
Mengapa Kekayaan Prajogo Pangestu Kembali Meroket? Ternyata Ini 3 Faktor Penentunya
- Hasil akhir dari akumulasi sentimen positif ini adalah pergeseran tektonik dalam peta kekuatan finansial di puncak Indonesia. Dengan total kekayaan bersih mencapai US$25,3 miliar, Prajogo Pangestu secara resmi menduduki peringkat kedua orang terkaya di Indonesia pada saat ini.
Tren Pasar
JAKARTA - Prajogo Pangestu sekali lagi mengukuhkan statusnya sebagai salah satu pebisnis paling berpengaruh dan dinamis di Indonesia. Pada hari Jumat, 6 Juni 2025, pasar modal menjadi saksi dari apa yang bisa digambarkan sebagai "sentuhan Midas" dari sang konglomerat berpengaruh.
Hanya dalam satu hari perdagangan, pundi-pundi kekayaannya melesat secara dramatis sebesar US$1,5 miliar. Menurut data Forbes, lonjakan ini menempatkannya sebagai miliarder dengan kenaikan kekayaan tertinggi kedua di dunia pada hari itu, sebuah prestasi yang menegaskan pengaruhnya di panggung finansial.
Mesin utama di balik ledakan kekayaan ini adalah kinerja impresif dari seluruh emiten di bawah naungan imperium bisnisnya. Bertindak sebagai lokomotif utama, saham flagship PT Barito Pacific Tbk (BRPT), melesat hingga 17,05% ke level Rp1.510 pada penutupan bursa.
- Target Laba Medco Energi (MEDC) 2025 Direvisi Turun, Efek Penundaan Proyek Hilirisasi
- OECD Kembali Downgrade Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI, Sentimen Domestik Jadi Sumber Tekanan
- Pasar Optimistis The Fed Pangkas Suku Bunga, IHSG Naik Meski Asing Jualan
Melejitnya Harga Saham
Gerbong penguatan ini kemudian ditarik oleh saham strategis perusahaannya yang melantai di bursa antara lain; raksasa petrokimia PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) menguat 3,79%. Sementara itu pilar energi terbarukan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) juga ikut naik 3,25% seiring sentimen positif yang meluas.
Tak ketinggalan, emiten lain seperti PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dan PT Petrosea Tbk (PTRO) turut berkontribusi pada penguatan. Kenaikan merata ini menunjukkan kepercayaan investor yang solid dan menyebar di seluruh lini bisnis utama dalam grup tersebut.
Sebelumnya, analis Infovesta Kapital Utama, Ekky Topan, memberikan pandangan mendalam mengenai fenomena ini. Menurutnya, reli ini bukanlah sebuah kebetulan, melainkan hasil dari kombinasi beberapa faktor pendorong yang bekerja secara sinergis dan saling menguatkan satu sama lain di pasar modal.
Sentimen Global dan Fundamental
Dari sisi eksternal, sentimen pasar global membaik signifikan seiring meredanya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Kondisi ini memberikan kepastian dan angin segar bagi emiten berbasis komoditas dan industri yang sensitif terhadap siklus ekonomi dunia dan global.
Namun, Ekky menekankan faktor internal yang memegang peranan lebih krusial. Ia menguraikan bahwa secara teknikal, sebagian besar saham Grup Prajogo telah menunjukkan sinyal pembalikan arah (reversal) yang kuat sejak beberapa minggu sebelumnya, menandakan adanya akumulasi oleh para investor yang jeli.
Sinyal teknikal ini kemudian mendapatkan validasi dan bahan bakar dari fundamental perusahaan yang sangat solid. Kinerja cemerlang yang dilaporkan oleh BRPT pada Kuartal I-2025 menjadi bukti nyata kesehatan operasional dan mempertebal keyakinan para pelaku pasar terhadap prospek bisnisnya.
Manuver Bisnis
Di atas semua analisis itu, terdapat faktor tak kasat mata yang disebut ‘Efek Prajogo’. Nama besar dan rekam jejak sang taipan memiliki daya tarik magis tersendiri di pasar, di mana setiap manuver bisnisnya selalu diawasi dengan ketat oleh para investor.
Kekuatan nama ini semakin diperkuat oleh rumor yang beredar kencang mengenai rencana IPO salah satu anak usahanya, yakni PT Chandra Daya Investasi, pada bulan Juni. Ekspektasi akan terciptanya nilai baru dan sinergi di dalam grup berhasil memanaskan sentimen dan memicu aksi beli masif.
Hasil akhir dari akumulasi sentimen positif ini adalah pergeseran tektonik dalam peta kekuatan finansial di puncak Indonesia. Dengan total kekayaan bersih mencapai US$25,3 miliar, Prajogo Pangestu secara resmi menduduki peringkat kedua orang terkaya di Indonesia pada saat ini.
Ia tidak hanya melengserkan Robert Budi Hartono (US$22,5 miliar) dan Michael Hartono (US$21,6 miliar) ke posisi di bawahnya. Tetapi juga kini secara aktif membayangi Low Tuck Kwong (US$27,4 miliar) yang masih kokoh berada di puncak daftar tersebut.