
Mesin Emas MDKA Bekerja, Proyek Raksasa Tambang Pani Bisa Jadi Kunci Cuan
- Pendapatan MDKA turun karena tekanan nikel, tapi segmen emasnya justru mengaum. Pahami prospek proyek raksasa Pani yang jadi kunci pertumbuhan.
Tren Pasar
JAKARTA, TRENASIA.ID – PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) merilis laporan kegiatan kuartalan per Juni 2025 yang menunjukkan sebuah cerita dua sisi. Di satu sisi, segmen nikel dan tembaga mengalami tekanan, menyebabkan pendapatan perusahaan secara total turun 21% menjadi US$862 juta dari periode yang sama tahun lalu.
Namun di sisi lain, segmen emas justru tampil sebagai penyelamat dengan kinerja yang sangat profitabel. Hal ini, ditambah dengan progres masif dari proyek tambang emas raksasa Pani, menjadi alasan mengapa pasar tetap optimistis terhadap prospek jangka panjangnya.
Kondisi ini tentu menimbulkan pertanyaan besar bagi para investor. Lantas, sedalam apa tekanan di segmen nikel, dan mampukah kinerja segmen emas menjadi penyelamatnya? Mari kita bedah tuntas lima poin kunci dari rapor kinerja MDKA.
1. Rapor Pendapatan: Tekanan dari Segmen Nikel dan Tembaga
Penyebab utama penurunan total pendapatan MDKA pada semester pertama 2025 datang dari segmen bisnis logam dasarnya. Kontribusi dari segmen nikel, yang mencakup penjualan NPI, HGNM, dan limonit, mengalami penurunan pendapatan yang signifikan.
Secara lebih rinci, pendapatan dari NPI tercatat sebesar US$381,4 juta, HGNM sebesar US$144,2 juta, dan limonitsebesar US$74,4 juta. Selain nikel, segmen tembaga yang berasal dari tambang Wetar juga ikut melemah dengan pendapatan hanya US$43,3 juta.
Volume penjualan untuk periode ini adalah 33.045 TNi untuk NPI, 10.754 TNi untuk HGNM, 4,9 juta wmt untuk limonit, dan 4.717 ton untuk tembaga. Penurunan pendapatan ini sebagian besar disebabkan oleh melemahnya kontribusi dari segmen nikel sebesar US$322 juta.
2. Sisi Positif: Emas Jadi Juru Selamat
Untungnya, pelemahan di segmen logam dasar berhasil ditutupi oleh kinerja impresif dari segmen emas. Bisnis emas di tambang Tujuh Bukit menjadi 'juru selamat' dengan mencatatkan pendapatan sebesar US$188,5 juta dari total penjualan 59.535 ons emas.
Profitabilitasnya pun sangat kuat. Pada kuartal kedua saja, dengan harga jual rata-rata emas yang tinggi mencapai US$3.207 per ons, margin kas dari segmen ini berhasil meroket 64% secara tahunan, membuktikan perannya sebagai mesin uang utama perusahaan saat ini.
3. Harta Karun Masa Depan
Di luar kinerja saat ini, fokus utama pasar tertuju pada 'harta karun' masa depan perusahaan: proyek emas Pani di Gorontalo. MDKA melaporkan bahwa progres pembangunannya kini telah mencapai 67%, berjalan sesuai jadwal yang diharapkan.
Manajemen menyampaikan bahwa seluruh proses rekayasa detail dan pengadaan barang bahkan sudah selesai. Fasilitas-fasilitas pendukung krusial seperti pelabuhan logistik dan tangki penyimpanan bahan bakar juga dilaporkan telah rampung dan siap beroperasi.
4. Tantangan Biaya Operasional yang Meningkat
Meskipun prospek emasnya cerah, ada tantangan jangka pendek yang perlu diwaspadai. Manajemen MDKA secara resmi merevisi naik proyeksi biaya tunai (cash cost) untuk semua segmen operasinya.
Penyesuaian ini perlu dilakukan untuk mencerminkan kenaikan harga bahan bakar akibat program wajib B40 dan kenaikan tarif royalti dari pemerintah. Sebagai contoh, All-in Sustaining Cost (AISC) untuk tambang emas Tujuh Bukit kini diproyeksikan berada di rentang US$1.600–US$1.800 per ons.
Revisi serupa juga terjadi pada segmen tembaga, di mana AISC-nya kini berada di rentang US$3,80–US$4,20 per pon. Kenaikan biaya ini menjadi faktor yang perlu dicermati karena dapat menekan margin keuntungan perusahaan ke depan.
5. Pandangan Konsensus Analis: Tetap Super Bullish
Meskipun kinerja pendapatannya tertekan, pandangan konsensus analis secara umum tetap sangat bullish terhadap saham MDKA. Hal ini menunjukkan kepercayaan pasar yang tinggi terhadap prospek jangka panjang perusahaan, terutama dari proyek emas Pani.
Berdasarkan data yang dihimpun platform Stockbit per 11 Agustus 2025, dari total 27 analis yang mengulas saham ini, sebanyak 25 analis secara kompak memberikan rekomendasi "Buy". Sementara itu, 2 analis lainnya menyarankan "Hold" dan tidak ada satupun yang merekomendasikan "Sell".
Target harga rata-rata dari para analis tersebut berada di level Rp2.652, dengan estimasi tertinggi bahkan mencapai Rp3.400. Angka ini menyiratkan adanya potensi kenaikan atau upside yang masih sangat signifikan dari harga saat ini di level Rp2.350 per saham.