WhatsApp Image 2022-07-28 at 5.00.36 PM (1).jpeg
Fintech

Mengupas Stablecoin USDT, Tren Investasi Baru Konglomerat RI

  • Stablecoin adalah jenis mata uang kripto yang dirancang untuk memiliki nilai stabil, berbeda dengan aset kripto seperti Bitcoin dan Ethereum yang dikenal volatil. Tether (USDT) adalah pionir stablecoin yang dirancang agar selalu setara 1:1 dengan dolar AS, dengan tujuan utama menghindari fluktuasi harga ekstrem di pasar kripto.

Fintech

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Pada kuartal pertama 2025, terjadi gelombang pergeseran aset oleh kalangan konglomerat dan individu kaya di Indonesia menuju stablecoin seperti Tether (USDT). Menurut laporan Channel News Asia, nilai aset yang dipindahkan ke berbagai instrumen—termasuk USDT—“mencapai ratusan juta dollar AS” sejak Prabowo Subianto menjabat presiden pada Oktober 2024 hingga April 2025. 

Tren ini dipicu kekhawatiran terhadap kebijakan fiskal dan stabilitas ekonomi domestik, sekaligus keinginan untuk memanfaatkan anonimitas dan efisiensi transaksi lintas batas melalui USDT.

Stablecoin adalah jenis mata uang kripto yang dirancang untuk memiliki nilai stabil, berbeda dengan aset kripto seperti Bitcoin dan Ethereum yang dikenal volatil. Tether (USDT) adalah pionir stablecoin yang dirancang agar selalu setara 1:1 dengan dolar AS, dengan tujuan utama menghindari fluktuasi harga ekstrem di pasar kripto. 

Sejak diluncurkan pada tahun 2014 (awalnya bernama RealCoin), USDT kini menjadi stablecoin dengan kapitalisasi pasar terbesar, mendominasi volume perdagangan di bursa kripto global pada Maret 2024 dengan kapitalisasi hampir US$99 miliar.

Mengapa Stablecoin Menjaga Paritas dengan Dolar AS?

Ada beberapa mekanisme yang membuat Tether (USDT) cenderung mempertahankan patokan US$1:

  1. Cadangan Aset (1:1 Reserves)
    Tether Limited—perusahaan penerbit USDT—mengklaim memegang cadangan berupa uang tunai, setara kas, obligasi, pinjaman, komoditas, dan token digital senilai minimal satu dolar AS untuk setiap USDT yang beredar. Dengan demikian, secara teori setiap pemegang USDT dapat menukarkan tokennya dengan US$1 secara langsung.
  2. Intervensi Pasar Terbuka
    Saat harga USDT di pasar spot turun di bawah US$1, Tether Ltd. dapat membeli kembali tokennya untuk mengangkat harga. Sebaliknya, jika harga melampaui US$1, mereka menerbitkan dan menjual USDT baru. Langkah ini mirip dengan kebijakan bank sentral untuk menjaga stabilitas mata uang fiat.
  3. Arbitrase oleh Pelaku Pasar
    Keberadaan pelaku arbitrase sangat penting. Ketika USDT diperdagangkan di bawah US$1, arbitrase mendorong pembelian USDT murah dan penukaran ke dolar AS di platform resmi, menghasilkan keuntungan sekaligus menekan harga agar kembali ke patokan. Sebaliknya, selisih kecil di atas US$1 memicu penjualan, yang menurunkan harga.
  4. Kepercayaan dan Adopsi Luas
    Stabilitas nilai USDT juga bergantung pada kepercayaan pasar terhadap Tether Ltd. serta penggunaan yang masif di berbagai bursa, dompet kripto, dan aplikasi DeFi. Permintaan konstan dari trading, pinjaman, dan remitansi menambah tekanan untuk menjaga harga tetap stabil.

Baca Juga: Coinbase Masuk Indeks S&P 500, Kripto Semakin Diakui Wall Street

Mekanisme Cadangan dan Jaminan

Tether secara berkala menerbitkan laporan cadangan (Proof of Reserves) yang merinci komposisi aset penyangga USDT. Meskipun frekuensi dan detail audit independen masih diperdebatkan, laporan harian dari perusahaan mencerminkan total cadangan yang mendukung pasokan token/. Prinsip dasarnya:

  • Cadangan Tunai dan Setara Kas: Uang tunai di rekening bank.
  • Obligasi dan Pinjaman: Instrumen pendapatan tetap.
  • Komoditas dan Token Digital: Aset diversifikasi.

Keterbukaan laporan ini berperan memperkuat kepercayaan pengguna terhadap klaim “USDT = US$1”.

Pengawasan dan Regulasi

Berbeda dengan dolar yang diatur Federal Reserve, USDT berada di bawah yurisdiksi swasta Tether Ltd. Walaupun sempat menghadapi kritik terkait transparansi, Tether telah bekerja sama dengan firma akuntan dan menerbitkan memorandum yang menyatakan dukungan penuh cadangan dolar AS. 

Dalam ekosistem DeFi, USDT menjadi jaminan yang banyak dipakai, sehingga platform terdesentralisasi juga menekankan audit cadangan sebagai bentuk perlindungan.

Kesimpulan

Stablecoin seperti Tether (USDT) mampu menjaga paritas dengan dolar AS melalui kombinasi cadangan 1:1, intervensi pasar, arbitrase, dan kepercayaan pengguna. Di Indonesia, tren alih dana ke USDT oleh orang-orang kaya menunjukkan bagaimana instrumen ini berperan sebagai pelindung nilai dan sarana transfer dana lintas batas. 

Namun, sebelum berinvestasi, penting memahami risiko transparansi dan regulasi yang melekat pada stablecoin. Dengan demikian, USDT tetap menjadi jembatan antara dunia kripto yang volatil dan kestabilan mata uang fiat.