Ekspor
Tren Ekbis

Mentan Klaim Rupiah Bisa Setara Seribu per Dolar Asal Hilirisasi Jalan, Realistis?

  • Bayangkan kalau semua komoditas kita olah dulu, bukan ekspor mentah. Nilai tambahnya luar biasa. Itulah yang bisa membuat nilai tukar rupiah menguat secara fundamental.

Tren Ekbis

Debrinata Rizky

JAKARTA – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melempar pernah menyebut bahwa nilai tukar rupiah bisa setara Rp1.000 per dolar AS, asal hilirisasi komoditas ekspor dijalankan serius dan konsisten.

Menurut Amran, potensi nilai tambah dari pengolahan komoditas dalam negeri sangat besar. Ia mencontohkan, ekspor kelapa hijau yang saat ini hanya bernilai sekitar Rp20 triliun per tahun, bisa meningkat hingga Rp2.000 triliun bila diproses terlebih dahulu sebelum diekspor. 

Jika logika ini diterapkan ke seluruh komoditas, potensi ekonomi Indonesia bisa mencapai Rp50.000 triliun. 

“Bayangkan kalau semua komoditas kita olah dulu, bukan ekspor mentah. Nilai tambahnya luar biasa. Itulah yang bisa membuat nilai tukar rupiah menguat secara fundamental,” ujar Amran dilansir dari Antara pada beberapa waktu lalu.

Infrastruktur dan Kesiapan Daerah Jadi PR

Namun, di lapangan, kesiapan infrastruktur dan ekosistem produksi di sektor pertanian masih menjadi tantangan besar. Di wilayah sentra kelapa seperti Sulawesi Utara, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur (NTT), banyak petani masih bergantung pada alat tradisional, keterbatasan listrik, jalan rusak, dan konektivitas digital yang belum merata.

Di sisi lain, pemerintah mengklaim telah memiliki roadmap hilirisasi untuk 28 komoditas utama, termasuk sawit, kelapa, nikel, hingga ikan. Roadmap ini disebut sebagai bagian dari strategi besar menuju Visi Ekonomi Indonesia 2045.

Pemerintah juga telah menganggarkan sekitar Rp371 triliun untuk mendorong hilirisasi di sektor pertanian dalam beberapa tahun ke depan.

“Hilirisasi bukan hanya soal industri, tapi membangun seluruh rantai pasok dari hulu sampai hilir. Pemerintah tidak tinggal diam,” kata Amran.

Kapan Bisa Terwujud?

Meski peta jalan dan dana sudah disiapkan, eksekusi di lapangan menjadi ujian utama. Banyak pihak mempertanyakan kapan roadmap ini benar-benar dijalankan konkret, dan bukan sekadar wacana menjelang Pemilu 2029.

Sekadar informasi, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan capaian realisasi investasi Indonesia sepanjang Semester I-2025 mencapai Rp942,9 triliun. Adapun sektor hilirisasi mencatat investasi sebesar Rp280,8 triliun, atau setara 29,8%.

Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan P. Roeslani mengatakan jika realisasi investasi di bidang hilirisasi menjadi salah satu motor penggerak utama.

Rosan menjelaskan sektor hilirisasi mineral menjadi penyumbang terbesar dengan nilai investasi Rp193,8 triliun, terutama dari industri nikel Rp94,1 triliun, tembaga Rp40 triliun, bauksit Rp27,7 triliun, besi baja Rp1,5 triliun, dan timah Rp3,5 triliun dan lainnya di Rp7 triliun.

Disusul kehutanan dan perkebunan senilai Rp67,4 triliun pada komoditas kelapa sawit, kayu log dan karet. Sementara untuk bidang hilirisasi di minyak dan gas (migas) Rp17,3 triliun, serta perikanan dan kelautan Rp2,3 triliun meliputi komoditas garam, ikan tuna, cakalang, tongkol, udang, rumput laut dan rajungan hingga tilapia.

Jika dilihat berdasarkan daerah, Provinsi Sulawesi Tengah dan Maluku Utara tercatat sebagai tujuan utama investasi hilirisasi, masing-masing mencapai Rp55,4 triliun dan Rp33,9 triliun. Disusul Jawa Barat, Jawa Timur dan NTB.