
Manuver Lo Kheng Hong Borong Saham Sawit Salim Group Rp352 Miliar, Ikut Sekarang?
- Bidikan baru Lo Kheng Hong di kebun sawit Salim Group. Bermodalkan Rp352 miliar, Warren Buffett Indonesia melawan arus pasar yang tengah goyah. Inikah saatnya investor ritel mengekor?
Tren Pasar
JAKARTA - Investor kawakan Lo Kheng Hong kembali mengguncang pasar saham Indonesia. Pria berjuluk "Warren Buffett Indonesia" ini membuat manuver strategis dengan memborong saham emiten sawit milik Salim Group, PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP), dalam jumlah yang sangat besar.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia per 24 Juni 2025, ia kini resmi menguasai 5,02% saham SIMP setelah mengakumulasi 778,5 juta saham. Nilai investasinya pun ditaksir mencapai sekitar Rp352 miliar, yang mencerminkan keyakinan tinggi terhadap prospek perusahaan.
Manuver berskala besar yang dilakukan oleh seorang investor sekaliber Lo Kheng Hong ini sontak menghebohkan pelaku pasar sekaligus memicu dilema. Pasalnya, pertanyaan besar berputar dipikiran investor ritel: apakah ini saat yang tepat untuk ikut berinvestasi atau lebih bijak wait and see dulu?
- Terkoreksi 37,03 Poin, IHSG Hari Ini Ditutup di 6.832,14
- 5 Orang Terkaya Dunia yang Punya Bunker, Antisipasi Perang hingga 'Kiamat'
- Minimalisme: Gaya Hidup atau Strategi Bertahan di Tengah Tekanan Ekonomi?
Lo Kheng Hong dikenal luas dengan filosofi investasi nilainya (value investing) yang sangat konsisten. Ia membeli saham perusahaan bagus yang harganya sedang murah atau undervalued. Setiap langkahnya dianggap sebagai sinyal kuat akan adanya potensi yang belum terbaca oleh mayoritas pelaku pasar.
Hal ini sempat diutarakan dalam acara Menuju 4 Dekade Bisnis Indonesia pada 10 Juni 2025. "Saya tetap optimis dengan dua sektor, yaitu perbankan dan komoditas. Komoditas seperti batu bara, pulp and paper, dan kelapa sawit," ungkapnya, memberikan sinyal jelas arah investasinya tahun ini.
Benar saja, pilihannya jatuh pada saham SIMP, anak usaha Indofood Agri Resources bagian Salim Group. Aksi belinya, yang mayoritas via Panin Sekuritas, dilakukan saat sektor sawit tertekan harga Crude Palm Oil (CPO) dan oversupply produksi. Namun, kondisi ini justru menciptakan peluang valuasi menarik yang membuatnya berani masuk di saat yang tepat.
Filosofi Investasi yang Konsisten
Info saja, saham SIMP memang tengah mengalami tekanan selama seminggu terakhir, di mana nilai turun tipis 0,89% ke level Rp446 per saham, pada penutupan perdagangan Rabu, 25 Juni 2025. Kendati begitu, saham ini secara year to date tampak gagah karena melaju 17,99%.
Nah, yang menjadi ciri khas Lo Kheng Hong adalah gemar berinvestasi di saham-saham yang memiliki Price Earnings Ratio (PER) dan Price to Book Value rendah. Benar saja, berdasarkan data IDX Mobile, saham SIMP memiliki PER dan PBV masing-masing di angka 4,14x dan 0,29x.
Artinya, saham SIMP yang mengoperasikan perkebunan kelapa sawit diberbagai wilayah di Indonesia, termasuk Riau hingga Kalimantan Selatan ini tergolong sangat murah dibanding rata-rata pasar, mengindikasikan potensi undervalued.
Tidak hanya PER dan PBV yang rendah, nilai buku per saham emiten bersandikan SIMP juga terlampau tinggi, yaitu di level Rp1.584,68. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa harga saham saat ini masih berada jauh di bawah nilai intrinsiknya.
Diversifikasi Sarat Strategi
Selain memborong saham SIMP, Lo Kheng Hong baru-baru ini juga kedapatan kembali menyerok saham PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), saat harga emiten pabrikan ban ini terkoreksi. Manuver ini menjadikannya pemegang saham individu terbesar kedua setelah Michelin, sebuah langkah berani yang menunjukkan keyakinan tinggi di tengah pesimisme pasar.
Optimismenya pada komoditas juga tecermin dari kepemilikan 5,48% saham di tambang batu bara PT ABM Investama Tbk (ABMM). Diversifikasi portofolionya berlanjut pada kepemilikan 1,11% saham di perusahaan gas negara, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) per April 2025.
Portofolionya juga mencakup properti melalui PT Intiland Development Tbk (DILD) dan media lewat PT Global Mediacom Tbk (BMTR). Sektor keuangan diisi PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN), PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), serta PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP).
Investor perlu mengingat bahwa data kepemilikan ini bersifat dinamis dan dapat berubah sewaktu-waktu. Untuk informasi paling akurat dan terkini, sumber utama yang harus dirujuk adalah keterbukaan informasi resmi yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) secara berkala.
Ikut atau Nonton Dulu?
Melihat portofolionya yang begitu beragam, jelas bahwa strategi Lo Kheng Hong sangat kompleks dan tidak bisa ditiru begitu saja. Investor ritel harus menghindari FOMO (Fear of Missing Out) karena LKH adalah investor jangka panjang yang tidak mengejar keuntungan dalam waktu singkat.
Sangat penting untuk melakukan riset mandiri secara mendalam sebelum mengambil keputusan. Pelajari fundamental perusahaan, pahami model bisnisnya, dan analisis prospek sektornya untuk beberapa tahun ke depan. Keputusan investasi yang baik harus didasarkan pada analisis, bukan hanya ikut-ikutan tren sesaat.
Pada akhirnya, langkah LKH adalah studi kasus yang sangat baik tentang kesabaran dan riset. Jadikan manuvernya sebagai inspirasi untuk belajar, namun tetap dasarkan setiap keputusan investasi pada analisis, profil risiko, serta tujuan keuangan pribadi Anda untuk hasil yang lebih optimal.