
Menilik Proyek Chandra Asri yang Dipalak Rp5 T, Apa Dampaknya bagi Ekonomi Cilegon?
- CAA ditunjuk sebagai operator utama proyek pabrik Chlor Alkali–Ethylene Dichloride (CA-EDC) yang kini telah ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 12 Tahun 2025.
Nasional
CILEGON – Sebuah proyek industri bernilai jumbo tengah bergulir di barat Pulau Jawa, tepatnya Kota Cilegon. PT Chandra Asri Alkali (CAA), anak usaha dari raksasa petrokimia nasional PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), sedang membangun pabrik senilai Rp15 triliun untuk memproduksi soda kaustik dan ethylene dichloride (EDC).
Dari total nilai tersebut, belanja modal sekitar Rp5–6 triliun dialokasikan khusus untuk tahun 2025, yang menjadi awal dari fase pembangunan masif. Namun, di tengah geliat pembangunan ini, mencuat isu permintaan jatah proyek tanpa lelang oleh sejumlah pengusaha lokal.
“Tanpa ada lelang, porsinya harus jelas. Rp5 triliun untuk Kadin, atau Rp3 triliun untuk Kadin tanpa ada lelang lagi,” ujar salah satu anggota Kadin dalam video yang viral, dikutip Rabu, 14 Mei 2025.
Situasi ini memunculkan pertanyaan mendasar: seberapa strategis proyek ini bagi ekonomi lokal, dan apa dampaknya jika kepentingan jangka pendek mengalahkan prinsip transparansi dan kompetensi?
Siapa CAA dan Seberapa Penting Proyek Ini?
CAA merupakan entitas baru yang dibentuk oleh TPIA, perusahaan petrokimia terbesar di Indonesia dengan pengalaman lebih dari tiga dekade di industri ini.
CAA ditunjuk sebagai operator utama proyek pabrik Chlor Alkali–Ethylene Dichloride (CA-EDC), yang telah ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 12 Tahun 2025.
Pabrik ini akan memproduksi soda kaustik: 400.000 ton (padat) atau 827.000 ton (cair) per tahun dan Ethylene dichloride (EDC) dengan kapasitas 500.000 ton per tahun
Kedua bahan kimia ini sangat penting bagi berbagai industri hilir, seperti pemurnian nikel, produksi sabun dan deterjen, industri pulp dan kertas, serta bahan baku utama untuk PVC yang banyak digunakan di sektor konstruksi.
Dampak Ekonomi: Lebih dari Sekadar Investasi
Nilai strategis proyek ini tak hanya terletak pada besarnya investasi, tapi juga pada efek berganda (multiplier effect) yang ditimbulkan. Proyek CA-EDC diproyeksikan dapat mengurangi impor bahan kimia hingga Rp4,9 triliun per tahun.
Membuka peluang ekspor EDC dengan potensi devisa Rp5 triliun per tahun. Menciptakan 3.000 lapangan kerja selama masa konstruksi, dan menyerap 250 tenaga kerja tetap saat pabrik mulai beroperasi pada tahun 2027.
Lebih jauh, kehadiran proyek ini diyakini dapat memperkuat rantai pasok lokal melalui pertumbuhan subkontraktor, penyedia jasa logistik, pemasok bahan baku sekunder, hingga pelaku UMKM pendukung.
Bagi Kota Cilegon—yang dikenal sebagai pusat industri baja dan petrokimia—proyek ini berpotensi menjadi motor penggerak diversifikasi ekonomi dan peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi lokal secara berkelanjutan.
Peluang bagi Lokal, Tantangan Tata Kelola
Tak bisa dipungkiri, besarnya nilai proyek ini menjadi daya tarik kuat bagi pelaku usaha lokal. Namun, mencuatnya isu permintaan jatah proyek tanpa tender—seperti yang terekam dalam video audiensi dengan kontraktor asal Tiongkok, Chengda Engineering Co., Ltd (CCE)—menjadi alarm serius bagi iklim investasi.
Jika pola pembagian proyek tidak berdasarkan kompetensi, proyek sebesar ini dikhawatirkan justru akan menyuburkan praktik rente lokal, memperbesar biaya konstruksi, serta mengurangi kepercayaan mitra asing terhadap integritas proyek-proyek PSN di Indonesia.
Proyek CA-EDC sendiri termasuk dalam 77 daftar prioritas PSN versi RPJMN 2025–2029. Pemerintah pusat telah memberikan insentif fiskal seperti tax holiday dan kemudahan perizinan untuk mendorong percepatan realisasi.
Hingga akhir 2024, investasi yang telah terealisasi mencapai Rp1,26 triliun, menurut Direktur Legal & Eksternal Chandra Asri, Edi Rivai.
Presiden Direktur TPIA, Erwin Ciputra, menegaskan bahwa perusahaannya berkomitmen menjadi tulang punggung industri petrokimia nasional sekaligus kontributor nyata bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang inklusif.
Proyek CA-EDC bukan sekadar investasi Rp15 triliun, melainkan peluang emas untuk meningkatkan daya saing industri lokal, menciptakan lapangan kerja berkualitas, dan membangun rantai pasok kimia dalam negeri.