbatas saat ini, Gen Z diproyeksikan mulai masuk secara signifikan ke pasar properti dalam tiga tahun ke depan. Saat daya beli membaik dan akumulasi uang muka mencukupi, kelompok ini berpotensi menciptakan pasar baru, khususnya di segmen rumah kompak, apartemen, dan kawasan TOD.
Dengan struktur pasar seperti ini, sektor properti Indonesia ke depan akan semakin beragam, mengikuti dinamika generasi dan pola konsumsi lintas usia.
Head of Business Development APEX Real Estate Melia Silmina, menyebut wilayah berbasis Transit Oriented Development (TOD) menjadi incaran utama Gen Z karena menghindarkan mereka dari beban kemacetan dan biaya komuter yang tinggi. Selain itu, kemudahan skema KPR subsidi dan program DP ringan dari pengembang menjadi daya tarik tersendiri.
“Beberapa developer bahkan menawarkan cicilan DP. Ini solusi buat Gen Z yang baru mulai menabung untuk rumah pertama mereka,” ungkap perempuan yang juga pengamat industri properti itu.