<p>Ilustrasi transportasi massal monorel / Pixabay</p>
Transportasi dan Logistik

Mengingat Monorel Jakarta, Mimpi Indah yang Tak Pernah Terwujud

  • Pada tahun 1997, ketika Jakarta mulai tercekik oleh kemacetan, muncul gagasan membangun monorel sebagai transportasi massal baru. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kala itu memandang teknologi monorel sebagai jawaban masa depan.

Transportasi dan Logistik

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Di tengah hiruk-pikuk kemacetan ibu kota, sebuah mimpi besar pernah dilahirkan, Monorel Jakarta. Proyek ambisius ini digadang-gadang menjadi solusi transportasi massal modern, namun berakhir menjadi deretan tiang beton kosong yang membisu di tengah kota. 

Dikutip TrenAsia dari berbagai sumber, Jumat, 23 Mei 2025, inilah kisah lengkap Monorel, dari harapan, konflik, hingga kegagalan.

Awal Mula Mimpi di Tengah Krisis

Pada tahun 1997, ketika Jakarta mulai tercekik oleh kemacetan, muncul gagasan membangun monorel sebagai transportasi massal baru. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kala itu memandang teknologi monorel sebagai jawaban masa depan. 

Namun, krisis moneter Asia memukul Indonesia dengan keras. Ekonomi runtuh, pemerintahan berganti dan mimpi monorel pun masuk ruang tunggu tanpa kepastian.

2003: Proyek Dimulai dengan Gegap Gempita

Enam tahun berselang, proyek Monorel Jakarta akhirnya resmi dimulai. PT Jakarta Monorail, anak usaha PT Indonesia Transit Central menggenggam kendali. Dengan dua rute yang dirancang, Green Line dan Blue Line dengan total sepanjang 37,6 kilometer, proyek ini menjadi sistem monorel pertama di Indonesia.

Dengan optimisme tinggi, tiang-tiang monorel mulai berdiri satu persatu di Jakarta. Harapan akan transportasi modern pun ikut tumbuh.

2004-2005: Investor Kabur, Proyek Terguncang

Tak butuh waktu lama, masalah mulai muncul. Investor asal Malaysia, MTrans Holding, masuk membawa teknologi dan dana, tapi dalam waktu singkat, mereka mundur. Masalah pembiayaan dan tumpang tindih regulasi membuat proyek goyah. Pemerintah DKI Jakarta pun mencabut dukungan, mimpi itu kembali tergantung di udara.

2008: Monumen Kegagalan di Tengah Kota

Pembangunan monorel berhenti, sekitar 90 tiang beton menjulang kosong di tengah Jakarta. Tak ada gerbong, tak ada rel, hanya beton yang membeku. Monorel Jakarta pun resmi masuk kategori "proyek mangkrak".

2013: Harapan Hidup Kembali di Era Jokowi

Gubernur Joko Widodo mencoba meniupkan napas baru ke proyek ini. Rute disederhanakan, desain disesuaikan, dan perusahaan diganti. PT Jakarta Monorail yang baru dimiliki oleh Ortus Holdings Ltd dan ITC kembali beraksi. Tapi tak semua orang percaya, termasuk penggantinya kelak, Ahok.

2014-2015: Keraguan dan Kegagalan Terulang

Basuki Tjahaja Purnama atau dikenal dengan nama Ahok menyoroti banyak hal, studi kelayakan yang tak kunjung rampung, desain stasiun yang "merusak estetika", hingga konflik penggunaan ruang publik. 

Akhirnya, pada Juli 2015, Ahok mencabut izin prinsip dan secara resmi mengubur proyek monorel Jakarta. Pemerintah pun mengalihkan fokus ke proyek MRT dan LRT yang dinilai lebih realistis dan matang perencanaan.

2017-2024: Tiang-Tiang yang Membisu

Selama bertahun-tahun, tiang-tiang beton itu berdiri membisu, menjadi saksi bisu dari ambisi yang tidak pernah tuntas. Beberapa kali dibahas untuk dibongkar atau dimanfaatkan ulang, tapi keputusan konkret tak kunjung datang. 

Status kepemilikan pun rumit, tiang dimiliki oleh BUMN Adhi Karya, sementara tanah konsesinya masih atas nama PT Jakarta Monorail.

2025: Waktu untuk Mengakhiri Dosa Lama

Memasuki tahun 2025, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di bawah Gubernur Pramono Anung mulai menunjukkan sikap tegas. Sebanyak 221 tiang monorel masih berdiri di Jalan HR Rasuna Said, Asia Afrika, dan Palmerah. Gubernur Pramono menilai keberadaan tiang-tiang tersebut mengganggu estetika kota dan menjadi pengingat kegagalan yang tidak elok untuk dibiarkan lebih lama.

“Ada kolom-kolom untuk monorel yang sampai hari ini semuanya tidak mau nyentuh untuk diselesaikan. Kalau bagi saya pribadi ini adalah hal yang harus diselesaikan,” ungkap Pramono kepada awak media di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, dikutip Jumat, 23 Mei 2025.

Pemerintah Provinsi DKI sedang membahas dua opsi utama, membongkar seluruh tiang atau memanfaatkannya ulang untuk struktur infrastruktur lainnya, seperti jembatan pejalan kaki atau taman vertikal.

“Maka bukan monorelnya yang dilanjutkan, tetapi tiang-tiang yang tidak berfungsi itu akan diapakan? Apakah dibersihkan? Apakah dibuat apa? Tentunya harus ada keputusan untuk itu, gak bisa kemudian dibiarkan begitu saja dari waktu ke waktu,” ujar Pramono.

Namun satu hal yang pasti, proyek Monorel Jakarta tidak akan dilanjutkan dalam bentuk apapun. Fokus kini diarahkan sepenuhnya ke perluasan MRT, LRT, dan sistem integrasi transportasi publik yang lebih terencana.

Monorel Jakarta pernah menjadi simbol harapan atas solusi kemacetan ibu kota. Tapi seiring waktu, ia justru menjadi contoh kegagalan tata kelola proyek berbasis swasta yang tidak matang secara finansial dan legal. Kini, harapannya, Jakarta tidak hanya menata ulang fisiknya, tapi juga mentalitas perencanaannya: jangan ulangi kesalahan yang sama dua kali.