
Mengenal Keluarga Rothschild, Konglomerat Yahudi di Balik Berdirinya Israel
- Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, Baron Edmond James de Rothschild, anggota keluarga Rothschild cabang Prancis, memainkan peran sentral dalam mendanai dan memfasilitasi gelombang awal imigrasi Yahudi ke wilayah Palestina
Tren Global
JAKARTA - Di balik tirai sejarah modern, ada satu nama keluarga yang sering disebut-sebut dalam bisik misteri dan kekaguman, Rothschild. Mereka bukan bangsawan berdarah biru, bukan pula penguasa kerajaan, tapi pengaruh mereka selama dua abad terakhir diklaim banyak pihak kerap melampaui para raja dan perdana menteri.
Segalanya berawal dari Mayer Amschel Rothschild, seorang pedagang koin langka di kawasan Yahudi Frankfurt pada akhir abad ke-18. Dalam sempitnya ruang hidup komunitas Yahudi saat itu, Mayer menunjukkan kejeniusannya, membangun kepercayaan dengan para bangsawan, terutama Wilhelm IX dari Hesse-Kassel, yang menjadi batu loncatan karier perbankannya.
Namun, terobosan terbesarnya bukan pada bisnis lokal, melainkan pada keputusan strategis mengirim kelima putranya ke kota-kota utama Eropa.
Dari London hingga Napoli, mereka membuka cabang keluarga dan membentuk jaringan finansial lintas-negara yang belum pernah ada sebelumnya. Lima anak panah pada lambang keluarga menjadi simbol kekuatan terpadu yang tersebar namun tetap satu arah.
- Milenial Dominasi Pasar Hunian Pertama, Gen Z Masih Malu-malu
- Siap-siap War Tiket! Daftar Harga Tiket Konser NCT Dream di Jakarta Sudah Rilis
- PLN Rombak Direksi, Gimana Peluang Karier Hijau untuk Gen Z?
Dari Medan Perang ke Bursa Saham
Ketika Eropa bergolak akibat perang Napoleon, keluarga Rothschild tidak hanya menjadi saksi, mereka menjadi bagian dari strategi kemenangan.
Dengan jaringan kurir sendiri, Nathan Rothschild di London mampu mentransfer dana dalam jumlah besar untuk mendukung pasukan anti-Napoleon.
Legenda menyebutkan bahwa ia bahkan tahu hasil Pertempuran Waterloo sebelum pemerintah Inggris sendiri, meski sebagian cerita itu kini diklasifikasi sebagai mitos.
Pasca-perang, keluarga ini memegang sekitar sepertiga dari emas dunia. Tak berhenti di sana, mereka membiayai pembangunan rel kereta api, membeli saham Terusan Suez untuk Inggris, hingga menjadi pemain besar di pasar obligasi negara-negara Eropa. Secara diam-diam, Rothschild menjadi motor penggerak infrastruktur modern.
Mereka bukan hanya bankir, mereka juga aristokrat. Pada tahun 1816, lima bersaudara Rothschild dianugerahi gelar baron oleh Kekaisaran Austria. Di Inggris, Lionel de Rothschild menjadi orang Yahudi pertama yang duduk di parlemen, setelah perjuangan panjang melawan diskriminasi agama.
Keluarga ini pun menjaga kekayaan mereka tetap dalam lingkaran keluarga. Pernikahan antar-cabang menjadi strategi utama agar harta tidak tercerai-berai. Di banyak sisi, Rothschild adalah kerajaan keuangan dengan pola dinasti yang tak kalah solid dari monarki manapun di Eropa.
Namun abad ke-20 membawa tantangan besar. Perang Dunia dan kebangkitan politik ekstrem mengguncang stabilitas. Cabang Wina dirampas Nazi. Cabang Prancis dinasionalisasi pada era sosialis. Di tengah turbulensi global dan bangkitnya kekuatan keuangan baru seperti bank-bank Amerika, pamor Rothschild mulai meredup.
Meski demikian, mereka tetap bertahan. Kini, Rothschild & Co menjadi holding modern yang mengelola investasi, aset, dan bahkan bisnis anggur kelas dunia seperti Château Lafite. Mereka juga aktif dalam energi terbarukan, real estat, hingga proyek infrastruktur lintas benua.
- Milenial Dominasi Pasar Hunian Pertama, Gen Z Masih Malu-malu
- Siap-siap War Tiket! Daftar Harga Tiket Konser NCT Dream di Jakarta Sudah Rilis
- PLN Rombak Direksi, Gimana Peluang Karier Hijau untuk Gen Z?
Berkontribusi Membentuk Israel
Kontribusi keluarga Rothschild terhadap pembentukan dan penguatan negara Israel merupakan bagian integral dari sejarah Zionisme modern.
Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, Baron Edmond James de Rothschild, anggota keluarga Rothschild cabang Prancis, memainkan peran sentral dalam mendanai dan memfasilitasi gelombang awal imigrasi Yahudi ke wilayah Palestina yang saat itu berada di bawah kendali Kesultanan Utsmaniyah.
Ia secara pribadi mengucurkan dana dalam jumlah besar untuk membeli lahan-lahan pertanian, mendirikan permukiman seperti Rishon LeZion dan Zikhron Ya’akov, serta membiayai pembangunan infrastruktur seperti irigasi, sekolah, rumah sakit, dan industri anggur yang menjadi fondasi ekonomi komunitas Yahudi di sana.
Kontribusi Rothschild tidak berhenti pada dukungan ekonomi dan logistik. Walter Rothschild, sepupu Edmond yang berasal dari cabang Inggris keluarga tersebut, menjadi tokoh kunci dalam pengakuan politik internasional terhadap aspirasi Zionis.
Namanya tercantum dalam Deklarasi Balfour tahun 1917, sebuah surat dari Menteri Luar Negeri Inggris Arthur Balfour yang menyatakan dukungan resmi Inggris terhadap pembentukan “tanah air bagi bangsa Yahudi” di Palestina.
Surat tersebut dialamatkan langsung kepada Walter Rothschild, bukan hanya sebagai representasi pribadi, tetapi juga simbol peran penting keluarga Rothschild dalam lobi politik global demi terbentuknya negara Israel.
Warisan keterlibatan keluarga Rothschild berlanjut hingga era modern melalui yayasan filantropi mereka, Yad Hanadiv, yang secara aktif mendanai proyek-proyek strategis di Israel.
Yad Hanadiv berada di balik pembangunan gedung parlemen Israel (Knesset) dan Mahkamah Agung yang menjadi simbol institusional negara. Selain itu, yayasan ini mendukung pengembangan infrastruktur pendidikan tinggi, pelestarian lingkungan, dan digitalisasi arsip-arsip nasional.