metorit mars.jpg
Tren Global

Memunculkan Pertanyaan, Batu Mars yang Ditemukan di Niger Terjual Rp70 Miliar di New York

  • Perdagangan meteorit telah dibandingkan dengan pasar seni, dengan estetika dan kelangkaan memengaruhi harga.

Tren Global

Amirudin Zuhri

JAKARTA,TRENASIA.ID- Prof. Paul Sereno terlihat kesal.  Dia tidak berusaha menyembunyikan kemarahannya ketika meteorit langka dari Mars yang ditemukan dua tahun lalu di negara Niger, Afrika Barat, akhirnya dilelang di New York Juli lalu. Batu itu terjual  kepada seorang pembeli yang tidak disebutkan namanya.

"Tak tahu malu! Tak tahu malu!" katanya melalui sambungan telepon.

Ahli paleontologi, yang memiliki hubungan dekat dengan negara itu, meyakini bahwa fosil itu seharusnya dikembalikan ke Niger.

Potongan Planet Merah berusia jutaan tahun ini menjadi yang terbesar yang pernah ditemukan di Bumi. Barang tersebut terjual seharga US$4,3 juta atau hampir Rp70 miliar (kurs Rp16.240) di Sotheby's . Seperti pembelinya, identitas penjualnya dirahasiakan. Tetapi tidak jelas apakah uang ini diberikan ke Niger.

Fragmen-fragmen materi luar angkasa sampai ke Bumi telah lama menginspirasi penghormatan di antara manusia. Beberapa berakhir sebagai objek keagamaan, yang lain sebagai barang antik untuk dipamerkan. Baru-baru ini, banyak yang telah menjadi subjek studi ilmiah.

Perdagangan meteorit telah dibandingkan dengan pasar seni, dengan estetika dan kelangkaan memengaruhi harga. Pada awalnya, ada rasa kagum terhadap pameran publik atas penemuan Mars yang luar biasa ini. Kurang dari 400 dari 50.000 meteorit yang ditemukan terbukti berasal dari tetangga planet kita. Meteorit tersebut telah menempuh jarak sekitar 225 juta kilometer sebelum jatuh ke Bumi.

Namun kemudian beberapa orang mulai bertanya-tanya bagaimana benda itu berakhir di bawah palu pelelangan.

Pemerintah Niger  dalam sebuah pernyataan menyatakan keraguan tentang legalitas ekspornya. “Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan perdagangan gelap internasional,” katanya dikutip BBC International Senin 11 Agustus 2025.

Sotheby's membantah keras hal ini, dengan mengatakan prosedur yang benar telah diikuti. Niger sendiri kini telah meluncurkan penyelidikan terhadap keadaan penemuan dan penjualan meteorit  yang telah diberi nama ilmiah NWA 16788 (NWA adalah singkatan dari North West Africa). 

Hanya sedikit yang diungkapkan kepada publik tentang bagaimana barang itu berakhir di rumah lelang terkenal di dunia di AS. Sebuah artikel akademis Italia yang diterbitkan tahun lalu mengatakan bahwa meteorit itu ditemukan pada 16 November 2023 di Gurun Sahara di wilayah Agadez, Niger. Sekitar 90 km sebelah barat Oasis Chirfa. Benda itu ditemukan oleh seorang pemburu meteorit, yang identitasnya masih dirahasiakan.

Meteorit dapat jatuh di mana saja di Bumi, tetapi karena iklimnya yang mendukung pelestarian dan minimnya gangguan manusia, Sahara telah menjadi tempat utama untuk penemuannya. Orang-orang menjelajahi lanskap yang tidak ramah yang membentang di beberapa negara dengan harapan menemukan satu untuk dijual.

Menurut artikel Italia, NWA 16788 dijual oleh masyarakat setempat kepada pedagang internasional dan kemudian dipindahkan ke galeri pribadi di kota Arezzo, Italia. Majalah Universitas Florence menggambarkan orang tersebut sebagai "pemilik galeri Italia yang penting".

Sebuah tim ilmuwan yang dipimpin oleh Giovanni Pratesi, profesor mineralogi di universitas tersebut berhasil menelitinya untuk mempelajari lebih lanjut tentang struktur dan asal usulnya. Meteorit tersebut kemudian dipamerkan sebentar tahun lalu di Italia, termasuk di Badan Antariksa Italia di Roma. Selanjutnya terlihat di depan publik di New York bulan lalu, minus dua bagian yang tetap berada di Italia untuk penelitian lebih lanjut.

Sotheby's mengatakan bahwa NWA 16788 diekspor dari Niger dan diangkut sesuai dengan semua prosedur internasional yang relevan. "Seperti halnya semua yang kami jual, semua dokumentasi yang relevan telah disusun pada setiap tahap perjalanannya, sesuai dengan praktik terbaik dan persyaratan negara yang terlibat."

Seorang juru bicara menambahkan bahwa Sotheby's mengetahui laporan bahwa Niger sedang menyelidiki ekspor meteorit tersebut. "Kami sedang meninjau informasi yang tersedia bagi kami sehubungan dengan pertanyaan yang diajukan". Prof Sereno yang mendirikan organisasi NigerHeritage satu dekade lalu, yakin hukum Niger telah dilanggar.

Akademisi di Universitas Chicago ini  telah menghabiskan waktu bertahun-tahun mengungkap endapan tulang dinosaurus dalam jumlah besar di Sahara. Dia berkampanye untuk mendapatkan kembali warisan budaya dan alam Niger  termasuk apa pun yang jatuh dari luar angkasa. Sebuah museum yang menakjubkan di sebuah pulau di Sungai Niger yang mengalir melalui ibu kota, Niamey, sedang direncanakan untuk menyimpan artefak ini.

"Hukum internasional menyatakan bahwa kita tidak bisa begitu saja mengambil sesuatu yang penting bagi warisan suatu negara—baik itu benda budaya, benda fisik, benda alam, benda luar angkasa—ke luar negeri. Kita tahu kita telah beranjak dari masa kolonial ketika semua ini dianggap baik-baik saja," ujar Prof. Sereno.

Serangkaian perjanjian global, termasuk di bawah organisasi kebudayaan PBB, Unesco, telah berupaya mengatur perdagangan benda-benda ini. Namun, menurut studi tahun 2019 oleh pakar hukum internasional Max Gounelle, terkait meteorit, meskipun dapat dimasukkan, masih terdapat ambiguitas mengenai apakah meteorit tercakup dalam perjanjian ini. Posisi ini diserahkan kepada masing-masing negara untuk mengklarifikasinya. Niger mengesahkan undang-undangnya sendiri pada tahun 1997 yang bertujuan melindungi warisannya.

Dalam pernyataannya mengenai penjualan di Sotheby's, Niger mengakui bahwa mereka belum memiliki undang-undang khusus tentang meteorit. Sebuah pernyataan yang juga ditegaskan oleh balai lelang tersebut. Namun masih belum jelas bagaimana seseorang bisa membawa artefak yang begitu berat dan mencolok keluar dari negara itu tanpa sepengetahuan pihak berwenang.

Maroko Hadapi Masalah Sama

Maroko menghadapi masalah serupa dengan sejumlah besar meteorit . Lebih dari 1.000  yang ditemukan di perbatasannya, termasuk sebagian Sahara. Lebih dari dua dekade lalu, negara ini mengalami apa yang digambarkan oleh penulis Helen Gordon sebagai "demam emas Sahara". Situasi yang didorong oleh peraturan yang lebih longgar dan lingkungan politik yang lebih stabil daripada beberapa negara tetangganya. Dalam buku terbarunya The Meteorites, ia menulis bahwa Maroko adalah "salah satu pengekspor batuan luar angkasa terbesar di dunia".

Prof Hasnaa Chennaoui Aoudjehane telah menghabiskan sebagian besar waktunya selama 25 tahun terakhir untuk mencoba menyimpan sebagian materi luar angkasa itu untuk negaranya.

"Itu bagian dari kita, itu bagian dari warisan kita. Itu bagian dari identitas kita dan penting untuk bangga dengan kekayaan negara ini," kata ahli geologi tersebut kepada BBC.

Profesor tersebut tidak menentang perdagangan meteorit, tetapi telah berperan penting dalam penerapan langkah-langkah yang bertujuan untuk mengatur bisnis tersebut. Namun, ia mengakui bahwa aturan baru tersebut belum sepenuhnya berhasil membendung arus meteorit.

Pada tahun 2011, Prof Chennaoui bertanggung jawab untuk mengumpulkan material di gurun dari jatuhnya meteorit yang diamati dan ternyata berasal dari Mars.

Meteorit yang kemudian dinamai Tissint ini memiliki berat total 7 kg, tetapi kini ia mengatakan hanya tersisa 30 gram di Maroko. Sebagian sisanya berada di museum-museum di seluruh dunia, dengan potongan terbesar dipamerkan di Museum Sejarah Alam London.

Merenungkan nasib meteorit Mars di Niger, ia mengatakan  tidak terkejut. “Itu adalah "sesuatu yang telah saya alami selama 25 tahun. Sayang sekali, kita tidak bisa bahagia dengan ini, tetapi kondisinya sama saja di semua negara kita."